Apa itu cinta? Apa yang membuat seseorang jatuh cinta?
Aku akui, aku sulit jatuh cinta, bahkan
selektif dan memiliki kriteria bermacam-macam dalam memilih seseorang yang akan
dicintai. Tapi ketika cinta datang, aku tidak bisa berkata apa-apa, hanya hati
yang bisa mengungkapkannya. Kriteria bukan menjadi soal, tidak ada di dalam
dirinya pun aku bisa menerima apa adanya. Untuk mengelak pun hanya lidah yang
bisa mengatakan tidak dengan malu-malu, tetapi bibir ini selalu saja
memancarkan senyum simpul tak terhingga dan hati yang terus bergetar membuat
tubuh terasa tak berdaya. Otak yang biasanya begitu realistis seakan terdikte
untuk menjadi imajinatif sebagai imbasnya. Subhanallah, Yaa muqallibal quluub..begitu
mudahnya Allah membolak-balikkan hati manusia.
Cinta itu fitrah, anugrah dari Allah.
Begitupun cinta itu suci, harus dijaga kesuciannya agar tidak terkotori dengan
hal-hal yang dilarang oleh Allah. Manusia terkadang lupa karena terbelenggu
indahnya cinta, membuat segalanya buta. Namun bukanlah cinta yang
membutakannya, tetapi setan yang hendak menjerumuskan kita. Biarkanlah cinta
itu tetap fitrah dan suci pada awal dan akhirnya. Untuk itulah prinsip dalam
hidup perlu aku buat. Memaknai cinta bukan sekedar kesenangan, tetapi dengan
keimanan. Mengartikan cinta bukan hanya sesaat, tetapi hingga akhirat.
Mengapa kata cinta saat ini mudah
sekali diucapkan meskipun ikatan keduanya sebenarnya masih “ya ya tidak tidak
bisa jadi bisa jadi”, belum jelas, dan masih jadi tebak-tebakan manusia
terhadap takdir-Nya?
Mengatakan cinta kepada seseorang
ketika membaca puisi di depan kelas
Mengatakan cinta kepada seseorang di
depan guru
Mengatakan cinta kepada seseorang
sambil bersepeda lalu berteriak-teriak
Mengatakan cinta kepada seseorang
melalui surat
Mengatakan cinta kepada seseorang
menggunakan balon puisi cinta ala bahasa fisika
Mengatakan cinta kepada seseorang di
jalan raya ketika lampu lalu lintas berwarna merah
Mengatakan cinta kepada seseorang ketika
hujan gerimis
Mengatakan cinta kepada seseorang di bawah
cahaya bulan purnama
Mengatakan cinta kepada seseorang
melalui medsos
Mengatakan cinta kepada seseorang
melalui orang lain
Mengatakan cinta kepada seseorang di
bawah cahaya bulan purnama
Semuanya, tidak ada yang paling
romantis, selain mengatakan cinta itu kepada orangtuaku, memintaku, lalu berjabat
tangan dengan ayahku, kemudian ayahku berkata,
"Ankahtuka wa Zawwajtuka Makhtubataka Binti ....... alal Mahri ..... "
Dan engkau pun menjawab..
"Qobiltu Nikahaha wa Tazwijaha alal Mahril Madzkuur wa Radhiitu bihi, Wallahu Waliyut Taufiq."
"Ankahtuka wa Zawwajtuka Makhtubataka Binti ....... alal Mahri ..... "
Dan engkau pun menjawab..
"Qobiltu Nikahaha wa Tazwijaha alal Mahril Madzkuur wa Radhiitu bihi, Wallahu Waliyut Taufiq."
Aku tidak butuh kata-kata manismu,
aku juga tidak butuh janjimu kapan untuk mengatakan ikrar itu. 5 tahun lagi? 4
tahun lagi? 3 tahun lagi? 2 tahun lagi? 1 tahun lagi? Aku hanya perlu bukti. Bukti
kesungguhan akan adanya ikrar itu. Ikrar yang tidak hanya dimintai
pertanggungjawaban oleh orangtua maupun keluargaku, tetapi Allah yang Maha
segalanya.
BELUM SIAP?????
“Pergilah, lakukan yang terbaik untuk orang-orang yang kamu sayangi karena Allah, tunjukkan baktimu pada agama, keluarga dan bangsamu terlebih dahulu, aku tidak ingin mengganggumu."
Maaf, jika aku tidak menginginkan hubungan
tanpa komitmen yang sah, hubungan yang tidak direstui Allah. Bukan bermaksud
ingin terlihat sok suci atau sok alim, hanya saja aku ingin menjadi wanita baik-baik, melakukan yang
terbaik untuk suamiku kelak, apapun yang bisa menjadikan dia yang pertama, aku
ingin lakukan, sebisa mungkin. Aku ingin hanya dia lah laki-laki yang bukan
keluargaku yang kelak paling aku istimewakan. Akankah itu kamu? Siapapun
laki-laki itu, semoga dia kelak juga begitu terhadapku.
Pergilah,
belum tentu aku yang akan menjadi perhiasanmu, belum tentu aku yang terbaik
untukmu. Buatlah istrimu adalah wanita yang paling bahagia mendapatkanmu. Aku
disini pun begitu, akan berusaha memperbaiki diri, belajar menjadi hamba Allah
yang baik, anak yang berbakti kepada orangtua, seseorang yang mampu
membahagiakan keluarga, istri yang shalihah, ibu yang mampu menghasilkan
generasi rabbani, menantu yang bisa dibanggakan oleh keluargamu dan manusia
yang dapat bermanfaat bagi sekitarnya. Aamiin.
Jodoh. Hanya 1 kata. Tapi susah
sekali bila diartikan secara tersurat makna dari kata ini, yang pasti, jodoh adalah rahasia Allah dan
janji-Nya. Jodoh tidak akan salah dan tidak akan tertukar. Aku percaya itu, sesuai
seperti firman-Nya:
“Wanita-wanita
yang tidak baik untuk laki-laki yang tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik
adalah untuk wanita yang tidak baik pula. Wanita yang baik untuk lelaki yang
baik dan lelaki yang baik untuk wanita yang baik.” (Qs. An Nur:26)
Sungguh, aku tidak menuntut lebih,
aku hanya ingin suami yang terbaik untukku, dan aku yang terbaik untuk suamiku.
Suami yang mampu membimbingku, dan aku akan berusaha menjadi pelengkap serta
penyempurnanya. InsyaAllah.
Biarlah Allah yang akan menyingkap
rahasia-Nya, tunggulah Allah memenuhi janji-Nya. Waktu akan menjawab semuanya. Karena
aku tak ingin mendikte-Nya.
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh
jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu, Allah
mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al Baqarah: 216)
Berusahalah, berdo’a, bersabar dan
berserahlah. Begitu juga nasehat untukku.
Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: Allah Taala berfirman:
Aku sesuai dengan persangkaan hamba-Ku terhadap-Ku dan Aku selalu bersamanya
ketika dia mengingat-Ku. Apabila dia mengingat-Ku dalam dirinya, maka Aku pun
akan mengingatnya dalam diri-Ku. Apabila dia mengingat-Ku dalam suatu jemaah
manusia, maka Aku pun akan mengingatnya dalam suatu kumpulan makhluk yang lebih
baik dari mereka. Apabila dia mendekati-Ku sejengkal, maka Aku akan
mendekatinya sehasta. Apabila dia mendekati-Ku sehasta, maka Aku akan
mendekatinya sedepa. Dan apabila dia datang kepada-Ku dengan berjalan, maka Aku
akan datang kepadanya dengan berlari. (Kitab Sahih Muslim no. 4832)
Akankah itu engkau? Wallahu A’lam..
Sidoarjo, Februari 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar