Sabtu, 01 Februari 2014


Mengenang PIMNAS 25 Part 2 :)


PIMNAS merupakan Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional yang merupakan puncak acara dari pelaksanaan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). PKM tersebut dibagi menjadi PKM M, PKM P, PKM T, PKM K, PKMKC dan PKM GT. Dan pada kesempatan itu, aku dan Jona diamanahi untuk mengkoordinir peserta PKM KC dengan jumlah 16 tim, sehingga masing-masing mendapatkan 8 tim untuk dikoordinir. Tugasku adalah men-jarkom segala info mengenai PIMNAS dan mengondisikan peserta saat di tempat PIMNAS yaitu Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Tanggal 6 Juli 2012, merupakan tanggal keberangkatan kami. Pukul 16.00 WIB, panitia harus sudah berada di BAAK untuk persiapan keberangkatan, sedangkan peserta diharuskan datang pukul 19.00 WIB. Peserta yang belum datang setelah pukul 19.00 WIB, panitia wajib menelponnya untuk menanyakan kabar dan menyuruhnya untuk segera datang. Masih teringat kala itu, ketika menelpon salah satu peserta PIMNAS yang belum datang, dengan nadaku yang sedikit ‘menggupuhi’, mereka menjawab dengan sangat tergesa-gesa, ‘iya mbak, ini sudah naik becak bertiga menuju ke BAAK, tunggu ya, ini bawa prototype juga jadi susah”. Betapa merasa bersalahnya aku karena mendengar mereka menderita (hehe sebenernya lucu juga sih ^^v).  Persiapan keberangkatan yang dilakukan diantaranya yaitu fiksasi poster PIMNAS, alat dan prototype dari tim yang membawanya dan barang-barang yang akan dipamerkan saat GKM di UMY. Masih teringat sekali, aku dan Jona mengurusi poster yang bingung harus ditata dan dibawa dengan bentuk bagaimana agar poster itu tidak rusak. Di jadwal yang telah direncanakan, keberangkatan dilakukan pukul 21.00 WIB, tetapi karena bis terlambat sehingga kami baru berangkat pukul 00.00 WIB. Namun hal tersebut tidak mengurangi semangat panitia dan peserta untuk berangkat ke Jogja. Saat itu, aku naik di bis 5 bersama Mas Wegan. Saat di bis pekerjaan ku hanyalah membagi konsumsi, setelah itu kembali beristirahat agar keesokan harinya dapat fit kembali. Saat di bis, aku tidak bisa tidur, karena memang aku tidak bisa tidur kecuali dalam keadaan benar-benar nyaman. Di perjalanan, panitia masih berkomunikasi via sms. Masih ingat saat itu, Mbak Ani sangat perhatian dan menyuruhku untuk segera beristirahat, padahal pada waktu itu aku belum akrab dengan Mbak Ani (hmm, so sweet J ).
Delapan jam perjalanan Surabaya-Jogja, akhirnya pukul 08.00 WIB kami sampai di rumah makan (lupa namanya :p). Saat itu, panitia sarapan bersama di satu meja. Kami mengobrol bagaimana pengalaman di bis tadi malam,  bus ku sepertinya adalah bus yang paling tentram, karena tidak ada masalah, Alhamdulillah. Jona di bus nya harus berdiri hingga beberapa saat karena kursinya sudah penuh sehingga harus diungsikan ke bus lain. Di bus lain, ada juga penumpang gelap yang menyelundup masuk bis (bukan peserta asli), tetapi hal tersebut sudah dikonfirmasi dan mereka diperbolehkan ikut dalam rombongan. Selain itu, ada cerita lain yang membuat kami tertawa terpingkal-pingkal saat sarapan, yaitu cerita tentang posisi tidur Mas Bintang yang aneh, lucu dan mesra ketika bersama Adit. Untuk bagaimana persisnya, mungkin biarlah menjadi rahasia umum bagi kami, yang apabila diingat akan menjadi penghilang stress (haha ngakak :D ). Setelah sarapan selesai, kami melanjutkan perjalanan menuju penginapan. Sekitar pukul 11.00 WIB kami sampai di penginapan. Penginapan tersebut lebih bisa disebut sebuah istana, karena bangunannya berdiri kokoh, megah, berwarna putih, dengan gaya bangunan eropa. Hotel tersebut merupakan hotel bintang 3 bernama Grand Palace Hotel. Ketika masuk ke dalamnya, terdapat kursi-kursi yang besar, tinggi, mirip kursi istana, di dalamnya pun terdapat kolam renang yang memiliki 2 ketinggian yang berbeda. Sungguh sangat banyak dana yang dikeluarkan ITS untu kemenangan ITS di PIMNAS 25, semua ini demi kenyamanan peserta. Penginapan ITS tidak digabung dengan universitas lain, karena ITS secara independen menyewa hotel sendiri.
Setelah peserta menaruh semua barang-barang ke dalam hotel, peserta kemudian dikumpulkan di dalam satu ruangan, dimana akan ada sambutan dari Bapak Herman Sasongko selaku PR I untuk mewakili Bapak Triyogi selaku Rektor karena berhalangan hadir. Bapak Herman memberikan motivasi agar para peserta bersemangat sehingga dapat mengharumkan nama ITS nantinya. Setelah itu, dilanjutkan dengan pengenalan yel-yel dari saudara Iwan, sehingga suasana yang awalnya hening, menjadi riang penuh dengan tawa, karena yel-yel yang dibuat Iwan, FTK-banget!. Begitu berani dan heboh, disertai dengan goyangan nguleg mirip gaya Sule ketika berjoget (haha coba bayangkan :D). Meskipun banyak yang tidak hafal, sudah terlihat kekompakan peserta dari kontingen ITS. Pada saat itu, kami optimis ITS akan mendapatkan gelar juara umum.
Sekitar pukul 13.00 WIB, panitia membagi kunci kamar sesuai tempat yang telah disediakan dan peserta diperbolehkan untuk beristirahat. Kamar yang disediakan begitu besar, kasur yang empuk, selimut yang tebal, AC, TV, kulkas yang berisi minuman, dan juga kamar mandi dengan air panas. Para panitia perempuan, disediakan 2 kamar, aku satu kamar dengan Jona, Mbak Amik dan Mbak Ani. Sedangkan panitia laki-laki disediakan hanya satu kamar dengan jumlah laki-laki sebanyak 11 orang, padahal kamar itu sepatutnya hanya diisi 4 orang, sungguh betapa menderitanya mereka. Namun hal tersebut tidak mengurangi semangat mereka untuk menjadi panitia.
Dua jam waktu yang disediakan untuk bersih diri dan istirahat, karena setelah itu mereka mendapatkan makan siang dan dilanjutkan untuk kembali latihan presentasi dihadapan dosen-dosen penalaran ITS. Selang 2 jam tersebut, panitia tidak istirahat, melainkan mendatangi tiap kamar untuk mencatat siapa saja yang ada di kamar tersebut. Hal itu kami lakukan untuk memastikan semua peserta mendapatkan kamar dan tidak ada kesalahan di dalamnya. Ketika para peserta makan siang, barulah kami (para panitia) bersih diri dan sejenak beristirahat. Setelah bergantian mandi, para panitia langsung menuju ke ruang makan, betapa kasihannya, ternyata makanan sudah habis. Mungkin para peserta begitu kelaparan, hingga tidak menyisakan sedikit untuk kami makan. Karena kami adalah anak kos, makan siang bukanlah hal yang wajib, sehingga kami masih kuat ketika tidak makan siang saat itu (haha alesan :p).
Pekerjaan selanjutnya yaitu menyiapkan ruangan-ruangan untuk bimbingan presentasi dan “memenceti” bell pintu kamar peserta untuk segera bimbingan presentasi ke dosen penalaran. Perlu diketahui, di Jogja, ITS mengadakan semacam camp selama tiga hari sebelum pertarungan PIMNAS benar-benar dimulai. Camp tersebut berisi bimbingan presentasi secara stripping hingga cara presentasi peserta PIMNAS dapat dikatakan WOW oleh para juri, begitu juga dengan konten di slide PPTnya harus sempurna dihadapan juri nanti. Mengajak peserta yang berjumlah kurang lebih 200 orang tersebut untuk segera bimbingan itu ternyata tidaklah mudah, sehingga bimbingan kala itu baru dimulai setelah makan malam, sekitar pukul 19.00WIB. Karena urutan bimbingan presentasi sudah terjadwal, maka panitia pimnas harus menghubungi para peserta yang belum datang jika waktunya mereka presentasi akan tiba. Ada kejadian lucu kala itu, karena aku belum hafal semua para peserta, aku menelpon ketua tim yang tim nya akan mendapatkan giliran maju untuk presentasi, mas-mas itu berkata, “iya mbak, ini saya sudah duduk di belakang mbak sejak tadi”. (Oh no! sungguh sangat memalukan bagiku, haha -_-). Para peserta ternyata memang sangat bersemangat kala itu, bimbingan selesai pukul 00.00 WIB, dan peserta harus segera tidur karena keesokan harinya harus bimbingan lagi. Namun memang dasarnya mahasiswa ITS yang suka begadang, para peserta tidak kunjung tidur hingga pukul 02.00 WIB bahkan .
Keesokan harinya, panitia pukul 04.30 WIB harus sudah bangun meskipun merasa kelelahan, karena pukul 07.00 WIB harus sudah menbangunkan para peserta untuk sarapan. Hal tersebut tidak berlaku bagi panitia laki-laki. Panitia laki-laki harus bergantian tidur, karena memang tempatnya yang tidak muat sekaligus bergantian berjaga layaknya hansip yang meronda saat malam hari. Sehingga bisa dibilang yang lebih aktif saat pagi hari adalah panitia perempuan. Pada saat di hotel tersebut, aku selalu bersama Jona untuk membangunkan peserta tiap pagi, memencet-mencet bell pintu kamar dengan begitu jahilnya, karena kami memencet tidak sekali atau dua kali, bahkan kami memencetnya sekali tiap detik agar mereka terbangun hingga mereka membukakan pintu (haha, kangen moment ini). Sering kali wajah kesal yang mereka tampakkan, namun kami dengan polosnya ketawa-ketiwi tidak merasa bersalah dan menyuruh mereka untuk segera sarapan dan bimbingan. Karena itulah, hingga saat ini kami sering disebut panitia pemencet bell (ada ada saja :D).
Setelah membangunkan para peserta hingga semuanya bangun, kami kemudian menuju ke ruang makan. Ternyata makanan yang tersisa tinggal sedikit. Untuk dimakan para panitia perempuan saja sudah habis. Dan lagi-lagi, para panitia laki-laki khususnya yang berjaga tadi malam dan bangunnya siang, mereka kembali tidak mendapatkan jatah sarapan. Bagai habis jatuh tertimpa tangga pula, mereka harus membeli sarapan di luar hotel. Saya akui perjuangan panitia laki-laki ini benar-benar keren, mereka rela berkorban demi kemenangan ITS di PIMNAS. Sehingga kami (para panitia) memutuskan untuk sarapan terlebih dahulu sebelum membangunkan peserta, agar tidak terulang lagi kejadian yang sama.
Camp hari kedua, pengkondisian peserta sudah lebih mudah, karena peserta sudah mengetahui alur bimbingan. Disini kami sedikit bisa beristirahat. Ke-tidak jelasan pun sering dilakukan panitia, antara lain memain-mainkan pager untuk saling membully antar panitia meskipun dari jarak yang berjauhan. (Haha, kami seperti anak kecil yang mendapatkan mainan baru). Tetapi alat tersebut terbatas, sehingga yang menggunakannya hanyalah panitia laki-laki. Akhirnya aku, Jona, Mbak Amik dan Mbak Ani bermaksud sengaja berkeliaran ke luar hotel untuk mencari supermarket terdekat dengan berjalan kaki hanya untuk membeli es krim ‘magnum’. Namun, belum sempat kami memakan es krim tersebut, sudah ada panggilan kembali untuk bekerja. Sehingga es krim tersebut kami simpan di kulkas kamar. Pada waktu itu, aku ditugaskan untuk menjaga ruangan bimbingan PKM-K sekaligus memberikan penilaian presentasi para peserta. Namun, sungguh betapa memalukannya, aku malah jadi bahan bully-an peserta PIMNAS yang menunggu antrian maju presentasi. Tim itu bernama SIPL** (sensor :p). Karena tidak tahan, aku sering kali keluar masuk ruangan seperti terlihat sibuk, padahal karena tidak ingin menunjukkan tawaku dihadapan mereka (haha gengsi :p). Hingga PIMNAS itu berakhir, aku masih malu ketika bertemu tim tersebut, karena pasti di-bully lagi (-_-)
Setelah pekerjaan tersebut selesai, kami segera menuju kamar untuk menikmati es krim yang kami beli. Dan ndelalaaaah, ternyata kulkasnya tidak berfungsi dengan baik, es krim nya sudah meleleh, mau tidak mau kami meminum bukan memakan es krim, karena bentuknya yang sudah berubah seperti susu coklat. Ya, mungkin ini memberi kita cara baru memakan es krim (sigh -_-). Setelah menikmati air (es yang mencair) krim magnum, kami kembali melakukan tugas kami, yaitu menunggui peserta yang sedang presentasi. Tidak jarang kami menunggu di luar ruangan untuk menikmati coffe break yang selalu disediakan di antara jam makan. Tidak tanggung-tanggung, kami biasaya mengambil lebih dari satu kue melebihi jumlah kue yang diambil para peserta (hehe, balas dendam tidak dapat jatah sarapan :p).

Camp kontingen ITS ini ternyata tidak selamanya berjalan mulus. Camp hari ketiga, saat malam hari sedangkan registrasi peserta dilakukan keesokan harinya. Kami mendapatkan infomasi bahwa persyaratan  yang dikumpulkan saat registrasi yaitu softfile laporan akhir, slide PPT, poster harus dijadikan di dalam satu CD tiap tim dan hardcopy dari laporan akhir dan foto masing-masing peserta. Selain itu juga mengumpulkan artikel dari PKMnya tersebut.  Karena kami mengetahuinya terlambat, maka seketika itu juga kami menginfokan secara mendadak kepada peserta. Peserta begitu panik karena belum menyiapkan semuanya. Masih teringat sekali, rapat termalam yang pernah saya lakukan dalam hidupku, sekitar pukul 01.00 WIB, kami rapat secara mendadak membahas registrasi peserta berikut penyelesaian masalah yang baru saja kami dapat. Dengan wajah yang benar-benar sudah lusuh karena kelelahan, kelopak mata yang sudah bertumpuk tiga, pikiran yang sudah melayang kemana-mana, aku pun mendengarkan arahan Mas Iqbal selaku ketua panitia. Apa yang dikatakan Mas Iqbal rasanya masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri. Aku rasa yang lain juga begitu, karena pandangan mata mereka sama-sama sudah tidak jelas arahnya. Lagi-lagi yang menjadi objek penderita adalah panitia laki-laki, karena setelah rapat tersebut, para panitia perempuan disuruh segera beristirahat. Sedangkan panitia laki-laki harus menyiapkan printer dan laptop yang kapan saja bisa digunakan. Panitia laki-laki sebagian harus begadang untuk berjaga-jaga barang kali ada peserta yang ingin mencetak foto, mencetak laporan akhir, meng-burn data, menjilid laporan akhir dan lain-lain.

To be continued :)

#Bagi ada yang tidak berkenan dengan adanya tulisan ini, saya minta maaf, karena saya tidak ada maksud apa-apa selain ingin berbagi cerita, bila ada yang salah, silahkan dikoreksi, insyaAllah saya perbaiki :)

*kritik dan saran akan sangat membantu saya :)*

4 komentar:

  1. Aku inget rapat pas malam itu. Semua yg diomongin masuk n keluar telinga saja

    BalasHapus
  2. wahhhh ini kan foto saya harus bayar royalti ni gk pamit dulu sama fotografernya. ckckckkc

    BalasHapus
  3. mas @arif...hahaha...aku juga udah ndak inget mas mbahas apaan waktu itu :D

    @adit haha samaaa :D

    mas @yayak...oiyaaa..perlu ditulis sumbernya kaaah? :D

    BalasHapus