Sabtu, 03 Oktober 2015

Kamu, aku minta maaf.

                Kaget. Itu yang pertama aku rasakan. Dengan begitu “to the point” kamu “meminta”ku, dan saat itu juga kamu bilang ingin menemui orangtuaku. Nggak salah? Pikirku. Kita mengenal hanya sekedarnya saja, aku panitia dan kamu peserta. Tak ada yang istimewa. Bahkan kamu pernah mengalami kejadian yang tidak menyenangkan saat itu, dan aku sering menertawakannya. Bukankah itu hal yang kejam buat mu?. Hampir 3 tahun berlalu, tak ada kejadian yang menarik antara aku dan kamu. Bertegur sapa saat bertemu, hanya itu saja, tidak lebih.
                Jujur, pada saat itu aku ingin melarikan diri. Tapi aku ingin menyelesaikan semuanya dengan baik entah berakhir “ya” atau “tidak”. Satu bulan berlalu, tidak ada kabar. Aku kira kamu sudah menyerah. Aku kira kamu sudah berubah pikiran. Aku kira kamu sudah menemukan yang lebih baik. Tapi hal tersebut langsung tertepis oleh seseorang yang menunjukkan “lembaran-lembaran visi misi hidupmu” setengah bulan kemudian. Rupanya kamu menyiapkan itu satu bulan ini. Isinya istimewa, kamu orang yang luarbiasa. Bahkan aku merasa tak pantas. Mungkin kamu belum tau aku yang sebenarnya. Aku tak seperti yang kamu duga. Aku perempuan biasa, masih perlu banyak yang harus diperbaiki. Sedangkan kamu sendiri sudah siap segalanya, baik agama, ilmu, maupun finansial.
               Aku tak mengerti apa yang harus aku lakukan. Pikiranku terbagi ke banyak hal, terutama tugas akhir yang tak kunjung selesai. Aku menyampaikan bahwa aku belum siap, masih ada banyak hal yang harus aku selesaikan dan aku perbaiki. Jika memang, kamu sudah siap segalanya tentulah harus disegerakan. Mencari yang baru adalah solusinya. Tapi jujur, saat itu kamu masih aku pertimbangkan. Mencari tahu tentangmu dari orang-orang yang mengenalmu, dan tentu bersujud meminta petunjuk-Nya. Banyak orang berkata yang dikuatkan dengan hadits, bahwa kerusakanlah yang terjadi apabila menolak lamaran seseorang yang shaleh. Tapi apalah daya, jodoh Allah yang menentukan. Jika kamu saat ini masih menunggu, maafkan aku, aku belum ada kemantapan hati untuk menerimamu. Pergilah, cari yang lebih baik dan pantas untukmu. Apabila kita berjodoh, suatu saat nanti pasti kita dipertemukan lagi. 


               
“Untuk kamu, yang pernah terbersit untuk memilihku, aku minta maaf,  mungkin kamu sedang tersesat, carilah jalan lain yang membuatmu bahagia”

2 komentar:

  1. haduh gag bisa ninggalin backlink disini

    BalasHapus
    Balasan
    1. waahhh cihoo..maaf baru ngeh kalo kamu komen..
      aduh aku jadi malu --'
      apa itu backlink ho?

      Hapus