Jumat, 31 Januari 2014

Awal Mula Terjun di PIMNAS 25 (Hanya Panitia) :D

Cerita ini aku tulis hanya untuk berbagi sedikit kegembiraanku dapat terjun di PIMNAS 25 :)
Jika ada salah-salah kata, mohon saya segera diingatkan :)



          Cerita ini berawal dari Oprec Staff Magang BEM ITS. Begitu memaksa, namun penuh harap. Aku memutuskan untuk mendaftar ketika waktu menunjukkan H-2 jam penutupan pendaftaran online oprec tersebut (haha bisa dibilang deadliners). Aku isi satu per satu pertanyaan pada formulir itu, hmm dan ternyata tidak se-sedikit yang ku bayangkan, bisa dibilang pertanyaannya begitu rinci seakan-akan BEM ITS takut menerima staff magang yang tidak diharapkan nantinya. Untuk pertanyaan awal, begitu mudah sekali aku menjawabnya (maklum, cuma tanya biodata :D). Selanjutnya saya terhenti di pertanyaan pemilihan kementerian yang diprioritaskan. Hmm, pilihan berat, karena sebenarnya saya tidak begitu paham mengenai tugas dan ranah tiap kementerian. Mohon dimaklumi lagi, saat itu aku masih maba dan ketika SMA belum pernah mengikuti organisasi sama sekali.
Di SMA ku, salah satu syarat kelulusan adalah membuat minimal satu karya tulis. Pada waktu itu aku satu kelompok dengan sahabatku SMA, Desi Ivanastuti namanya. Kami membuat karya tulis tentang pemanfaatan kencur untuk obat jerawat. Seru! karena membuatnya juga harus diaplikasikan. Yang menjadi kelinci percobaan karya tulis tersebut adalah Desi (hahaha, aku hanya bagian nguleg-nguleg kencurnya aja :p). Dan berawal dari sana, aku mulai menyukai karya tulis. Sehingga aku memilih Kementerian RISTEK yang menurut saya sedikit nyerempet dengan apa yang aku suka. Untuk prioritas kedua dan selanjutnya, semuanya hanya saya acak angkanya (hehe, maaf ^^v). Kemudian pertanyaan aneh lain muncul, para pendaftar harus menemukan 2 orang yang berpengaruh setidaknya di BEM ITS untuk memberikan testimoni (baca: mempromosikan :p) mengenai diri kita masing-masing. Aku bingung, galau, kehilangan arah dan terbersit untuk mengurungkan niat untuk mendaftar BEM (dramatisasi ehehe :p), karena saya hanya punya sedikit kenalan senior pada waktu itu. Tetapi aku teringat sahabat kakakku yang bernama Mas Fahmi dari jurusan Teknik kimia. Aku mendengar mas Fahmi telah menaklukkan PIMNAS 24 tahun sebelumnya. Benar-benar Subhanallah, ternyata mas Fahmi sangat welcome dan bersedia menyumbangkan testimoninya untukku. Lebih Subhanallah lagi, aku baru mengetahui ternyata mas Fahmi adalah ex- staf Kementerian RISTEK BEM ITS. Mas Fahmi sempat menawarkan untuk merekomendasikanku ke Menteri RISTEK secara langsung. Tapi bukannya mahasiswa harus idealis ya? Mahasiswa sibuk mendengungkan anti KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme). Dengan cara direkomendasikan sama saja aku menelan ludahku sendiri, yaitu menolaknya tetapi aku sendiri melakukan nepotisme. Oleh karena itu aku menolaknya, dan memilih jalan seperti jalan mahasiswa lain yang mengikuti filosofi air yang mengalir tanpa melalui jalan tembusan hingga bermuara ke lautan (apa sih bell? -_-). Bisa jadi itu kesombonganku untuk menolaknya (haha, tapi enggak kok, suer –V) sehingga ternyata saya tidak diterima menjadi staf magang manapun. Yaah…sedih awalnya, tapi yasudahlah, memang benar, niat dan usaha berbanding lurus dengan apa yang kita peroleh. Usaha 2jam-H penutupan ingin diterima, mana bisa? Sedangkan yang lain telah berusaha menyiapkan semuanya jauh-jauh hari. Aku melihat teman-teman ku yang berhasil masuk BEM ITS, aku ikut senang. Setidaknya aku tau, teman ku yang masuk BEM adalah orang yang punya komitmen. Jadi, BEM ITS tidak salah memilih mereka.

Kapan bahas PIMNAS-nya???? Check it out! :D

Tiga hari setelah pengumuman oprec staf magang, tiba-tiba mas Fahmi mengirimkan sms, menanyakan kabar oprec tersebut. Dengan jawaban sok tegar, aku membalas “Hehe, Alhamdulillah ndak mas :D”. Mungkin mas Fahmi begitu sibuk, sehingga baru membalasnya keesokan harinya. Dengan perkiraan jawaban mas Fahmi adalah hanya menghibur dan menabahkanku (GR :p), trnyata aku salah. Mas Fahmi menawarkanku untuk menjadi panitia PIMNAS 25 kontingen ITS. Ketika itu aku kaget, karena aku tidak pernah melihat poster-poster Oprec Panitia tersebut yang biasanya banyak ditempel di mading BEM atau himpunan. Untuk tugas kerjanya pun aku tidak paham, karena yang aku ketahui, PIMNAS tidak diadakan di ITS kala itu. Karena takut nepotisme lagi, aku tanyakan kembali apa yang menjadi uneg-uneg ku. Mas Fahmi hanya menjawab, “Itu closerec, untuk tugasnya liat aja nanti, jadi mau apa nggak?” Sepertinya pertanyaan itu memojokkan ku untuk segera mengambil keputusan. Tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan, akhirnya saya mengiyakan tawaran itu. Keesokan harinya, belum ada kabar mengenai kepanitiaan tersebut. Dua hari kemudian, juga belum ada kepastian. Tiga hari kemudian aku sudah tidak berharap, apalagi minggu depan ITS sudah mulai pekan EAS. Namun, 2 hari sebelum EAS pertama, aku kaget karena ada sms dari nomer yang tidak dikenal untuk mengirimkan nama beserta NRP. Ternyata itu adalah sms dari Mbak Bunga yang merupakan asekmen RISTEK BEM ITS kala itu dan juga kawan seperjuangan Mas Fahmi ketika di BEM ITS. Tanpa berpikir panjang, aku langsung mengirimkan  nama dan NRPku. Dan dibalas kembali oleh Mbak Bunga, dan yang paling aku ingat adalah kata-kata “No Bossy”. Aku berpikir, apa kepanitiaan ini sebegitu medeni-nya ya kok ada boss-boss an? Yasudahlah, mungkin mirip-mirip pengkaderan, batinku.

Jarkoman pertama, ada undangan welcome party untuk seluruh panitia. Sayang sekali welcome party dilaksanakan pada siang hari, sehingga aku tidak bisa mengikutinya karena ada UAS hingga sore hari. Akhirnya saya ijin untuk tidak datang, dan Mas Iqbal, ketua panitia PIMNAS kala itu, menyuruh ku untuk datang menyusul ke BAAK setelah UASku selesai. Karena aku ada keperluan lain, akhirnya aku memutuskan untuk datang ba’da shalat maghrib. Aku bingung, BAAK sebelah mana yg dimaksud, karena saya pikir, BAAK sudah tutup ketika malam hari. Untung saja, ada yang memberitahuku kalau Jona juga menjadi panitia itu. Senangnya bukan main, akhirnya aku punya teman. Jona adalah teman SMA-ku, atau lebih benar dibilang adik kelasku saat SMA, tapi karena kepintarannya, akhirnya dia masuk kelas akselerasi. Tanpa malu, aku langsung sms dia untuk mengajaknya ke BAAK bersama. Alhamdulillah, akhirnya kita bertemu di depan SKK dan masuk ke ruang BAAK bidang kemahasiswaan, yang ternyata belum tutup dan justru penuh dengan banyak orang yang mondar-mandir dan aku sendiri bingung mereka sibuk apa. Karena Jona datang ketika welcome party dan seakan sudah mengenal semua yang ada di dalam ruangan tersebut, dengan polosnya aku bertanya, “Ini lagi ngapain jon? Aku habis ini ngapain?”. Dengan baiknya, Jona akhirnya mengenalkanku ke Mas Iqbal. Dan aku diberi pekerjaan. Pekerjaan pertama yang sangat istimewa sekali (majas litotes), yaitu membagikan nomer urut antrian bimbingan peserta yang lolos PIMNAS, sembari membuka tutup pintu masuk BAAK untuk menyuruh masuk antrian berikutnya, setelah peserta yang telah bimbingan ke dosen keluar. Hal ini dilakukan agar ruangan tersebut tidak penuh sesak. Sebenarnya agak tidak jelas pekerjaanku disana (tapi yah karena masih polos ya diterima saja apapun yang diberikan hehe). Hari kedua, Mas Iqbal mengenalkan dengan teman-teman panitia yang lain. Waktu itu ada Mbak Bunga, Mas Wegan, Iwan, Ilham, Adit, Mas Cahyo dan tentunya ada Jona. Dan hari kedua, aku sedikit bergaya, karena tugas ku adalah menelpon seluruh kadep ristek HMJ se-ITS untuk ‘menggupuhi’ agar segera mengumpulkan laporan akhir PKM ke BAAK sesegera mungkin. Waktu itu aku dibantu oleh Adit yang sebelumnya aku kira sebagai karyawan BAAK karena wajahnya begitu dewasa dan bajunya yang sangat formal, kemeja putih (damai yo Dit ^^v). Semakin hari, semakin banyak bermunculan wajah-wajah baru yang menjadi panitia. Namun, aku baru tau ketika internalisasi panitia. Panitia PIMNAS dari ITS saat itu yaitu, Mas Iqbal sebagai ketua, staf RISTEK BEM kala itu, Mbak Ani, Mbak Titis, Mas Bintang, Mas Arif, Mbak Amik, Mas Idham, Mas Wafi, dan Mbak Eka ditambah panitia PIMNAS tahun lalu, yaitu Mas Wegan, Mas Banu dan Mas Cahyo. Dan yang lain diambil karena kinerjanya yang istimewa saat ITS EXPO, yaitu Adit, Iwan, Ilham, dan Jona. Ternyata aku adalah panitia yang benar-benar murni diambil dari rakyat jelata (mahasiswa biasa-biasa saja, hehe). Jadi total panitia saat itu berjumlah 17 orang. Persiapan dari pihak ITS untuk PIMNAS kala itu sangat matang, antara lain yaitu, bimbingan presentasi, bimbingan poster, simulasi PIMNAS, Fun Gathering seluruh Kontingen PIMNAS, melepas puluhan balon yang berisi do’a-do’a memanjat kemenangan PIMNAS 25 untuk ITS, hingga berbagi dengan anak-anak yatim piatu di panti asuhan. Semua itu dilakukan untuk kemenangan Kontingen ITS di PIMNAS 25. Namun sayang sekali, antusiasme peserta bisa dikatakan kurang pada saat itu. Dari 40 tim ITS, yang berarti 200 orang peserta, hanya segelintir orang, kurang lebih hanya 40 orang yang aktif mengikuti serangkaian persiapan ITS tersebut.


To be continued... :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar