Minggu, 15 Maret 2015

Yuk Menabung! :)

         Menabung.  Sejak kecil aku diajarkan hidup sederhana dan rajin menabung oleh orang tuaku. Yaa memang aku bukan  berasal dari orang tua yang kaya, biasa-biasa saja dari segi keuangan. Tapi, aku sangat behagia dilahirkan di keluarga ini J. Mungkin bisa aku ceritakan sedikit tentang kelucuan-kelucuan ketika belajar menabung hehe. Aku pertama kali belajar menabung dibelikan oleh ibu ‘celengan’ berbentuk kucing berwarna pink yang terbuat dari plastik. Awal-awal masih rajin sekali memasukkan uang-uang receh ke dalamnya, tetapi lama-kelamaan, aku dan mas muncul keinginan untuk membeli sesuatu tanpa diketahui oleh Bapak dan Ibu. Dengan begitu kompaknya, aku dan mas iuran untuk membeli sesuatu itu. Kreatifitas diterapkan begitu konyolnya, uang di dalam celengen dicongkel-congkel dari balik lubang masuk uang receh hanya menggunakan sebuah bolpoin. Ajaib bagi anak seumuran kami, dua anak SD yang hanya berjarak dua tahun hehehe. Uang yang ada di dalam celengan tersebut akhirnya keluar satu demi satu, seperti mendapatkan durian runtuh, kami sangat senang uangnya keluar. Karena keseringan mencongkel-congkel lubang celengan, lubang tersebut lama-kelamaan semakin besar, ibu pun akhirnya tahu tentang kenakalan kami. Ya hal seperti ini tidak selayaknya ditiru karena dulu aku dan mas nakal banget -_-. Kami pun akhirnya dimarahi, dan celengannya pun diiris oleh Ibu untuk melihat sisa isinya. Ya ternyata uangnya tinggal sedikit, karena memang lebih banyak mengeluarkan uang daripada memasukkan uang ke dalamnya. Untuk episode selanjutnya, akhirnya ibu membelikan kami celengan yang berasal dari kayu yang kecil, namun keras, sehingga kami tidak bisa mencongkel-congkelnya. Dan celengan itu bertahan hingga hasilnya dituai. Memang tidak banyak uangnya, karena memang wadahnya sedikit sempit untuk menyimpan uang yang banyak. Namun cukuplah untuk membeli peralatan sekolah ketika memasuki tahun pelajaran waktu itu, entah itu uangnya ditambahi atau tidak oleh Bapak dan Ibu. Tapi kata Bapak dan Ibu, itu hadiah  karena sudah berhasil menabung dan tidak mencongkel-congkelnya serta mendapatkan nilai bagus waktu itu J. Setelah itu, aku dan mas jadi lebih rajin menabung. Ketika memperingati maulud nabi, di desa ku selalu mengadakan pasar malam atau di daerah kami disebut “dermulen”, banyak sekali permainan seperti tong setan, bianglala, komedi putar dan masih banyak lainnya sehingga banyak sekali penjual baik dari pakaian, mainan, begitu juga penjual celengan dengan bermacam-macam bentuk dan bahan baku. Dan disana, ibu membelikan kami celengan ayam jago dari tanah liat yang cukup besar. Celengan itu bertahan sangat lama sekitar 3 tahun, dan ketika kami rasa sudah penuh, akhirnya celengan itu kami pecahkan. Uang recehnya sudah terlihat agak berkarat, tetapi untungnya masih bisa digunakan. Setelah dihitung, dan digabung dengan uang mas, ditambah sedikit (sebenernya banyak sih) uang dari Bapak dan Ibu, kami bisa membeli computer. Jaman dalu, computer masih menjadi primadona sebelum munculnya laptop, tab, dan sebagainya. Senangnya minta ampun rasanya bisa membeli barang seperti itu, ya meskipun ada tambahan sana-sini, tetapi tetap ada kesenangan dan kepuasan tersendiri :) 


           Dan sekarang, semakin dewasa, semakin tua, begitu pula kebutuhan semakin banyak ditambah harga kebutuhan yang semakin naik. Kebiasaan menabung mulai terkikis. Saat ini aku ingin memulainya kembali, menggunakan celengan, meskipun tidak banyak seperti di bank, setidaknya aku bisa belajar untuk berhemat dan menyisihkan uang. Selain itu, menabung  adalah cara pembelajaranku untuk masa depan dan ketika aku berkeluarga nanti. Karena istri akan menjadi bendahara di rumah tangga, mengatur segala keuangan. Itu tidak mudah jika tidak belajar dari sekarang. Aku tak ingin menghabiskan uang hasil kerja keras suamiku untuk hal-hal yang tidak penting. Aku juga ingin mendidik anak-anak ku kelak agar hidup sederhana, namun tidak pelit dan peduli terhadap orang-orang di sekitarnya. Aamiin :)

Jujur saja, saat ini aku tidak tahu uang yang aku tabung untuk apa karena memang jumlahnya tidak banyak. Tetapi, suatu saat ini, apabila program menabungku berhasil, aku ingin segera menghajikan orangtuaku dan membangun panti asuhan, sanggar anak jalanan, panti werdha dan sekolah gratis. Aamiin. Semakin dewasa, semakin mengerti bahwa 
"Kekayaan sesungguhnya bukan dari apa yang kita punya, tetapi dari apa yang telah kita berikan."
Menabung tidak hanya mengajarkan untuk berhemat, tetapi mengajarkan untuk belajar menyisihkan uang untuk orang lain, karena ada hak orang lain yang tak mampu di dalam rejeki yang kita dapat.

"Rajin menabung pangkal kaya, memang, tetapi lebih tepatnya rajin menabung pangkal kaya hati. "

Minggu, 08 Maret 2015

BAHAGIA


"Jika bicara  tentang pengabdian, maka disitulah tersirat makna cinta. Jika bicara tentang kebersamaan, maka disitulah terlukis gurat keluarga. Jika bicara tentang kesalahan, maka disitulah letak kata maaf. Jika bicara tentang cinta, keluarga dan memaafkan, maka disitulah sumber kebahagiaan."

Minggu, 01 Maret 2015

Jodoh

Minggu-minggu ini terasa begitu menggemaskan, karena pembahasannya selalu sama, mungkin karena memang sudah umurnya kali ya. NIKAH.

            Ditengah kegalauan tentang TA, teman-teman seangkatan membicarakan tentang nikah, dua sahabat deket juga udah mau nikah, mbak yang aku kenal deket narget nikah tahun ini, tetangga juga ada yang nikahan..ckckckc
Sebenarnya semuanya sih tidak terlalu dipikirkan, tetapi semenjak Bapak Ibu tanya, "apa sudah ada yang dekat atau mendekati? Bapak Ibu pengen ndang mantu, pengen punya cucu"
Rasanya seperti "ditembak". Speechless...apa daya kalau sudah orangtua yang bertanya?. Memang sebenarnya Bapak Ibu sudah sering 'kode' mengenai hal ini, Bikin kepikiran. Sepertinya dicarikan saja oleh orangtua itu lebih baik -_-".
            Dua puluh satu tahun. Rasanya cepat sekali hidup ini. Anak-anak--remaja--dewasa. Aku masih saja merasa kalau aku masih seperti anak-anak. Tapi perbincangan seperti itu, kegalauan TA, ditambah kehidupan setelah kuliah, bonus pertanyaan 'kapan nikah' juga menghantui, menyadarkan aku satu hal. DEWASA. semoga diumurku yang sekarang, tidak ada kata terlambat untuk terus belajar dewasa, baik terhadap diri sendiri dan orang lain. Diiringi untuk terus belajar ilmu pengetahuan dan agama. Hingga aku siap menghadapi masa depan yang sebenarnya tidak mudah, dan siap untuk menikah serta berumahtangga. Bismillah....aku serahkan semuanya pada-Mu ya Allah tentang hidup dan matiku, rejeki, dan jodoh.
           Jodoh? Haruskah wanita yang mencari? ataukah sabar menunggu hingga datang pangeran hati? yang aku bisa lakukan saat ini MEMANTASKAN DIRI, karena JODOH PASTI BERTEMU dan TIDAK TERTUKAR. Siapa yang lebih dahulu meminta, istikharah, baru memutuskan menerima atau menolak.

"Aku ingin menjadi hamba yang taat pada Allah, anak yang berbakti kepada kedua orang tua, seseorang yang dirindukan oleh keluarga, istri shalihah yang patuh kepada suami, ibu yang mampu menghasilkan generasi rabbani, dan manusia yang bermanfaat bagi lingkungannya." aamiin.
 "Allah, jika dia adalah adalah orang yang baik untuk agama, dunia, dan akhiratku, maka pertemukanlah kami dalam bingkai yang halal, pernikahan yang sah, dan ibadah yang Kau ridhai, jangan biarkan syaitan merusaknya, jagalah hatinya, begitu pula hatiku, kuatkahlah imannya pada-Mu, begitu juga imanku, perbaikilah perilakunya, begitu juga denganku, pantaskahlah dia untukku, begitupun pantaskanlah aku untuknya, aku tak ingin membuatnya terluka atas perilakuku, malu atas pribadiku, apalagi kecewa telah bersamaku, Begitupun denganku ya Allah. jadikan kami pasangan yang bahagia dunia dan akhirat. Tapi ya Allah, jika dia justru mengabaikan agama, menghancurkan dunia, dan menyengsarakan akhiratku, jauhkan lah dia dari ku dengan cara-Mu, dan berilah pengganti yang jauh lebih baik." aamiin.
"Allah, jika saat ini aku telah siap untuk menikah, aku mohon segera dekatkan dengan jodohku, agar keinginan ini tidak menjadi kerisauan yang akan menjadi jalan syaitan untuk menyesatkanku dan fitnah dari orang lain, serta agar aku bisa bersama membahagiakan orangtuaku dan orangtuanya. Namun jika aku belum siap, aku mohon persiapkan diriku untuk itu, hilangkan kegalauan ini agar aku dapat berkonsentrasi untuk memperbaiki diri, lupakan sejenak pikiran itu, lapangkan dan tenangkan hati ini, dan tanamkan bahwa suatu saat nanti pasti ada jodoh yang baik untukku. Aku percaya, Kau akan mempertemukan kami dalam waktu yang tepat dan tidak terlambat" :)

sumber: https://didisederhana.files.wordpress.com