Asing...
Bahkan aku tidak mengenalmu dipertemuan pertama, kedua, maupun ketiga.
Satu kelompok memorizing di kelas kursus, dan baru mengenalmu dipertemuan keeempat, aku kagum. Kagum karena kamu mampu menghafal 44 vocab berserta sinonim dan terjemahnya dalam satu malam sedangkan masih ada tugas yang lainnya. Bahkan aku hanya mampu menghafal setengahnya saja. Benar-benar sangar.
Hari berikutnya, di kelas yang sama, kamu dan teman-temanmu berbincang begitu akrab dengan teman satu kamarku. Aku hanya ikut mendengarkan saja, mendengarkan ceritamu dari teman-temanmu. Ternyata kamu memiliki suatu cerita yang berbeda, memiliki masa lalu atau lebih tepatnya masa kecil yang tidak menyenangkan sehingga kamu mengalami krisis pertemanan.
Mendengar cerita seperti itu, aku dan teman-temanku justru ingin makin berteman dengan kamu dan ingin menunjukkan bahwa masih ada pertemanan yang tulus, tanpa menginginkan apa-apa, tanpa ada kepentingan apapun seperti yang kamu katakan. Aku dan teman-temanku mencoba lebih perhatian kepadamu untuk menghilangkan persepsi itu. Tak ada sama sekali niat buruk, apalagi membina pertemanan yang palsu. terlintas saja sama sekali tidak pernah. Kami ingin benar-benar berteman denganmu, dan alhamdulillah kamu mau menjadi lebih sedikit terbuka. Kita sudah bisa tertawa bersama, becanda, membully dan sebagainya.
Satu bulan berlalu, aku tidak menyangka kamu menceritakan banyak hal di perpisahan kelas waktu itu, menceritakan hal yang begitu pribadi. Entah kenapa kamu bisa mempercayaiku. Aku hanya bisa menanggapi ceritamu dengan mengembalikan semuanya pada Allah, dan terus mengatakan "sabar ya", selebihnya aku mencoba menjadi pendengar yang baik. Aku tak pernah memiliki teman dengan permasalahan seperti ini sebelumnya, sehingga aku tidak tau harus berbuat apa. Menyemangati menjadi lebih lagi setelahnya, agar kamu bisa bertahan di kondisi seperti itu dan tentu bisa lepas dari permasalahanmu.
Semua sudah kembali ke daerahnya masing-masing setelah kursus itu selesai, begitu juga dengan aku, kamu dan teman-teman lain. Namun aku merasa kita semua sudah seperti keluarga, sudah seperti berteman lama. Dan silaturrahmi ini hanya bisa disambung menggunakan media sosial karena memang jarak yang jauh.
Namun, sesuatu yang mengagetkan terjadi. Kamu sudah menganggap berlebihan sikapku. Mungkin memang aku yang salah, tapi kenapa teman-teman lain yang justru lebih perhatian tak kau anggap sama denganku?? Kamu bilang perhatianku padamu berbeda dengan yang lain. Ya berbeda, karena kamu perlu di treatment sedemikian rupa, anggapku dan teman-teman lain. Kamu mengatakan bahwa aku menyukaimu. Aku anggap kamu hanya menjadikan pembenaran atas semua yang terjadi tanpa mengerti aku sebenarnya bagaimana.
Benar, aku harus tegas. Aku harus mengatakan yang sebenarnya kalau aku tidak punya perasaan apa-apa ke kamu sebelum semuanya terlambat dan semakin menjadi. Perasaan itu hanya sebatas rasa peduli antar teman dan karena aku memang suka berteman dengan siapa saja, siapapun itu.
Kamu malah marah padaku karena anggapanmu salah. Kamu memintaku agar tidak komunikasi lagi denganmu. Oke, aku turuti. Tapi kamu kembali, memintaku memberi kesempatan. Kesempatan apa?
Aku tak bisa memberi harapan apapun tentang perasaan yang bahkan aku tidak merasakan apa-apa. Apalagi aku tergolong orang yang sulit untuk mencintai seseorang. Kamu kembali marah, memintaku tidak menghubungimu lagi. Aku turuti, toh selalu kamu yang mengawali percakapan setelahnya.
Entah apa yang kamu lakukan setelahnya, mencari tau tentangku yang memang tidak sempurna ini kepada teman-temanku. Temanku bercerita bahwa aku dulu pernah jatuh cinta dengan seorang laki-laki tapi harus diredam karena ada suatu hal. Kamu kembali lagi dengan mengatakan aku munafik dan kata-kata yang menyakitkan lainnya. Padahal itu adalah rasa yang dulu, rasa yang sudah aku kembalikan kepada Sang Pemilik Hati. Dan yang aku masih heran, sebenarnya apa yang ada dipikiranmu sedangkan kamu mengetahuinya hanya permukaannya saja tetapi sudah bisa menjudge ini dan itu???
Kamu tau kata-katamu sangat menyakitkan?? semoga kata-kata itu tidak lagi kamu katakan untuk orang lain. Tapi ya sudahlah, tak ada gunanya aku membela diri, sepertinya apa yang aku katakan selalu saja salah. Bahkan saat itu, lama membalas chatmu saja kamu sudah menanyakan berkali-kali. Kita hanya teman, tidak lebih. Apa teman juga segitunya harus selalu membalas chatmu dan salah ketika memilih menunda membalasnya dan hanya read saja?? teman tidak segitunya juga. Pahamlah aku juga mempunyai kesibukan dan lelah ketika harus memikirkan balasan dgn kata yang baik ketika kamu judge ini dan itu. Aku merasa dikejar-kejar renternir yang menagih hutang, padahal aku tidak punya hutang apa-apa. Sama sekali tidak nyaman bukan? Kamu kembali marah, menyuruhku menghapusmu dari daftar temanku. Bagiku aku hapus atau tidak itu tidak akan ada efeknya buat kamu, justru jika kamu melakukannya untuk dirimu sendiri itu mungkin lebih berguna.
Kamu kembali lagi, merasa menyesal melakukan semua itu, dan mengatakan itu hanya trik saja. Buat apa??? semua tidak sebecanda itu. Aku sudah memaafkan kamu, tanpa kamu minta maaf, tapi aku sudah tidak bisa seperti semula lagi seperti yang kamu inginkan. Lalu kamu kembali mengungkit-ungkit masalah aku belum move on. Hey, kamu tau apa tentang perasaanku? apa yang aku rasakan tidak sama dengan apa yang kamu pikirkan. Kamu kembali memintaku memberi kesempatan, dan kamu berkata akan serius dan sudah mengenalkan aku pada orangtuamu. Buat apa? aku tidak memintanya bukan? Aku sudah merasa tidak nyaman. Kamu kekeh dengan pendirianmu bahwa cinta bisa ditumbuhkan asal ada kemauan dan kesempatan. Aku harus menjelaskan bagaimana lagi? Benar-benar sudah tertutup hati ini dengan semua sikapmu yang kemarin. Aku tak menanggapimu lagi, aku rasa memang itu yang terbaik. Tapi kamu kembali muncul, kembali menanyakan kesempatan itu, sama sekali Allah belum menitipkan rasa apapun untukmu di hati ini, apa harus dipaksa? Aku kembali mempertegas, tak ada jawaban lagi darimu, setauku kamu sudah meremove pertemanan kita di facebook. Tak masalah bagiku, mungkin ini yang terbaik. Tapi kamu muncul lagi dengan menuduhku sudah menerima lamaran orang lain, kamu semakin menuduh ketika gosip tidak bertanggungjawab di grup itu semakin menyeruak. Kamu bilang tidak usah berbelaskasih denganmu, kamu bilang kamu mempermudah apa mauku, kamu bilang kamu mengijinkanku dengan yang lain. Aku sama sekali tak paham,mempermudah apa yang kamu maksud, apakah aku juga perlu ijinmu ketika akan menikah dengan orang lain? Kita hanya teman, tak lebih dari itu.
Kamu selalu mengatakan suka, cinta dan lain-lain. Tapi aku rasa itu bukan cinta. Itu hanya terobsesi belaka. Setauku cinta yang tulus akan membiarkan orang yang dicintainya bahagia meskipun bukan dengan dirinya. Cinta itu bukan tentang memiliki, tetapi tentang membahagiakan. Coba sekarang kita sama-sama flashback ke belakang, adakah kamu membuatku bahagia? justru kamu membuatku tertekan. Saat ini kamu yang hanya teman dan tidak lebih saja bisa begitu protektif dan cemburu, apalagi nanti jika memang aku menjadi istrimu??? Coba pikir lagi, coba renungkan kembali.
Maaf, aku lebih baik menolak dan tegas sekarang, setidaknya kamu menderita di awal dan tidak berlarut-larut, tetapi bahagia di akhirnya nanti, daripada aku memberimu harapan dan kesempatan yang justru akan menjadi bom waktu yang akan membuatmu lebih kecewa daripada ini, lebih lama lagi menderita karena ini?? Kembalikan semuanya pada Allah, perbaiki dirimu karena Allah, bukan karena manusia, karena akan banyak kecewanya.
Maafkan aku yang sudah membuatmu kecewa, maaf atas semua tingkah lakuku. Semoga kamu bisa bertemu dengan perempuan yang menerima kamu apa adanya, yang bisa membuatmu lebih baik lagi dan lebih bahagia tentunya, aamiin... :) Tenang saja, aku tidak pernah membencimu, aku tetap menganggapmu sebagai temanku. Jangan khawatir, jodoh tidak akan tertukar :)
Maafkan aku yang sudah membuatmu kecewa, maaf atas semua tingkah lakuku. Semoga kamu bisa bertemu dengan perempuan yang menerima kamu apa adanya, yang bisa membuatmu lebih baik lagi dan lebih bahagia tentunya, aamiin... :) Tenang saja, aku tidak pernah membencimu, aku tetap menganggapmu sebagai temanku. Jangan khawatir, jodoh tidak akan tertukar :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar