Hidup ini sangatlah indah, semua berkat DIA Yang Maha
Segalanya.
Bersyukur memiliki keluarga sederhana namun tak pernah merasa
kekurangan. Begitu juga aku sangat bahagia memiliki saudara kandung yang begitu
membanggakan, mas Azhar Aulia Saputra :’) Dari dulu, masku ini punya banyak cerita yang sering kali
bila diingat selalu bisa membuat orang lain tertawa, selalu bisa membuat orang
lain rindu, begitu juga denganku, yang kini ku rasakan, rindu.
Mas dulu
suka sekali makan es krim tiap sore sambil melihat sapi-sapi yang sedang lewat
di depan rumah kontrakan terdahulu, atau jika tidak ada sapi, melihat “lori”
(kereta tebu) sudah seperti kewajiban bersama bapakku.
Mas dulu
suka sekali menghilang, travelling
mengikuti drumband hingga sampai ujung
pasar yang jaraknya cukup jauh dari rumah bagi anak sekecil dia, dan akhirnya
tak tau arah jalan pulang (eaa kayak butiran debu aja :p ). Anehnya masku ini
bisa balik ke rumah dengan keadaan sehat wal’afiat. Tidak kaget kalau sekarang
suka jalan-jalan dan mendaki gunung.
Mas dulu
waktu TK benar-benar polos, jujur sekali. Mas pernah bilang ke gurunya kalau gurunya
itu jelek dan begitupun tulisannya. Tidak heran hingga saat ini, guru itu masih
ingat dengan mas, begitu juga kata-katanya. Hahaha.
Mas dulu
juga ketika sekolah TK juga tidak pernah mau diantar oleh ibu ataupun bapakku,
mas selalu berangkat pagi-pagi, tapi entah kenapa ibu sering mendapat laporan
kalau mas sering terlambat masuk sekolah. Setelah ditelusuri ternyata mas
ketika berangkat sekolah suka sekali mampir di kolam ikan di jalan menuju
sekolahnya. Dengan posisi jongkok, mas sekedar melihat-lihat dan mengamati ikan.
Entah apa yang ada dipikirannya. Ckckck
Mas dulu
waktu kecil suka sekali menyanyi lagu yang aku tidak tau judulnya, kurang lebih
liriknya seperti ini “aduh buyung, mengapa lupa padaku, selama engkau dirantau,
ku tunggu-tunggu dirimu……………..” (dengan nada yang sedikit fals kata ibu).
Hahaha anak sekecil itu bisa menyanyi seperti itu.
Mas dulu
waktu kecil cepat sekali sok akrab dengan orang lain, terutama orang tua. Semua
laki-laki yang terlihat tua dipanggil pakde. Teringat waktu mas ilang dan tak
tau arah jalan pulang (lagi), mas meminta bantuan orang untuk mengantarkannya
pulang padahal mas tidak kenal sama sekali dengan orang itu. Ndak ada
takut-takutnya emang masku ini. Ckckck.
Mas dulu pernah dibelikan sepeda roda
tiga. Sepeda yang seharusnya digunakan untuk bersepeda malah digunakan tidak
sebagaimana semestinya. Sepedanya diseret lalu dinaikkan ke tempat tinggi, lalu
dilepaskan hingga sepeda meluncur ke tempat yang rendah (pahamlah ya maksudku,
silahkan dibayangkan :D ). Tidak salah kalau sepedanya cepat sekali rusak.
Mas dulu waktu
kecil seringkali membuang-buang mainannya ke dalam sumur, sehingga masku sering
kali ditemukan di pinggir sumur. Tukang bakso yang lewat di depan rumah sering
memergoki mas “anguk-anguk” sumur, dan karena tukang baksonya baik, mas
dipindahkan dari pinggir sumur agar tidak masuk ke sumur itu. Ya ya ya, mungkin
di sumur itu suatu saat nanti akan ditemukan fosil mainan anak-anak. Hahaha
Mas dulu
waktu kecil, tali pusarnya lamaaaa banget lepasnya, satu bulan lebih baru
lepas, itu pun karena tidak sengaja dipaksa lepas. Orang-orang dulu berkata,
kalau tali pusar lama lepasnya, maka dia akan menjadi seseorang yang “awetan”.
Dan, see??? Ternyata itu hanyalah sebuah
mitos. Dari cerita-ceritaku sebelum ini pastilah paham kenapa aku sebut mitos.
Hehehe
Mas dulu
waktu SD, percaya nggak kalau pindah sekolah cuma gara-gara pengen bareng sama
aku? haha (pedenya :p ). Mas dulu sekolah SD di SDN Kalitengah III, namun
karena aku sekolah di SDN Kalitengah II, mas ikut-ikutan sekolah disana. Entah
kenapa. -_-
Aku dan
masku begitu dekat mungkin karena orangtuaku selalu berkata, “Kalian hanya dua
bersaudara, harus bisa saling menjaga, kalau bapak ibu sudah tidak ada, yang
kalian punya ya hanya satu sama lain.” (selalu bikin netes airmata kalo inget
kata-kata ini, selalu berhasil meyakinkan betapa berharganya sebuah
persaudaraan antara kakak dan adik). Aku dan mas dari dulu 1 TK, 1 SD, 1 SMP, 1
SMA dan bahkan 1 Institusi.
Mas dulu
sering sekali mengajakku hujan-hujan, cari ikan di got waktu banjir, main
lumpur di deket sungai, main kelereng, main petak umpet di rumah kosong yang
gedhe banget. Dan yang paling aku inget yaitu main petak umpet, karena waktu
itu, aku baru saja dibelikan sepatu kaca yang mirip kayak sepatu kacanya
Cinderella. Dan aku pakai bermain petak umpet. Ah sialnya, sepatu kacanya raib,
salah satunya masuk ke dalam lubang calon lubang WC. Dan alhasil sepatunya
tidak sepasang lagi. Benar-benar mirip cerita Cinderella, bedanya, ga mungkin
ada Pangeran baik hati yang menemukan sepatuku. Hiks. -_-
Mas dulu
waktu SD, ketika berangkat ke sekolah selalu bersama-sama. Bapak sengaja
membelikan sepeda yang bisa dibuat boncengan. Mas selalu membonceng aku. Ya
ndak enaknya menjadi yang dibonceng adalah selalu menggantungkan kepada yang
membonceng. Masku orangnya cuek dan seloooow banget. Jadinya kalo terlambat ya
udah jadi hal yang biasa, aku menggupuhi pun sudah tidak mempan -_-
Mas dulu
waktu aku diopname senang sekali menjengukku, dan selalu saja tidak mau pulang.
Dan baru pulang ketika semua orang yang menjenguk pulang dan jam jenguk telah
usai. Dan ketika masku aku pulang selalu berkata kepadaku, “Dek, nanti uang
yang dikasih orang-orang dibagi dua sama aku ya.” Cegek kan? Sama, aku juga -_-
Di rumahku
ada kolam ikan yang cukup dalam, aku sering bermain-main di dekat kolam itu
bersama mas dan teman-teman masku. Ingat sekali waktu itu, ketika aku bermain
boneka, dan bonekanya jatuh ke dalam kolam, aku meminta mas mengambilkan
bonekaku, tangan masku yang waktu itu masih pendek, tidak bisa menggapai
bonekaku itu, dan akhirnya mas terjebur ke dalam kolam yang dalam. Aku menangis
dan panik waktu itu melihat masku tercebur. Alhamdulillah nya waktu itu ada
teman masku yang bisa menolong masku. Begitulah salah satu pengorbanan masku
waktu aku kecil. So sweet ya? :p
Beranjak
dewasa, sampailah di masa SMA. Mas yang lumayan terkenal di sekolah dengan
gayanya yang aneh, sering dipanggil “wawong”. Aku yang waktu itu masih sisba
(siswa baru) dan mas sudah kelas 3 SMA, jadi bulan-bulanan teman-temannya
masku. Ketika aku lewat kelas masku selalu dipanggil-panggil “wawing” (-_-).
Untungnya hal tersebut hanya berlangsung tidak sampai satu tahun. Hal tersebut
berakhir dengan bersalaman (mirip minal aidzinan waktu Lebaran) karena tradisi
SMA ku yang sebelum UNAS harus berkeliling ke kelas-kelas untuk mohon doa restu
dan meminta maaf.
Semakin
dewasa, aku sepertinya semakin dijaga oleh mas. Mas sering bilang, lebih
tepatnya memarahi, “wis, ga usah dandan ayu-ayu, klambine ojok ketat-ketat,
ojok mulih bengi-bengi” dan masih banyak lagi. Selain itu, mas sering sekali
kepo hapeku, baca-baca rahasiaku, dan sering sekali memaksaku cerita tentang
kehidupanku. Tapiiiii, giliran aku kepo masku, mas bilang, “arek sek cilik ga
oleh kepo orang yang lebih tua.” Aku dengan spontan bertanya, “ lha mas kok
boleh kepo?”. Mas menjawab, “kalo orang lebih tua kepo yang lebih muda gapapa.”
Hmmm…..mas nakalaaaaan!!! :@
Mas juga memang lelaki sejati, kalau
aku di Surabaya lagi sedih, mas selalu datang. Mas juga sering membelikan aku
makan ketika aku malas keluar kos, selalu membelikan obat ketika aku sakit,
selalu mau jemput ketika aku minta jemput. Teringat ketika naik gunung Kelud,
ketika melewati terowongan, mas memilih di belakang sambil memegangiku, karena
katanya “Aku iso ndelok opo sing onok ndek ngarepmu, tapi aku gak iso ndelok
opo sing ndek mburimu, aku ndek mburi ae.” Hmmmmm J.
Begitupun juga ketika naik gunung Bromo, aku dilewatkan jalan yang tidak
biasanya, mbrasak-mbrasak dan juga
tidak lewat tangga untuk mencapai puncak. (Bisa bayangin naik gunung bagi
pemula sepertiku dengan kemiringan yang terjal, berpasir dan berbatu pula?).
Aku yang jarang olahraga melakukan seperti itu tentu saja merasa kesulitan,
kesulitan berjalan dan kesulitan bernapas tentunya. Aku sedikit-sedikit minta
istirahat. Mas yang aku pegangi daritadi seraya menarikmu menuju atas seperti
tidak merasakan kelelahan sama sekali. Melihat aku yang kesusahan bernapas, mas
meminta barang-barangku untuk dibawanya, dan melepas jaket agar lebih leluasa
bernapas. Tetapi tetap saja sulit. Aku tetap sering minta istirahat. Mas
menyuruhku meminum teh yang aku bawa untuk menambah tenaga, masku juga terus
memotivasi “ayo dek, kurang sedikit, itu lho puncak e, itu liaten ta anak kecil
aja kuat, masa kamu ga kuat?” kata-kata itu seperti lecutan untuk segera
memulai perjalanan. Dan akhirnyaaaaa…sampai di puncak, legaaa…hilang semua
kelelahan. Begitupun ketika turun dari gunung, medannya juga terjal. Mas
memintaku untuk terus memegangi kedua bahunya, dan mengikuti langkah gerak
kakinya. Pasir-pasir yang jarang dilewati orang itu kini tersisa bekas
jejak-jejak langkah kita. Dan sesampainya di tempat parkir Hartop, aku baru
sadar, kerudung tebalku yang aku jadikan syal hilang, jatuh entah dimana.
Padahal kerudung itu aku suka banget dan hadiah dari bapak :’(. Tidak hanya
itu, pernah merasakan menaiki Hartop? Sensasinya seperti naik wahana bukan? Aku
waktu itu duduk di depan bersama m as. Karena Hartopnya goyang-goyang dan nggak
bisa selow, aku hampir saja “ketatap” sana sini. Oleh karena itu,
masku dengan sigap memegangi tangan dan badanku. Terasa dilindungi (banget).
Hmm apalagi ya? Mas juga laki-laki
yang nggak pelit. Dari uang beasiswanya, aku pernah dibelikan jaket, jam
tangan, softlens, dan sepatu. Teringat dulu waktu mas membelikan jam tangan, manis
banget cara ngasihnya. Ketika aku bangun, tiba-tiba sudah ada jam tangan yang
melingkar di tangan kiriku. Yaa…ternyata pelakunya adalah mas yang
memasangkannya ketika aku tidur. Mas juga sering membelikanku kebab, es krim,
coklat, pizza dan masih banyak lagi, meskipun itu adalah bentuk sogokan biar
aku mau memijat masku. -_-
Bakat mas memang sudah terlihat sejak kecil.
Mas sering
sekali dibelikan mainan contohnya Tamiya, mas selalu membongkar pasang
tamiyanya hingga bentuknya lain daripada yang lain, dan kecepatannya pun tidak
kalah dengan yang lain. Dan alhasil, bisa jadi Tamiya yang seperti itu. Heran,
anak SD sudah bisa modif -_-.
Selain itu juga, mas juga pernah
dibelikan kapal-kapalan yang bisa berjalan di atas air menggunakan motor. Setelah
beberapa lama, akhirnya kapal itu rusak. Mas membiarkan kapal itu berada di
atas kolam ikan di rumah. Namun, setelah beberapa waktu kemudian, entah
bagaimana kapal itu terlihat bisa berjalan lagi. Seiring dengan pertanyaan itu,
ibu pun kebingungan mencari tutup toples yang hilang. Dan ternyata mas mengaku,
tutup toplesnya sudah diiris-iris menggunakan pisau untuk dijadikan propeller.
Ini masih SD padahal. Ckck
Mas juga
waktu SMA juga memodif motornya menjadi makin aneh, entah ini baik atau buruk.
Hal inilah yang menjadikan mas terlihat sangat korak. Teman-teman SMA nya
pernah underestimate ke mas, orang seperti ini bisa masuk kelas unggulan.
Tetapi ke-underestimate-an itu semuanya hilang ketika mas mengerjakan soal
fisika yang semua teman-temannya tidak bisa. Hmm keren kan? :p. Memang sejak
dulu mas sudah cerdas sih. Waktu SD pernah masuk 15 besar olimpiade matematika
nasional. SMP pun masuk 15 besar Olimpiade Fisika Tingkat Jawa-Bali. Selain
itu, mas ketika SMA mendapatkan juara 1 Olimpiade Fisika Tingkat Kabupaten
Sidoarjo. Hmmm ya itulah sebabnya mas masuk di PENS dengan jalur prestasi.
Namun, sebelum nya pun mas juga masuk di ITT Bandung dengan beasiswa + laptop
gratis. Hingga akhirnya memilih di PENS karena orangtua berat melepas mas jauh.
Begitu juga denganku. Hiks.
Bukan hanya
itu, mas juga bisa membuat miniature rumah-rumahan bertingkat dari kayu, yang benar-benar
mirip aslinya. Selain itu juga pernah membuat stadion yang benar-benar mirip
aslinya bersama detail-detail rumputnya. Oleh karena itu, mas dahulu sempat
bingung karena ingin masuk ke jurusan Teknik Sipil atau Arsitektur atau Teknik
Elektro. Dan akhirnya mas sudah di Jepang.
Snapshot bersama mas
Snapshot bersama mas
Ketawa lepas melihat hp hampir jatuh gara-gara buat foto :D
Foto lebaraaaaaan :D
Wisuda mas, jadi Pewee :p
best family :*
Padang savana, Bromo :)
Bromoo :D
menunggu turunnya kabut, Bromo :D
Pasir berbisik, Bromo
Puncak Bromo ;)
Mengantar mas berangkat ;(
foto-foto sebelum mas berangkat ;'(
Aku sering
bertanya, kenapa mas bisa seperti itu, mas menjawab,
“Cari passionmu apa, Tekuni!”.
Yaaa…semoga aku bisa paling nggak hampir sama kayak mas. meskipun aku tau itu akan sulit. Tidak ada salahnya kan untuk bermimpi? :)
“Menjadi adikmu adalah beban moral bagiku, tetapi menjadi sepertimu adalah semangat terbesarku”
Doa, peluk, cium jauh dari aku, bapak dan ibu untuk mas yang
jauh disana. Disni semuanya kangen, pean juga kan? Tetaplah jadi mas yang
selalu aku banggakan. We love you :*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar