Awal Mula Terjun di PIMNAS 25 (Hanya Panitia) :D
Cerita ini aku tulis hanya untuk berbagi sedikit kegembiraanku dapat terjun di PIMNAS 25 :)
Jika ada salah-salah kata, mohon saya segera diingatkan :)
Cerita ini aku tulis hanya untuk berbagi sedikit kegembiraanku dapat terjun di PIMNAS 25 :)
Jika ada salah-salah kata, mohon saya segera diingatkan :)
Cerita ini berawal dari Oprec Staff Magang BEM ITS. Begitu memaksa, namun penuh harap. Aku memutuskan untuk mendaftar ketika waktu menunjukkan H-2 jam penutupan pendaftaran online oprec tersebut (haha bisa dibilang deadliners). Aku isi satu per satu pertanyaan pada formulir itu, hmm dan ternyata tidak se-sedikit yang ku bayangkan, bisa dibilang pertanyaannya begitu rinci seakan-akan BEM ITS takut menerima staff magang yang tidak diharapkan nantinya. Untuk pertanyaan awal, begitu mudah sekali aku menjawabnya (maklum, cuma tanya biodata :D). Selanjutnya saya terhenti di pertanyaan pemilihan kementerian yang diprioritaskan. Hmm, pilihan berat, karena sebenarnya saya tidak begitu paham mengenai tugas dan ranah tiap kementerian. Mohon dimaklumi lagi, saat itu aku masih maba dan ketika SMA belum pernah mengikuti organisasi sama sekali.
Di SMA ku, salah satu syarat
kelulusan adalah membuat minimal satu karya tulis. Pada waktu itu aku satu
kelompok dengan sahabatku SMA, Desi Ivanastuti namanya. Kami membuat karya
tulis tentang pemanfaatan kencur untuk obat jerawat. Seru! karena membuatnya juga harus diaplikasikan. Yang menjadi
kelinci percobaan karya tulis tersebut adalah Desi (hahaha, aku hanya bagian nguleg-nguleg kencurnya aja :p). Dan
berawal dari sana, aku mulai menyukai karya tulis. Sehingga aku memilih Kementerian
RISTEK yang menurut saya sedikit nyerempet
dengan apa yang aku suka. Untuk prioritas kedua dan selanjutnya, semuanya hanya
saya acak angkanya (hehe, maaf ^^v).
Kemudian pertanyaan aneh lain muncul, para pendaftar harus menemukan 2 orang
yang berpengaruh setidaknya di BEM ITS untuk memberikan testimoni (baca: mempromosikan :p) mengenai diri
kita masing-masing. Aku bingung, galau, kehilangan arah dan terbersit untuk
mengurungkan niat untuk mendaftar BEM (dramatisasi
ehehe :p), karena saya hanya punya sedikit kenalan senior pada waktu itu.
Tetapi aku teringat sahabat kakakku yang bernama Mas Fahmi dari jurusan Teknik kimia.
Aku mendengar mas Fahmi telah menaklukkan PIMNAS 24 tahun sebelumnya.
Benar-benar Subhanallah, ternyata mas
Fahmi sangat welcome dan bersedia
menyumbangkan testimoninya untukku. Lebih Subhanallah
lagi, aku baru mengetahui ternyata mas Fahmi adalah ex- staf Kementerian RISTEK BEM ITS. Mas Fahmi sempat menawarkan
untuk merekomendasikanku ke Menteri RISTEK secara langsung. Tapi bukannya
mahasiswa harus idealis ya? Mahasiswa sibuk mendengungkan anti KKN (Korupsi,
Kolusi, dan Nepotisme). Dengan cara direkomendasikan sama saja aku menelan
ludahku sendiri, yaitu menolaknya tetapi aku sendiri melakukan nepotisme. Oleh
karena itu aku menolaknya, dan memilih jalan seperti jalan mahasiswa lain yang
mengikuti filosofi air yang mengalir tanpa melalui jalan tembusan hingga
bermuara ke lautan (apa sih bell? -_-).
Bisa jadi itu kesombonganku untuk menolaknya (haha, tapi enggak kok, suer –V) sehingga ternyata saya tidak
diterima menjadi staf magang manapun. Yaah…sedih awalnya, tapi yasudahlah,
memang benar, niat dan usaha berbanding lurus dengan apa yang kita peroleh. Usaha
2jam-H penutupan ingin diterima, mana bisa? Sedangkan yang lain telah berusaha
menyiapkan semuanya jauh-jauh hari. Aku melihat teman-teman ku yang berhasil
masuk BEM ITS, aku ikut senang. Setidaknya aku tau, teman ku yang masuk BEM
adalah orang yang punya komitmen. Jadi, BEM ITS tidak salah memilih mereka.
Kapan
bahas PIMNAS-nya???? Check it out! :D
Tiga hari setelah
pengumuman oprec staf magang,
tiba-tiba mas Fahmi mengirimkan sms, menanyakan kabar oprec tersebut. Dengan jawaban sok tegar, aku membalas “Hehe,
Alhamdulillah ndak mas :D”. Mungkin mas Fahmi begitu sibuk, sehingga baru
membalasnya keesokan harinya. Dengan perkiraan jawaban mas Fahmi adalah hanya
menghibur dan menabahkanku (GR :p),
trnyata aku salah. Mas Fahmi menawarkanku untuk menjadi panitia PIMNAS 25
kontingen ITS. Ketika itu aku kaget, karena aku tidak pernah melihat
poster-poster Oprec Panitia tersebut yang biasanya banyak ditempel di mading
BEM atau himpunan. Untuk tugas kerjanya pun aku tidak paham, karena yang aku
ketahui, PIMNAS tidak diadakan di ITS kala itu. Karena takut nepotisme lagi, aku tanyakan kembali apa
yang menjadi uneg-uneg ku. Mas Fahmi
hanya menjawab, “Itu closerec, untuk
tugasnya liat aja nanti, jadi mau apa nggak?” Sepertinya pertanyaan itu
memojokkan ku untuk segera mengambil keputusan. Tidak ingin menyia-nyiakan
kesempatan, akhirnya saya mengiyakan tawaran itu. Keesokan harinya, belum ada
kabar mengenai kepanitiaan tersebut. Dua hari kemudian, juga belum ada
kepastian. Tiga hari kemudian aku sudah tidak berharap, apalagi minggu depan
ITS sudah mulai pekan EAS. Namun, 2 hari sebelum EAS pertama, aku kaget karena ada
sms dari nomer yang tidak dikenal untuk mengirimkan nama beserta NRP. Ternyata
itu adalah sms dari Mbak Bunga yang merupakan asekmen RISTEK BEM ITS kala itu
dan juga kawan seperjuangan Mas Fahmi ketika di BEM ITS. Tanpa berpikir panjang,
aku langsung mengirimkan nama dan NRPku.
Dan dibalas kembali oleh Mbak Bunga, dan yang paling aku ingat adalah kata-kata
“No Bossy”. Aku berpikir, apa
kepanitiaan ini sebegitu medeni-nya
ya kok ada boss-boss an? Yasudahlah,
mungkin mirip-mirip pengkaderan, batinku.
Jarkoman pertama, ada
undangan welcome party untuk seluruh
panitia. Sayang sekali welcome party
dilaksanakan pada siang hari, sehingga aku tidak bisa mengikutinya karena ada
UAS hingga sore hari. Akhirnya saya ijin untuk tidak datang, dan Mas Iqbal,
ketua panitia PIMNAS kala itu, menyuruh ku untuk datang menyusul ke BAAK
setelah UASku selesai. Karena aku ada keperluan lain, akhirnya aku memutuskan
untuk datang ba’da shalat maghrib. Aku bingung, BAAK sebelah mana yg dimaksud,
karena saya pikir, BAAK sudah tutup ketika malam hari. Untung saja, ada yang
memberitahuku kalau Jona juga menjadi panitia itu. Senangnya bukan main,
akhirnya aku punya teman. Jona adalah teman SMA-ku, atau lebih benar dibilang
adik kelasku saat SMA, tapi karena kepintarannya, akhirnya dia masuk kelas
akselerasi. Tanpa malu, aku langsung sms dia untuk mengajaknya ke BAAK bersama.
Alhamdulillah, akhirnya kita bertemu
di depan SKK dan masuk ke ruang BAAK bidang kemahasiswaan, yang ternyata belum
tutup dan justru penuh dengan banyak orang yang mondar-mandir dan aku sendiri bingung
mereka sibuk apa. Karena Jona datang ketika welcome
party dan seakan sudah mengenal semua yang ada di dalam ruangan tersebut,
dengan polosnya aku bertanya, “Ini lagi ngapain jon? Aku habis ini ngapain?”. Dengan
baiknya, Jona akhirnya mengenalkanku ke Mas Iqbal. Dan aku diberi pekerjaan.
Pekerjaan pertama yang sangat istimewa sekali (majas litotes), yaitu membagikan nomer urut antrian bimbingan
peserta yang lolos PIMNAS, sembari membuka tutup pintu masuk BAAK untuk
menyuruh masuk antrian berikutnya, setelah peserta yang telah bimbingan ke
dosen keluar. Hal ini dilakukan agar ruangan tersebut tidak penuh sesak.
Sebenarnya agak tidak jelas pekerjaanku disana (tapi yah karena masih polos ya diterima saja apapun yang diberikan
hehe). Hari kedua, Mas Iqbal mengenalkan dengan teman-teman panitia yang
lain. Waktu itu ada Mbak Bunga, Mas Wegan, Iwan, Ilham, Adit, Mas Cahyo dan
tentunya ada Jona. Dan hari kedua, aku sedikit bergaya, karena tugas ku adalah
menelpon seluruh kadep ristek HMJ se-ITS untuk ‘menggupuhi’ agar segera
mengumpulkan laporan akhir PKM ke BAAK sesegera mungkin. Waktu itu aku dibantu
oleh Adit yang sebelumnya aku kira sebagai karyawan BAAK karena wajahnya begitu
dewasa dan bajunya yang sangat formal, kemeja putih (damai yo Dit ^^v). Semakin hari, semakin banyak bermunculan
wajah-wajah baru yang menjadi panitia. Namun, aku baru tau ketika internalisasi
panitia. Panitia PIMNAS dari ITS saat itu yaitu, Mas Iqbal sebagai ketua, staf
RISTEK BEM kala itu, Mbak Ani, Mbak Titis, Mas Bintang, Mas Arif, Mbak Amik,
Mas Idham, Mas Wafi, dan Mbak Eka ditambah panitia PIMNAS tahun lalu, yaitu Mas
Wegan, Mas Banu dan Mas Cahyo. Dan yang lain diambil karena kinerjanya yang
istimewa saat ITS EXPO, yaitu Adit, Iwan, Ilham, dan Jona. Ternyata aku adalah
panitia yang benar-benar murni diambil dari rakyat jelata (mahasiswa biasa-biasa saja, hehe). Jadi total panitia saat itu berjumlah
17 orang. Persiapan dari pihak ITS untuk PIMNAS kala itu sangat matang, antara
lain yaitu, bimbingan presentasi, bimbingan poster, simulasi PIMNAS, Fun Gathering seluruh Kontingen PIMNAS, melepas
puluhan balon yang berisi do’a-do’a memanjat kemenangan PIMNAS 25 untuk ITS,
hingga berbagi dengan anak-anak yatim piatu di panti asuhan. Semua itu
dilakukan untuk kemenangan Kontingen ITS di PIMNAS 25. Namun sayang sekali,
antusiasme peserta bisa dikatakan kurang pada saat itu. Dari 40 tim ITS, yang
berarti 200 orang peserta, hanya segelintir orang, kurang lebih hanya 40 orang
yang aktif mengikuti serangkaian persiapan ITS tersebut.
To be continued... :)
To be continued... :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar