Minggu, 22 Mei 2016

Klub Keilmiahan ITS Periode 2013/2014

Klub Keilmiahan ITS Periode 2013/2014

Dahulu Klub Keilmiahan ITS diinisiasi karena beban yang cukup besar dari tugas RISTEK BEM ITS dalam bidang keilmiahan khususnya di bidang PKM. Sedangkan dalam MUBES IV, RISTEK difokuskan dalam bidang sosial politik, sehingga ranah RISTEK pada saat itu masih sedikit melenceng (bener gak ya?bella sok tau, tanya ke inisiatornya langsung aja wis :p). Pembentukan Klub Keilmiahan ITS  berawal dari alumni IHS (ITS Heroes School), proker RISTEK BEM ITS Mahakarya 2012/2013 yang pada saat itu dipegang oleh Syafiudin (Udin). Aku tidak tau persis bagaimana pengamanahan dari Mas Sony selaku Menristek BEM ITS kepada Udin pada saat itu, yang jelas para alumni IHS ikut membantu dalam pembimbingan dan pengumpulan PKM ITS pendanaan tahun 2014 dan pada saat itu juga alumni IHS disebut sebagai anggota Klub Keilmiahan ITS.
Pada kepengurusan selanjutnya (BEM ITS Muda Bersahabat), Arahan Menteri RISTEK saat itu, Mas Adhika menyatakan bahwa Klub Keilmiahan ITS resmi dibentuk di bawah kepengurusan Ristek BEM ITS. Dan Ketua Klub Keilmiahan ITS diamanahkan ke Udin yang menjabat sebagai staff ahli keilmiahan pada saat itu. Pada suatu masa, datanglah Udin sebagai temanku untuk “curhat” mengenai Klub Keilmiahan ITS. Aku yang dulu staff RISTEK kepengurusan sebelumnya dengan ilmu apa adanya hanya bisa memberi saran sekedarnya saja (atau malah makin bikin bingung?sorry Din  -,-‘).
Pada hari berikut-berikutnya, datanglah Udin (lagi) memintaku menjadi sekretarisnya (hlaaaar…baru aja aku selesai dengan dilemmaku tentang dua hal yang hampir sama, sekarang terulang lagi? L ) (seriusan, ini sama sekali bukan saranku, bahkan Udin sudah tau kalau aku tidak diperbolehkan ke BEM lagi <ada yang berkomentar seperti ini, jadi aku klarifikasi yak J>). Aku meminta waktu untuk berpikir, tapi tak bisa janji akan memberikan jawaban yang menggembirakan. Teringat wajah Udin yang memelas, aku kasian, setelah beberapa lama dan banyak pertimbangan, akhirnya aku terima tawarannya (haha becanda^^v). Alasan yang dilontarkan Udin pada saat itu adalah sudah tidak ada kader lagi, dan dia berkata bahwa tugas sekretaris tidaklah berat, hanya mengurus administasi saja (sepertinya aku dulu masih polos ya, begitu mudahnya dibohongi –“). Karena hal itulah aku mau menerimanya, dan kenyataannya juga memang aku suka bersosialisasi dengan banyak orang dan sudah cinta dengan dunia keilmiahan (cinta jare, gombal banget haha :p ).
Aku langsung bergabung dengan Klub Keilmiahan ITS tanpa screening, hanya modal kepercayaan dari Pak Ketua. Aku berasa seperti penyelundup yang tiba-tiba masuk tanpa ketok pintu dahulu. Perasaan sungkan, malu, takut bercampur jadi satu, karena pada waktu itu KK ITS sudah memiliki anggota, yaitu Rokim, Nur Hasanah, Faizal, Salman, Firda, Ulul, Shaffi dan Wulan. Udin menambahkanku ke grup baru, Klub Keilmiahan ITS, memperkenalkanku dengan poster buatannya yang bikin aku makin malu (dasar Udin, dari dulu selalu begitu –“). Udin juga langsung memberikanku password facebook, twitter maupun e-mail dari Klub Keilmiahan ITS waktu itu.
Karena pada waktu itu hanya aku yang ‘agak’ tua di KK, jadi akulah yang diajaknya diskusi mengenai struktur organisasi KK ITS, tugas-tugasnya, dan jumlah orang yang dibutuhkan tiap bagiannya. Pada saat itu kami juga memperhatikan grand design dari KK ITS dari kepengurusan sebelumnya. Namun, karena kami kira hal tersebut belum bisa dilakukan sepenuhnya yaitu KK ITS menjadi UKM, kami akhirnya memodifikasinya sesuai garis besar visi misi yang diusung. Strukturnya pada saat itu yaitu Ketua Klub Keilmiahan, Wakil Ketua, Sekretaris, Divisi Khusus (Trainer Keilmiahan), Divisi PKM dan Divisi P2K (Peningkatan dan Pengembangan Keilmiahan) serta ditambah member keilmiahan (mau tahu lengkapnya? Hubungi KK ITS 2013/2014 J ). Hasil diskusi tersebut kemudian dibawa ke Mas Adhika untuk dikoreksi, dan Alhamdulillah di-acc dengan perbaikan tentunya.
Setelah konsep KK sudah fix, selanjutnya kami siap melakukan oprec pengurus dan member. Daaann deng deng…(suara mengagetkan ala di film-film)…. Udin tiba-tiba menghilang, hape tidak bisa dihubungi, tidak ada kabar. Lagi lagi, hobinya jadi lostman muncul lagi (hehe becanda ya Din ^^v). Mau tak mau, sanggup nggak sanggup, harus aku yang mengurusi oprec kali ini. Aku masih canggung dengan anggota Klub Keilmiahan yang lain, belum ada kesempatan untuk SKSD terlebih dahulu, apalagi internalisasi. Akhirnya aku bersembunyi dibalik akun facebook Klub Keilmiahan yang aku sudah diberi passwordnya. Apapun aku share di grup menggunakan akun itu, pembagian tugas juga aku muncul sebagai akun KK, komentar di postingan pun aku menggunakan akun KK. Biarlah mereka menganggap bahwa yang menggunakan akun itu adalah Udin. Tak apalah dibilang pemalu, atau pengecut sekalipun, karena aku juga tak mau seperti melangkahi Udin di hadapan anggota lain, kok sepertinya apa-apa Bella yang muncul, emang siapa aku? (baper deh Bell, kayak perempuan yang minta kepastian aja haha :D). Aku hanya ingin menghilangkan kemungkinan persepsi seperti itu, karena mereka belum tahu kalau Udin menghilang. Lama kelamaan, akhirnya jati diriku terbongkar, eh bukan terbongkar deng, tapi dibongkar oleh mbak Amalia (Trainer Keilmiahan) yang mengetahui kalau akun KK yang menggunakan adalah Bella. Dan tentu gaya bicara, gaya postingan, gaya komen, yang sedikit alay dan sedikit melow bukan Udin banget (sedikit kok nggak banyak-banyak hehe, maklum, aku tetaplah perempuan :p)
Alhamdulillah…., akhirnya publikasi oprec pengurus dan member KK sudah terlaksana meskipun hanya arahan via postingan fb. Kalian memang keren adek-adekku anggota KK ITS J. Jika tidak ada inisiatif dari kalian, kerja sama tidak baik, tentu yang ada hanya saling lempar tugas karena memang tidak ada pembagian jobdesk. Alhamdulillah, sebanyak 100 orang mendaftar dan sekitar 30 orang memasuki kualifikasi sebagai pengurus. Selanjutnya ke tahap screening.
Alhamdulillah lagi, akhirnya Udin muncul juga, ternyata hapenya hilang (lagi). Entah sudah berapa kali Udin kehilangan hapenya. Setelah dia kembali, aku serahkan kembali tanggung jawabnya, kali ini aku kembali sebagai sekretaris seperti semula. Bekerja sama dengan Trainer Keilmiahan, akhirnya didapatkan pengurus baru Klub Keilmiahan ITS 2013/2014. Tambahan personil KK ITS ini adalah Samsul, Niki, Yoga, Irfan, Hoppy, Pipit, Pram, Fikri, Dwiki, Hesty, Albana, Vicky, Shita, dan Mbak Vidha. Dengan adanya Divisi PKM, maka kami menggandeng Laras sebagai Kepalanya. Sedangkan Kadiv P2K dan Humas yaitu Albana dan Faizal dari pengurus KK ITS sendiri, sehingga total pengurus KK ITS Periode 13/14 berjumlah 25 orang (banyak banget ya, padahal di RISTEK BEM sendiri ndak sebanyak ini –“). Namun, jumlah tersebut memang sudah menjadi hasil dari diskusi kami, karena memang berat dan banyaknya tugas KK ke depannya. Dan tentu juga, akan lebih susah juga mengoordinasikannya (Ini tantangan besar buatku).
Oprec pengurus Klub Keilmiahan ITS ini memang untuk yang pertama kalinya, dan kami perlu publikasi yang sangat gencar agar dapat menarik perhatian dari mahasiswa ITS, khususnya angkatan 2012 untuk bergabung bersama kami. Jujur, memulai memang sulit. Hanya 30 orang yang memenuhi kualifikasi sebagai pengurus Klub Keilmiahan. Dan 30 orang tersebut sudah memiliki amanah di organisasi lain juga (karena oprec Klub Keilmiahan ITS pada saat itu dilakukan setelah HMJ kepengurusan baru sudah terbentuk, begitu juga BEM ITS). Sehingga mungkin aku boleh mengambil kesimpulan bahwa
“Orang-orang yang mendaftar Klub Keilmiahan merupakan orang-orang yang benar-benar peduli terhadap keilmiahan ITS, karena orang yang tidak peduli mungkin akan berpikir ratusan kali untuk bergabung dengan organisasi yang baru saja dibentuk dan belum jelas bagaimana tugas dan arahannya.”
Banyak juga pendaftar yang salah paham dengan pembentukan Klub Keilmiahan ini karena kurangnya sosialisasi awal adanya KK ITS sebelum melakukan oprec, dan mungkin juga orang itu ada di antara orang-orang yang terpilih menjadi pengurus. Bagaimanapun kesalahpahaman itu, semoga tidak membuat kalian menyesal menjadi bagian dari KK ITS ya. Enggak kan ya? *jawab enggak ya* #AgakMaksaSih haha becanda kok :p.
Februari 2014. Membuka KK ITS generasi pertama. Welcome party. Yeaaay…foto “terbaik” dan nama kalian terpajang di layar proyektor beserta penempatan di divisi mana kalian berada. Maafkan aku kalau foto kalian aku ambil tanpa ijin ya. Ilmu kepoku berhasil kan membuat kalian surprise? Hehe, setidaknya melalui kepo itu lah cara awalku untuk mengenali kalian, memahami karakter kalian dan sedikit mengerti treatment apa yang bisa diterapkan ke kalian. Karena kalian akan menjadi bagian dari Klub Keilmiahan ITS, tandanya, kalian akan menjadi keluarga baruku di ITS ini. Kalau diinget-inget, bikin ngakak juga ya, foto yang aku ambil adalah foto kalian yang masih polos-polosnya, lucu-lucunya, alay-alay-nya #eh :p. Kalian memang lucu kok, perkenalan pertama, ada yang pakai pantun, ada yang sebut-sebut jodoh, dan ada yang masih malu-malu(in) #becandaa^^v. Dari situ aku tau, hari-hariku selanjutnya akan makin ceria, tidak akan sepi, karena aku memiliki keluarga baru di tempat perjuangan, memiliki adik-adik yang sangat aku inginkan sejak dulu dari ibuku, tapi apa daya takdir mengatakan aku adalah anak terakhir hehhe.
Dari awal diskusi konsep, aku dan Udin sama-sama menginginkan organisasi ini bukan sekedar organisasi yang menjalankan agenda kerja, melaksanakan perintah dari atasan dan menyelesaikan tugas. Organisasi bukan sekedar itu, organisasi adalah keluarga. Organisasi tanpa rasa kekeluargaan hanyalah omong kosong, hambar, dan kaku. Aku tidak yakin agenda kerja akan terlaksana dengan baik jika tanpa kepercayaan, kerjasama yang berasal dari kekeluargaan itu sendiri. Seseorang berkata bahwa, “Tolak ukur keberhasilan suatu organisasi yang paling utama adalah rasa kekeluargaan di dalamnya, selebihnya akan mengikuti.” Namun, kekeluargaan harus juga disertai dengan profesionalisme. Jika memang profesionalisme terkesan terlalu bertolak belakang dengan kekeluargaan, maka aku akan sebut sebagai kekeluargaan yang bertanggungjawab. Apa maksudnya? Jika tiap anggota keluarga dapat melaksanakan tanggungjawabnya dengan baik, tentu tujuan keluarga tersebut akan tercapai. Seorang anak tentu tidak akan mau mengecewakan orangtuanya, begitupun orangtua pasti akan memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya, begitu pula antar saudara harus saling mengasihi, saling membantu. Semuanya saling melengkapi begitulah filosofinya. Organisasi bukan tentang ini jobdeskku, dan itu jobdeskmu, setelah itu selesai semua urusan. Sama sekali bukan tentang itu. Jika temannya kesulitan, maka yang lain akan jadi yang terdepan untuk membantu, begitu juga bila ada yang kesulitan tentu tidak akan sungkan meminta bantuan, karena itulah guna sebuah keluarga. Di dalam keluarga, jangan lah ragu, jangan lah sungkan, jangan lah pelit untuk mengatakan, “ada yang bisa aku bantu?”, “minta tolong”, “maaf” dan “terimakasih”. Keluarga yang solid, tetapi solid bukan berarti semuanya harus satu, semuanya harus sama, semuanya harus ada. Tetapi solid adalah menjadikan kekurangan menjadi kelebihan, menjadikan yang negative menjadi positif, menjadikan perbedaan menjadi warna yang indah,.  Perdebatan bukan sesuatu yang dapat dihindarkan, kesalahpahaman juga bukan hal yang dapat ditampik, itu adalah hal yang wajar karena manusia hidup dalam persepsinya masing-masing dan tentu bisa diselesaikan. Keluarga yang solid adalah tentang penerimaan yang ikhlas dan komunikasi yang baik. *haha maaf, sepertinya terlalu menjalar kemana-mana ya*. Setidaknya begitulah konsep paling utama yang ingin kami bentuk, keluarga. Keluarga Klub Keilmiahan ITS.
Setelah kejadian terbongkarnya kedokku yang bersembunyi dibalik akun KK, aku mulai berani menampakkan diriku. Semakin sering muncul, semakin rame, semakin aneh, semakin alay pula #eh haha. Aku berusaha tidak bersikap menjadi atasan kepada bawahannya, ataupun petinggi kepada staffnya, begitu juga Udin. Aku hanya ingin menjadi mbak yang baik untuk kalian, itu saja sudah cukup, tapi ternyata tidak semudah itu. Berusaha mencontohkan yang baik-baik kepada kalian, karena keteladanan lebih baik dari seribu perintah. Dan yang aku sesali hinga sekarang adalah aku belum sanggup untuk itu, sorry L.
Ber-dua puluh lima, sungguh tidak mudah untuk mendapatkan waktu untuk rapat rutin KK ITS. Mengumpulkan jadwal kuliah ataupun kesibukan lain yang tidak dapat diganggu gugat, dan berusaha mengambil celah dari waktu mereka. Akhirnya, dengan berat hati, aku memilih hari Selasa ba’da maghrib. Sedih karena ada dua staff bentrok dengan jadwal ini. Waktu lain malah makin banyak yang bentrok (maklumlah ya, kecuali aku, orang-orang di KK ini adalah orang-orang penting, banyak kegiatan, dan banyak dibutuhkan orang). Berjalannya waktu, agenda kerja Klub Keilmiahan ITS juga berjalan. apalagi kalo bukan PKM yang paling HITS (bikin ga bisa tidur). PKM ini memang banyak sekali menyita waktu. Sosialisasi, Pembimbingan, MONEV, Dana Talangan, Mentor PKM, Dosen Penalaran, Logbook, Dosen Pendamping, PKM-P, PKM-T, PKM-M, PKM-KC, PKM-K, PKM-AI, PKM-GT, laporan kemajuan, laporan akhir, PIMNAS. Mungkin jika disuruh memberi keyword, kata-kata itulah yang sedikit bisa aku sebut yang menggambarkan proses PKM ini. Tetapi kepadatan inilah yang membuat kita akrab satu sama lain, dengan karyawan BAAK dan dosen-dosen penalaran yang keren abiis. Rapat dan hiruk pikuk koordinasi di ruangan dosen, luar atau di dalam BAAK, UPMB, Gedung Pascasarjana, atau ruangan ketua jurusan bisa jadi memori yang tidak bisa dilupakan. Canda tawa yang seakan tidak ada sekat, bully-membully tanpa bermaksud menyakiti hati, sungguh itu juga sering kali aku rindukan. Bahkan ketika kalian dengan sedikit agak manja, sering memintaku untuk menyuapi kalian seperti anak kecil, membagi satu makanan untuk berbanyak, layaknya ibu kepada anak-anaknya. Itu mengajarkanku bagaimana menjadi dewasa.
Agenda KK ITS begitu padat, hampir setiap minggu selalu ada agenda, belum lagi dengan agenda-agenda kerja di divisi yang lain (yaah..mungkin saat itulah aku merasa dibohongi oleh Udin :3, tapi ga nyesel kok Din, :p ).  Tapi Alhamdulillah-nya semuanya berjalan dengan lancar meskipun masih banyak kekurangan disana-sini. Di sisi lain, kami manusia biasa, yang butuh refreshing atau sekedar menghilangkan jenuh. Tak akan aku lupakan saat kita rujakan bareng, makan bareng, cerita ngalor-ngidul, foto dengan berbagai gaya. Dan mungkin yang paling diinget kalau ada yang lagi ulang tahun, kita nggak pernah merayakan tepat hari itu, mungkin bisa 2 minggu setelahnya, bahkan bisa satu bulan setelahnya (aneh kan kehidupan kita haha), tetapi tetap harus siap-siap mental kayaknya. Karena kata para staff, aku yang pendiem dan pemalu ini (siapa yang percaya?haha) bisa berubah jadi psikopat, tiba-tiba datang menabur tepung dan menceplok telur, membuat semuanya kotor. Karena sering kali para staff sungkan dan tidak berani untuk memulainya, walhasil akulah yang tega. Huhu..semoga kalian memaafkan aku atas kejahilanku ya. Aku cuma ingin memberikan hal yang tidak kalian lupakan atau bahkan membuat kalian menjadi pusat perhatian tanpa harus tepe-tepe di jalan. Niat nya baik kok (haha alesan deh bell :p ). Semoga di setiap bulir tepung dan bau menyengat telur, tersirat doa dan kasih sayangku ke kalian ya J.
Semakin kesini, makin jauh KK ITS melangkah, maka semakin banyak pula masalah yang didapat, dari masalah sepele sampai serius (atau sepele dan serius jadi tidak bisa dibedakan? Entahlah L ). Aku dan Udin semakin sering diskusi, semakin sering pula kita berbeda pendapat, semakin sering berdebat. Tapi begitulah kami, sering “berantem” tapi gak bisa musuhan. Paling besok Bella udah balik lagi kayak biasanya, kayak ga ada apa-apa, mungkin begitu pikirnya Udin, makanya dia nggak kapok berantem sama aku haha. Semarah-marahnya aku, pasti dah gak bisa marah lama, paling aku tinggal tidur terus besoknya malah aku yang merasa bersalah, apalagi lihat wajahnya Udin kalo melas gitu, ga tega bener dah wkwk. Mungkin aku di hadapan Udin adalah perempuan yang paling cerewet, perempuan yang paling sok ngatur, perempuan yang paling banyak maunya, perempuan yang paling jutek, perempuan yang ceplas ceplos, perempuan yang sok marah-marahin (tapi selalu gagal karena pembawaan wajah yang mellow gini, hiks). Tapi ketika di hadapan adik-adik, baik-nya Udin, dia tidak pernah memberitahukan kejelekanku, menutupi aibku, dan malah selalu memujiku dihadapan adik-adik (Ini mah biar aku nggak ngambek aja haha, tapi btw, thanks lho din :p). Padahal aku sering membicarakanmu di depan anak-anak, yang paling gokil adalah ketika kamu masuk ke sel*kan Din waktu SE di Palembang (hahhahaha ngakak asli ini kalo diinget :D, maafkaan yak, tapi beneran lucu yang ini :p). Memang sebelumnya, aku dan Udin sudah ada perjanjian, bahwa masalah internal PH tidak boleh diketahui oleh adik-adik, karena takutnya akan mempengaruhi kenyamanan dan pemikiran mereka. Jadi kalau ada apa-apa ya harus diselesaikan antar PH itu saja, para staff taunya kita selalu kompak, ga pernah berantem dan baik-baik saja hehe. Ga baik juga sih nanti, makin banyak yang tau, makin kesebar pula nanti, berdampak gak baik juga, gossip sana sini #ea korban gossip –“. Aku yakin, mereka pasti akan tau dan paham suatu saat nanti bahwa jalan tidak selalu mulus, pasti banyak kerikil-kerikil disana-sini.  
Jika dipikir-pikir, aku adalah sekretaris yang paling tidak jelas, ada tapi kerjaan nya bukan sebagai sekretaris, gimana enggak, proposal kegiatan nggak ada, dana juga nggak ada, laporan pertanggungjawaban juga cuma dua kali dalam satu kepengurusan. Fix, ternyata jobdeskku adalah jadi pembantu umum, kalau ada kerjaan, ya ayok dikerjain bareng, kalo adek-adek ada yang kenapa-kenapa ya ayok dicari tau, kalau ketua menghilang ya ayok dikerjain tugasnya. Hahaha. Kondisional lah pokoknya, apa aja bisa, apa aja ayok, bahkan salah satu tugasku yang nyeleneh adalah menghafal jadwal kuliah Udin –“. Makin abstrak aja ini tugasku ya hehe. Namun, karena itu juga, aku semakin dekat dengan adik-adik ini. Berasa adik sendiri. Teringat dengan masalah yang datang di akhir kepengurusan, masalah yang membuatku mutung, meminta Udin merelakan aku melepas jabatan ini, masalah yang membuat aku merasa bersalah karena masalah pribadiku membuat masalah satu kepengurusan. Masalah yang membuatku menangis di hadapan adik-adik tanpa bisa dibendung. Namun, masalah ini pula yang membuat aku tersadar, bahwa berhenti bukan lah jalan yang terbaik, lari dari masalah juga tidak menyelesaikan masalah, tersadar bahwa aku memiliki banyak orang yang menyayangiku dan masih membutuhkanku (ah masa Bell? Pede bener..nggak ada padahal hehe). Masih teringat kronologi masalah itu, aku dimarahi di depan umum karena masalah ini itu, alasannya kegiatannya gagal, dan aku kurang cekatan dalam melaksanakannya (di depan sok kuat, tapi di belakang nangis –‘). Adikku dengan polosnya menanyakanku apakah aku baik-baik saja di hadapan orang yang memarahiku. Dengan seketika, hal tersebut bisa menyelamatkanku dari kemarahan yang berkepanjangan. Di tempat yang berbeda, tanpa aku suruh, tanpa aku ketahui, adikku ini, menanyakan mengapa orang itu memarahiku, dan memintanya minta maaf kepadaku. Padahal, mungkin saja memang aku yang bersalah. Meskipun hanya diterima mentah-mentah oleh orang itu.
Setelah peristiwa itu, aku keluar ruangan tanpa bisa membendung airmataku. Dengan refleks aku men-jarkom adik-adikku untuk segera berkumpul di teater A. Segera dan tanpa alasan. Setelah mengirim sms itu, rasanya aku merasa bersalah, karena mengirim sms yang kurang sopan ke adik-adik, dan sedikit memaksa, padahal biasanya aku men-jarkom dengan penuh ke-alay-an kata adik-adik. Maafkan aku yaa, serius aku nyesel L.  Aku menyuruh adik-adik datang karena ketika dimarahi aku juga disebut tidak becus mengurus adik-adikku, tidak mampu memberi tugas kepada mereka, dan terlalu memanjakan mereka. Tidak terlalu lama, akhirnya adik-adikku datang meskipun tidak semuanya tapi cukup banyak. Dengan wajah yang penuh penasaran, mereka bertanya-tanya mengapa aku seperti ini. Tanpa penjelasan, aku memberi mereka tugas ini itu, begitu bossy L. Aku sama sekali tidak menyukainya kalau harus mengingat kejadian itu, aku terlihat begitu arogan dan kejam. Mereka bertanya, “kenapa sih mbak? Kenapa sih mbak?”, terus saja begitu. Akhirnya semua bekerja dengan apa yang aku suruh, hanya satu yang menolak dan berkata, “aku nggak mau ngerjain sebelum mbak ngasih tau kenapa!”. Saat itu pula tangisku tidak bisa terbendung lagi, nangis lagi, susah berhentinya, menjelaskan dengan sedikit sesenggukan. Aku tak tahu, apa yang aku ceritakan mungkin terlalu berlebihan dan mungkin bisa merusak nama baiknya, maafkan aku ya, aku ndak bermaksud seperti itu L. Tanpa perintah, dia memberitahu yang lain, seperti membuat lingkaran, sambil bisik-bisik, persis ketika tim sepakbola ketika sedang berdoa (aku masih ingat dengan jelas momen ini). Yah mau gimana lagi, yang lain juga ingin tau kenapa. Mereka aku suruh masuk ke dalam ruangan sebagai perwakilan dari KK ITS, karena pada waktu itu aku masih tidak kuat untuk masuk ke dalam lagi dan bertemu dengan orangnya. Sedangkan Udin, aku hanya bisa meneleponnya, menanyakan hal yang perlu dengan nada yang tidak biasanya. Udin paham, aku sedang kenapa-kenapa, tetapi aku tetap menyembunyikannya. Udin pada saat itu sedang SE di Palembang, sehingga tugasnya diserahkan ke aku.
Setelah beberapa waktu, aku melihat adik-adik begitu antusias mengerjakan tugas yang aku berikan (mungkin juga karena kasian denganku). Melihat mereka, aku terasa terobati, tangis itu hilang dan kembali tawa itu muncul. Aku memberanikan masuk ke dalam Teater A, mengerjakan tugasku, namun tak banyak bicara. Adik-adikku yang masih berdiskusi di luar, tiba-tiba masuk bebarengan dan memberikan senyum indah yang memaksakan banget haha. Aku sedikit nyengir, apa yang terjadi pada mereka sehingga mereka begitu. Akhirnya salah satu adik berkata dengan jelas dan lumayan keras sehingga orang-orang disana juga ikut mendengarkan… “1000 senyum untuk mbak Bella”. Hmm so sweet nyaa kalian. Kalau aku lagi sedih, pasti aku inget-inget hal ini, aku pasti bisa senyum lagi J. Dan ternyata dalang dibalik senyum memaksakan mereka adalah mbak Amalia yang tiba-tiba ikut masuk ke ruangan. Hmmm mbak Amalia ini ternyata diberitahu adek-adek ini kalau aku sedang menangis. Hmm malu juga kalau diinget-inget, aku cengeng ternyata -_-.
Hari berikutnya, rasa marah itu sudah hilang, tak ada dendam, kembali bekerja seperti biasa, karena mengurusi PKM seperti shooting sinetron stripping, bisa tiap hari dengan jam kerja yang tidak bisa ditentukan hehe. PKM sudah memasuki akhir perjalanannya, menuju MONEV DIKTI. Rapat koordinasi-pun mulai sering dilakukan untuk memikirkan strategi terbaik MONEV DIKTI nanti, terlebih pada waktu MONEV DIKTI aku tidak bisa membantu karena harus Kerja Praktek. Rapat itu awalnya berjalan dengan baik, namun berakhir dengan sesuatu yang tidak nyambung. Lagi-lagi aku bertanya pada diriku, sebenarnya aku ini salah apa kok sampai segininya??. Berujung debat tidak berkesimpulan dengan bertambahnya orang ketiga dan keempat. Melebar dengan permasalahan ini itu yang seharusnya adik-adiknya tidak perlu tau. Semakin runyam. Rapat itu terpaksa dihentikan. Waktu sudah malam pula. Adik-adik harus segera pulang. Namun, Udin yang pada hari itu baru saja pulang dari SE tidak paham awal mula perselisihan ini, meminta untuk menyelesaikan urusan ini dengan lebih private. Obrolan yang hanya berisi empat orang saja. Aku hanya diam, mereka berkata, tapi aku tidak diberi kesempatan untuk membela diri, bahkan untuk sekedar bicara saja tidak. Padahal waktu itu aku hanya ingin mengajak untuk memperbaiki ini semua demi kebaikan KK ITS ke depannya, tanpa menyalahkan mereka ataupun ingin memperbaiki imageku sendiri di depan mereka. Begitupun juga Udin tidak mampu berkata apa-apa lagi. Aku yang sedikit emosi pada waktu itu langsung meninggalkan tempat itu karena buat apa aku disitu?. Tangis itu pecah, sedikit lama aku menangis dipelukan mbak Amalia yang tiba-tiba datang menyusul kami. Ternyata adik-adik masih menunggu di luar gedung untuk mengajakku makan bersama. Aku yang waktu itu masih sesenggukan, hanya bisa menutupinya dengan helm yang aku pakai. Makan malam itu pun terasa aneh bagiku, kosong. Aku masih sedih memikirkan hal yang baru saja terjadi, tetapi adik-adik ini selalu saja ada tingkah aneh bin lucu yang membuatku bisa tersenyum. Maafkan aku ya kalo waktu itu jadi nggak asik dan nggak bisa cerita apa-apa. Kalian memang terbaik.
Aku sedikit kecewa pada waktu itu terhadap Udin, tapi aku tau Udin pun kecewa terhadapku karena aku tidak menceritakan hal ini. Maaf yo Din, aku nggak mau kamu kepikiran apalagi keadaanmu setelah kecelakaan itu pasti kamu masih kesakitan, aku nggak mau nambah beban itu. Tapi disini aku belajar satu hal, “Komunikasi itu sangat penting, baik kabar baik atau kabar buruk, semua harus disampaikan, harus terbuka agar tidak akan terjadi kesalahpahaman yang semakin menjadi dan ke-diam-an ku itu tidak akan menyelesaikan masalah.” Lagi-lagi keesokan harinya, aku menjadi merasa bersalah, dan aku memutuskan untuk menemui dua orang tersebut secara terpisah, meminta maaf atas segala yang aku perbuat, mencoba meluruskan kesalahpahaman ini, mencoba berdamai dengan keadaan, apalagi esok lusa aku akan berangkat KP. Siang menemui satu orang pertama, meminta maaf, apapun aku tak peduli atas persepsinya mengenai aku, yang jelas aku hanya ingin menitipkan adik-adikku untuk dibina dan meminta agar gap dan perselisihan itu tidak ada lagi. Aku berharap kekeluargaan ini semakin utuh, apalagi MONEV DIKTI semakin dekat, PIMNAS yang akan mengikuti dan kepengurusan KK ITS yang semakin menemui akhirnya. Sedikit lega karena orang tersebut mengiyakan permintaanku, tak berpikir lagi bagaimana eksekusinya nanti. Dan yang orang kedua, aku menemuinya, dia santai dan tampak tidak ada masalah di antara kami, tapi aku tidak. Mencoba to the point atas permintaan maafku kepadanya, tapi entahlah, sepertinya pembicaraan kita tanpa akhir yang jelas. Justru aku semakin menyadari bahwa aku memang punya andil atas masalah ini. Ya, masalah pribadiku dengannya. Mungkin lewat tulisan ini, kalian akan tau masalah sebenarnya yang terjadi di dalam kepengurusan itu, dan mungkin akulah penyebabnya. Aku minta maaf yang sebesar-besarnya karena masalah pribadi dicampur-adukkan dengan masalah organisasi. Semoga ini bisa menjadi pelajaran untuk kalian agar tidak terulang di tempat kalian mengabdi, di organisasi tempat kalian menjalankan amanah.
Pada saat itu, aku lagi-lagi baper dan meminta izin Udin untuk menanggalkan jabatan ini, tapi Udin tidak menanggapinya. Posisi yang menyulitkan bagiku. Aku bingung, apa yang harus aku perbuat, apa yang harus aku katakan agar semua ini bisa terselesaikan. Sepertinya apa yang aku lakukan selalu saja salah. Memberanikan diri untuk menemui adik-adik yang pada saat itu sedang mengkoreksi laporan kemajuan PKM di BAAK. Dengan wajah yang sedikit jutek, aku meminta izin untuk pulang terlebih dahulu karena harus kembali ke Sidoarjo untuk mempersiapkan KP. Ketika aku pulang, aku ditahan oleh mereka, adik-adik yang membuatku tidak pernah menyesal ada di posisi ini. Surprise!!! Donat berbagai macam rasa dengan harga yang tidak murah terpampang di depan wajahku, plus lilin-lilin yang membuatnya semakin terlihat bahwa ada yang ulang tahun. Tetapi, ulangtahunku masih jauh. Itu adalah pesta kepergianku untuk KP (haha sepertinya kalian seneng ya ga ada yang cerewet lagi). Tapi aku tau, niat kalian baik bangeeeet. Berasa aku mau perpisahan jauh sama kalian, sedih. Terimakasih banyak ya, aku sayang kalian J.
Kesibukan di tempat KP membuatku semakin tidak bisa membantu apa-apa. Selain jarak, waktu juga tidak memungkinkan. Di tempat KP, aku dan timku mendapat proyek penelitian yang harus selesai dalam waktu dua bulan, itu bukan waktu yang cukup untuk menyelesaikan satu penelitian yang dikatakan baik dan berhasil. Alhasil aku hanya bisa menanyakan kabar lewat sms dan telepon. Maaf ya. Dua agenda besar dari klub keilmiahn, MONEV DIKTI dan PIMNAS, aku tidak bisa berkontribusi di dalamnya. Meskipun ITS tidak dapat mempertahankan gelarnya, ITS mendapat juara II.  Aku tau kalian semua sudah berusaha keras untuk menjalankan tugas itu. Allah sudah memberikan yang terbaik untuk ITS. Yang terbaik tidak harus yang nomer satu kan?. Sedih memang awalnya, apalagi melihat Udin yang sudah diberitahu hasilnya sebelum hasil perolehan medali diumumkan, dia seperti hampa, kosong. Apalah aku yang cuma bisa melihat Udin membuka dan men-scroll situs online shop, sepatu wanita, pengen ketawa sih, tapi kayaknya itu bukan momen yang tepat untuk aku ketawa, karena aku tau, dia melakukan itu karena mengalihkan kesedihan dan pikirannya tidak untuk melihat sepatu itu (kalau diinget lucu juga Din, wkwk).
Kepengurusan semakin menemui ujungnya, LPJ kepengurusan KK pun dilakukan. Kami tau, kami sadar, kami mengakui bahwa masih banyak kekurangan dan masih banyak PR yang belum dikerjakan, khususnya aku. Aku belum sepenuhnya bisa merangkul kalian semua, anggota maupun PH Klub Keilmiahan pada saat itu, belum bisa membuat semua anggota KK ITS aktif di dalam kepengurusan, belum bisa memberikan pembagian jobdesk dengan adil, belum bisa mengontrol agenda kerja, kegiatan, maupun kalian satu per satu. Wajar, jika ada yang mengatakan bahwa aku gagal dalam menjalankan amanah ini. Tetapi maaf, aku tidak sependapat dengan orang-orang yang mengatakan bahwa Klub Keilmiahan ITS 13/14 gagal dalam melaksanakan tugasnya padahal tidak tau bagaimana kerja keras, tangis, lelah yang ada di dalamnya, tidak tau bagaimana pikiran dan tenaga yang tercurah di dalamnya. Justru aku ingin mengapresiasi semua pihak yang ada di dalam KK ITS 13/14, berterimakasih atas pengabdiannya di dunia keilmiahan. Karena disini, tidak ada balasan materi apalagi ketenaran, hanya keikhlasan untuk berjuang bersama meningkatkan atmosfer keilmiahan di ITS. Jika visi itu tercapai, seakan semua perjuangan itu telah terbayar.
Nyatanya, kalian sudah hidup di dalam diriku, punya tempat tersendiri, keluarga Klub Keilmiahan ITS. Pesanku, jangan pernah lupakan kekeluargaan yang pernah tercipta di dalam Klub Keilmiahan ITS. Dan terus hidupkan semangat kekeluargaan yang bertanggungjawab di setiap organisasi yang kalian naungi nantinya. Karena jika di dalam baik, maka keluaran dari organisasi tersebutpun akan baik, semua berawal dari dalam bukan? Hehe aku berbicara seperti ini bukan karena aku lebih baik dari kalian, hanya aku tau lebih awal, dan aku yakin sekarang kalian pasti memahaminya. Cintailah dunia keilmiahan, maka kamu akan bekerja di dalamnya dengan cinta, sebesar apapun masalah yang dihadapi, kamu akan mampu hadapi dan ikhlas menjalaninya.
Aku sangat bangga dengan kalian saat ini, karena tidak ada yang lebih menyenangkan dari seorang kakak, selain melihat adiknya lebih hebat dari dirinya. Maafkan aku dahulu belum bisa mencontohkan hal yang baik, tapi aku percaya kalian bisa melakukan yang lebih baik. Aku percayakan dunia keilmiahan ITS di tangan kalian. Nitip ya J. Aku hanya bisa berpesan seperti itu, karena aku tak tau bagaimana keadaan keilmiahan di kampus sekarang ini, kalian tentu lebih paham bagaimana melaksanakannya. Jika aku diam, bukan berarti aku sudah tidak lagi peduli, aku hanya mengamati dari jauh, percaya dengan kemampuan kalian masing-masing. Kalau perlu bantuan, aku selalu siap, insyaAllah J. Jangan lupa ya sama kuliahnya, karena bagaimana bisa kamu menjalankan amanah dari KM ITS, sedangkan amanah utama dari orangtuamu sendiri belum bisa kamu jalankan dengan baik?. Jangan kecewakan dua-duanya, orangtua dan KM ITS ya. Semangat kontribusi!
Jangan lupakan aku ya, aku tidak akan melupakan kalian. Ntar kalau aku nikah, kalian harus dateng lho ya! *emangkapanbell?* hahaha –“. Keep silaturrahim J. See you when I see you J.


Minggu, 08 Mei 2016

Tanyakan lagi pada dirimu, apa benar itu cinta?

Asing...

Bahkan aku tidak mengenalmu dipertemuan pertama, kedua, maupun ketiga.
Satu kelompok memorizing di kelas kursus,  dan baru mengenalmu dipertemuan keeempat, aku kagum. Kagum karena kamu mampu menghafal 44 vocab berserta sinonim dan terjemahnya dalam satu malam sedangkan masih ada tugas yang lainnya. Bahkan aku hanya mampu menghafal setengahnya saja. Benar-benar sangar. 
Hari berikutnya, di kelas yang sama, kamu dan teman-temanmu berbincang begitu akrab dengan teman satu kamarku. Aku hanya ikut mendengarkan saja, mendengarkan ceritamu dari teman-temanmu. Ternyata kamu memiliki suatu  cerita yang berbeda, memiliki  masa lalu atau lebih tepatnya masa kecil yang tidak menyenangkan sehingga kamu mengalami krisis pertemanan.

Mendengar cerita seperti itu, aku dan teman-temanku justru ingin makin berteman dengan kamu dan ingin menunjukkan bahwa masih ada pertemanan yang tulus, tanpa menginginkan apa-apa, tanpa ada kepentingan apapun seperti yang kamu katakan. Aku dan teman-temanku mencoba lebih perhatian kepadamu untuk menghilangkan persepsi itu. Tak ada sama sekali niat buruk, apalagi membina pertemanan yang palsu. terlintas saja sama sekali tidak pernah. Kami ingin benar-benar berteman denganmu, dan alhamdulillah kamu mau menjadi lebih sedikit terbuka. Kita sudah bisa tertawa bersama, becanda, membully dan sebagainya. 

Satu bulan berlalu, aku tidak menyangka kamu menceritakan banyak hal di perpisahan kelas waktu itu, menceritakan hal yang begitu pribadi. Entah kenapa kamu bisa mempercayaiku. Aku hanya bisa menanggapi ceritamu dengan mengembalikan semuanya pada Allah, dan terus mengatakan "sabar ya", selebihnya aku mencoba menjadi pendengar yang baik. Aku tak pernah memiliki teman dengan permasalahan seperti ini sebelumnya, sehingga aku tidak tau harus berbuat apa. Menyemangati menjadi lebih lagi setelahnya, agar kamu bisa bertahan di kondisi seperti itu dan tentu bisa lepas dari permasalahanmu. 

Semua sudah kembali ke daerahnya masing-masing setelah kursus itu selesai, begitu juga dengan aku, kamu dan teman-teman lain. Namun aku merasa kita semua sudah seperti keluarga, sudah seperti berteman lama. Dan silaturrahmi ini hanya bisa disambung menggunakan media sosial karena memang jarak yang jauh.

Namun, sesuatu yang mengagetkan terjadi. Kamu sudah menganggap berlebihan sikapku. Mungkin memang aku yang salah, tapi kenapa teman-teman lain yang justru lebih perhatian tak kau anggap sama denganku?? Kamu bilang perhatianku padamu berbeda dengan yang lain. Ya berbeda, karena kamu perlu di treatment sedemikian rupa, anggapku dan teman-teman lain. Kamu mengatakan bahwa aku menyukaimu. Aku anggap kamu hanya menjadikan pembenaran atas semua yang terjadi tanpa mengerti aku sebenarnya bagaimana.

Benar, aku harus tegas. Aku harus mengatakan yang sebenarnya kalau aku tidak punya perasaan apa-apa ke kamu sebelum semuanya terlambat dan semakin menjadi. Perasaan itu hanya sebatas rasa peduli antar teman dan karena aku memang suka berteman dengan siapa saja, siapapun itu. 

Kamu malah marah padaku karena anggapanmu salah. Kamu memintaku agar tidak komunikasi lagi denganmu. Oke, aku turuti. Tapi kamu kembali, memintaku memberi kesempatan. Kesempatan apa?
Aku tak bisa memberi harapan apapun tentang perasaan yang bahkan aku tidak merasakan apa-apa. Apalagi aku tergolong orang yang  sulit untuk mencintai seseorang. Kamu kembali marah, memintaku tidak menghubungimu lagi. Aku turuti, toh selalu kamu yang mengawali percakapan setelahnya. 

Entah apa yang kamu lakukan setelahnya, mencari tau tentangku yang memang tidak sempurna ini kepada teman-temanku. Temanku bercerita bahwa aku dulu pernah jatuh cinta dengan seorang laki-laki tapi harus diredam karena ada suatu hal. Kamu kembali lagi dengan mengatakan aku munafik dan kata-kata yang menyakitkan lainnya. Padahal itu adalah rasa yang dulu, rasa yang sudah aku kembalikan kepada Sang Pemilik Hati. Dan yang aku masih heran, sebenarnya apa yang ada dipikiranmu sedangkan kamu mengetahuinya hanya permukaannya saja tetapi sudah bisa menjudge ini dan itu???

Kamu tau kata-katamu sangat menyakitkan?? semoga kata-kata itu tidak lagi kamu katakan untuk orang lain. Tapi ya sudahlah, tak ada gunanya aku membela diri, sepertinya apa yang aku katakan selalu saja salah. Bahkan saat itu, lama membalas chatmu saja kamu sudah menanyakan berkali-kali. Kita hanya teman, tidak lebih. Apa teman juga segitunya harus selalu membalas chatmu dan salah ketika memilih menunda membalasnya dan hanya read saja?? teman tidak segitunya juga. Pahamlah aku juga mempunyai kesibukan dan lelah ketika harus memikirkan balasan dgn kata yang baik ketika kamu judge ini dan itu. Aku merasa dikejar-kejar renternir yang menagih hutang, padahal aku tidak punya hutang apa-apa. Sama sekali tidak nyaman bukan? Kamu kembali marah, menyuruhku menghapusmu dari daftar temanku. Bagiku aku hapus atau tidak itu tidak akan ada efeknya buat kamu, justru jika kamu melakukannya untuk dirimu sendiri itu mungkin lebih berguna.

Kamu kembali lagi, merasa menyesal melakukan semua itu, dan mengatakan itu hanya trik saja. Buat apa??? semua tidak sebecanda itu. Aku sudah memaafkan kamu, tanpa kamu minta maaf, tapi aku sudah tidak bisa seperti semula lagi seperti yang kamu inginkan. Lalu kamu kembali mengungkit-ungkit masalah aku belum move on. Hey, kamu tau apa tentang perasaanku? apa yang aku rasakan tidak sama dengan apa yang kamu pikirkan. Kamu kembali memintaku memberi kesempatan, dan kamu berkata akan serius dan sudah mengenalkan aku pada orangtuamu. Buat apa? aku tidak memintanya bukan? Aku sudah merasa tidak nyaman. Kamu kekeh dengan pendirianmu bahwa cinta bisa ditumbuhkan asal ada kemauan dan kesempatan. Aku harus menjelaskan bagaimana lagi? Benar-benar sudah tertutup hati ini dengan semua sikapmu yang kemarin. Aku tak menanggapimu lagi, aku rasa memang itu yang terbaik. Tapi kamu kembali muncul, kembali menanyakan kesempatan itu, sama sekali Allah belum menitipkan rasa apapun untukmu di hati ini, apa harus dipaksa? Aku kembali mempertegas, tak ada jawaban lagi darimu, setauku kamu sudah meremove pertemanan kita di facebook. Tak masalah bagiku, mungkin ini yang terbaik. Tapi kamu muncul lagi dengan menuduhku sudah menerima lamaran orang lain, kamu semakin menuduh ketika gosip tidak bertanggungjawab di grup itu semakin menyeruak. Kamu bilang tidak usah berbelaskasih denganmu, kamu bilang kamu mempermudah apa mauku, kamu bilang kamu mengijinkanku dengan yang lain. Aku sama sekali tak paham,mempermudah apa yang kamu maksud, apakah aku juga perlu ijinmu ketika akan menikah dengan orang lain? Kita hanya teman, tak lebih dari itu. 

Kamu selalu mengatakan suka, cinta dan lain-lain. Tapi aku rasa itu bukan cinta. Itu hanya terobsesi belaka. Setauku cinta yang tulus akan membiarkan orang yang dicintainya bahagia meskipun bukan dengan dirinya. Cinta itu bukan tentang memiliki, tetapi tentang membahagiakan. Coba sekarang kita sama-sama flashback ke belakang, adakah kamu membuatku bahagia? justru kamu membuatku tertekan. Saat ini kamu yang hanya teman dan tidak lebih saja bisa begitu protektif dan cemburu, apalagi nanti jika memang aku menjadi istrimu???  Coba pikir lagi, coba renungkan kembali. 

Maaf, aku lebih baik menolak dan tegas sekarang, setidaknya kamu menderita di awal dan tidak berlarut-larut, tetapi bahagia di akhirnya nanti, daripada aku memberimu harapan dan kesempatan yang justru akan menjadi bom waktu yang akan membuatmu lebih kecewa daripada ini, lebih lama lagi menderita karena ini?? Kembalikan semuanya pada Allah, perbaiki dirimu karena Allah, bukan karena manusia, karena akan banyak kecewanya.

Maafkan aku yang sudah membuatmu kecewa, maaf atas semua tingkah lakuku. Semoga kamu bisa bertemu dengan perempuan yang menerima kamu apa adanya, yang bisa membuatmu lebih baik lagi dan lebih bahagia tentunya, aamiin... :) Tenang saja, aku tidak pernah membencimu, aku tetap menganggapmu sebagai temanku. Jangan khawatir, jodoh tidak akan tertukar :)