Minggu, 25 Desember 2016

Mampu

Aku gagal lagi
Gagal ini dan itu banyak sekali
Terkadang aku berpikir, apa karena aku tidak mampu?
Tidak, aku gagal karena Allah tau aku mampu
Mampu untuk terus berjuang
Mampu untuk terus berusaha
Mampu untuk terus bersabar
Mampu untuk terus bersemangat
Mampu untuk terus ikhlas
Mampu untuk terus kuat
Mampu untuk terus tidak menyerah
Iya, Allah memilihku untuk gagal karena aku mampu
Mampu menunggu saat yang tepat untuk ku bisa berhasil. InsyaAllah :)

Minggu, 30 Oktober 2016

Rindu

Rindu.
Sepertinya lagu ini sudah sangat cukup untuk menggambarkan.
Dengarkan lagunya, baca artinya :)

https://www.youtube.com/watch?v=SW5eLDzv3Kk

Minggu, 16 Oktober 2016

Ambivert

Ambivert. 
Campuran antara Ekstrovert dan Introvert.
             Mungkin begitulah aku. Aku bisa ber-haha hihi dengan siapa saja, bercerita ringan tentang apa saja, berteman dengan siapa saja yang mau berteman denganku, mendengar keluh kesah dari siapa saja dan apa saja, rasanya aku senang, bukan karena mendengar cerita sedih mereka, tetapi setidaknya mereka mempercayaiku untuk mendengar cerita mereka, sedikit lebih banyak tahu tentang mereka, meskipun mereka tahu aku pun belum tentu bisa menyelesaikan masalah mereka. Aku pun juga tidak ahli dalam memberi semangat, mungkin hanya kata-kata yang biasa orang lain sering katakan, mungkin lebih aneh dan tidak jelas kalau aku yang mengatakan. Bahkan mungkin akupun tidak bisa melakukannya jika berada di posisi mereka. Ya, hanya mendengarkan (karena setahuku, solusi permasalahan itu tentu diri merekalah yang lebih tahu, tetapi dengan bercerita semoga bisa melegakan). 
              Banyak orang mengatakan aku adalah orang yang cuek dengan permasalahan apapun, tidak terlihat panik kalau ada masalah apa-apa. Seloooow kalau kata anak muda jaman sekarang. Kalau aku punya masalah pun aku masih sempat becanda dan tertawa. Lagi-lagi seperti tanpa beban. Kadang kalau sudah keterlaluan aku terlihat seperti meremehkan segala persoalan mungkin ya. Intinya kalau ditarik kesimpulan ketika orang sudah sangat mengenalku, maka mereka akan mengelompokkanku pada tipe kepribadian ekstrovert. 
            Tapi jauh di dalam hatiku, aku lebih cocok jika dikelompokkan pada tipe kepribadian introvert. Mungkin orang lain tahu tentangku, tetapi tidak detail tentangku. Aku sering menceritakan banyak hal tentang diriku, tapi tidak detail tentang diriku. Aku tidak mudah menceritakan sesuatu yang detail itu kepada banyak orang, hanya beberapa, satu dua orang yang aku percaya. Itupun setelah keadaan memuncak, dan berujung pada airmata yang tiba-tiba menetes. 
Jika banyak orang yang mengatakan bahwa aku orang yang cuek, maka aku akan mengatakan hal yang sebaliknya. Aku sangat pemikir, bahkan perkataan orang yang sebenarnya tidak penting pun aku sering pikirkan. Malah terkadang berujung pada prasangka dan ketakutan tersendiri. Mungkin jika itu tidak terlihat, itu hanya karena aku tidak bisa mengatakannya dan aku tak mampu mengekspresikan atau mungkin juga aku bisa menutupinya. 
              Banyak orang mengatakan bahwa aku adalah orang yang kuat, mungkin mereka tidak tahu betapa rapuhnya aku. Belajar tidak mudah mengeluh dan selalu tersenyum apapun yang terjadi. Itulah yang menguatkanku di samping orang-orang yang aku tahu sangat menyayangiku, dan aku tidak ingin melihat mereka bersedih karena aku. 

Bella sehat, Bella kuat, Bella semangaaaat! :D *kumat kan kalo gini gejenya hahaha*

Kamis, 06 Oktober 2016

Hati Manusia

Beberapa hari yang lalu, tidak sengaja mendengar renungan yang bagus banget di radio suara surabaya, isinya...


"Sebenarnya kebencian hanya ada di dalam pikiran manusia, bukan pada hati. Karena hati manusia diisi dengan kasih sayang tanpa adanya kebencian. Oleh karena itu, seseorang yang sedang membenci, hatinya menyangkalnya. Untuk itu, tetaplah berpikir bahwa semua orang tidak pernah punya maksud untuk membencimu. Tetap berpikir positif, dan balaslah kebencian seseorang yang ada di pikirannya, dengan kebaikan yang ada di dalam hatimu."

Sabtu, 01 Oktober 2016

Sabar

Allah Ta'ala berfirman..
"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepada kalian, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (Al-Baqarah:155)

“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (Az-Zumar:10)

“Tetapi orang yang bersabar dan mema`afkan sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan.” (Asy-Syuuraa:43)

“Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Al-Baqarah:153)

“Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kalian agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar diantara kalian.” (Muhammad:31)



Kata Tere Liye..
"Bersabarlah seperti air. Terus mengalir ke bawah sesuai hukum alamnya, ketemu celah kecil dia nyelip, ketemu batu dia menyibak, ketemu bendungan, dia terus mengumpulkan diri sendiri, hingga semakin banyak, semakin tinggi, penuh melampaui bendungan tersebut untuk mengalir lagi. Seplah dia tidak melakukan apapun, hanya diam, sabar, tenang, tapi sedang terus berusaha habis-habisan. Bersabar seperti air, ketika orang-orang tidak tahu betapa besar dan menakjubkannya rasa sabar tersebut."

*Sabar memang sulit, tapi bukan berarti nggak bisa kan? :)
Bukan sabar jika ada batas, bukan ikhlas jika ada rasa sakit.
Selalu bersyukur, dan jangan lupa tersenyum :)

"Kesabaran adalah kepercayaan bahwa Allah lah yang lebih tahu tentang segalanya, mana yang baik dan buruk untuk kita."

Jumat, 23 September 2016

Sarjana itu...

Sarjana itu...

Saat aku merasa harus benar-benar dewasa menyikapi banyak hal
Saat aku merasa main-main sudah bukan waktunya lagi
Saat aku merasa benar-benar malu ketika masih meminta uang orangtua
Saat aku merasa tanggungjawab di pundah semakin berat
Saat aku merasa sangat menganggur setelah wisuda
Saat aku merasa bingung harus kemana setelah ini
Saat aku merasa memasuki dunia yang penuh dengan kompetisi
Saat aku merasa harus bersabar menunggu janji-Nya.
Saat aku merasa kesepian dan bosan jika tanpa kegiatan
Saat aku merasa orangtuaku telah berekspektasi tinggi padaku
Saat aku merasa harus terus semangat untuk mencoba
Saat aku merasa harus terus berusaha melawan kemalasan dan kepesimisan
Saat aku merasa harus bersyukur hingga bisa sampai pada tahap ini

Jodoh, rezeki, maut, ya, aku sedang menunggu rahasia-Nya.
Berbahagialah bagi yang masih bersekolah..manfaatkan waktumu sebaik-baiknya!

Minggu, 22 Mei 2016

Klub Keilmiahan ITS Periode 2013/2014

Klub Keilmiahan ITS Periode 2013/2014

Dahulu Klub Keilmiahan ITS diinisiasi karena beban yang cukup besar dari tugas RISTEK BEM ITS dalam bidang keilmiahan khususnya di bidang PKM. Sedangkan dalam MUBES IV, RISTEK difokuskan dalam bidang sosial politik, sehingga ranah RISTEK pada saat itu masih sedikit melenceng (bener gak ya?bella sok tau, tanya ke inisiatornya langsung aja wis :p). Pembentukan Klub Keilmiahan ITS  berawal dari alumni IHS (ITS Heroes School), proker RISTEK BEM ITS Mahakarya 2012/2013 yang pada saat itu dipegang oleh Syafiudin (Udin). Aku tidak tau persis bagaimana pengamanahan dari Mas Sony selaku Menristek BEM ITS kepada Udin pada saat itu, yang jelas para alumni IHS ikut membantu dalam pembimbingan dan pengumpulan PKM ITS pendanaan tahun 2014 dan pada saat itu juga alumni IHS disebut sebagai anggota Klub Keilmiahan ITS.
Pada kepengurusan selanjutnya (BEM ITS Muda Bersahabat), Arahan Menteri RISTEK saat itu, Mas Adhika menyatakan bahwa Klub Keilmiahan ITS resmi dibentuk di bawah kepengurusan Ristek BEM ITS. Dan Ketua Klub Keilmiahan ITS diamanahkan ke Udin yang menjabat sebagai staff ahli keilmiahan pada saat itu. Pada suatu masa, datanglah Udin sebagai temanku untuk “curhat” mengenai Klub Keilmiahan ITS. Aku yang dulu staff RISTEK kepengurusan sebelumnya dengan ilmu apa adanya hanya bisa memberi saran sekedarnya saja (atau malah makin bikin bingung?sorry Din  -,-‘).
Pada hari berikut-berikutnya, datanglah Udin (lagi) memintaku menjadi sekretarisnya (hlaaaar…baru aja aku selesai dengan dilemmaku tentang dua hal yang hampir sama, sekarang terulang lagi? L ) (seriusan, ini sama sekali bukan saranku, bahkan Udin sudah tau kalau aku tidak diperbolehkan ke BEM lagi <ada yang berkomentar seperti ini, jadi aku klarifikasi yak J>). Aku meminta waktu untuk berpikir, tapi tak bisa janji akan memberikan jawaban yang menggembirakan. Teringat wajah Udin yang memelas, aku kasian, setelah beberapa lama dan banyak pertimbangan, akhirnya aku terima tawarannya (haha becanda^^v). Alasan yang dilontarkan Udin pada saat itu adalah sudah tidak ada kader lagi, dan dia berkata bahwa tugas sekretaris tidaklah berat, hanya mengurus administasi saja (sepertinya aku dulu masih polos ya, begitu mudahnya dibohongi –“). Karena hal itulah aku mau menerimanya, dan kenyataannya juga memang aku suka bersosialisasi dengan banyak orang dan sudah cinta dengan dunia keilmiahan (cinta jare, gombal banget haha :p ).
Aku langsung bergabung dengan Klub Keilmiahan ITS tanpa screening, hanya modal kepercayaan dari Pak Ketua. Aku berasa seperti penyelundup yang tiba-tiba masuk tanpa ketok pintu dahulu. Perasaan sungkan, malu, takut bercampur jadi satu, karena pada waktu itu KK ITS sudah memiliki anggota, yaitu Rokim, Nur Hasanah, Faizal, Salman, Firda, Ulul, Shaffi dan Wulan. Udin menambahkanku ke grup baru, Klub Keilmiahan ITS, memperkenalkanku dengan poster buatannya yang bikin aku makin malu (dasar Udin, dari dulu selalu begitu –“). Udin juga langsung memberikanku password facebook, twitter maupun e-mail dari Klub Keilmiahan ITS waktu itu.
Karena pada waktu itu hanya aku yang ‘agak’ tua di KK, jadi akulah yang diajaknya diskusi mengenai struktur organisasi KK ITS, tugas-tugasnya, dan jumlah orang yang dibutuhkan tiap bagiannya. Pada saat itu kami juga memperhatikan grand design dari KK ITS dari kepengurusan sebelumnya. Namun, karena kami kira hal tersebut belum bisa dilakukan sepenuhnya yaitu KK ITS menjadi UKM, kami akhirnya memodifikasinya sesuai garis besar visi misi yang diusung. Strukturnya pada saat itu yaitu Ketua Klub Keilmiahan, Wakil Ketua, Sekretaris, Divisi Khusus (Trainer Keilmiahan), Divisi PKM dan Divisi P2K (Peningkatan dan Pengembangan Keilmiahan) serta ditambah member keilmiahan (mau tahu lengkapnya? Hubungi KK ITS 2013/2014 J ). Hasil diskusi tersebut kemudian dibawa ke Mas Adhika untuk dikoreksi, dan Alhamdulillah di-acc dengan perbaikan tentunya.
Setelah konsep KK sudah fix, selanjutnya kami siap melakukan oprec pengurus dan member. Daaann deng deng…(suara mengagetkan ala di film-film)…. Udin tiba-tiba menghilang, hape tidak bisa dihubungi, tidak ada kabar. Lagi lagi, hobinya jadi lostman muncul lagi (hehe becanda ya Din ^^v). Mau tak mau, sanggup nggak sanggup, harus aku yang mengurusi oprec kali ini. Aku masih canggung dengan anggota Klub Keilmiahan yang lain, belum ada kesempatan untuk SKSD terlebih dahulu, apalagi internalisasi. Akhirnya aku bersembunyi dibalik akun facebook Klub Keilmiahan yang aku sudah diberi passwordnya. Apapun aku share di grup menggunakan akun itu, pembagian tugas juga aku muncul sebagai akun KK, komentar di postingan pun aku menggunakan akun KK. Biarlah mereka menganggap bahwa yang menggunakan akun itu adalah Udin. Tak apalah dibilang pemalu, atau pengecut sekalipun, karena aku juga tak mau seperti melangkahi Udin di hadapan anggota lain, kok sepertinya apa-apa Bella yang muncul, emang siapa aku? (baper deh Bell, kayak perempuan yang minta kepastian aja haha :D). Aku hanya ingin menghilangkan kemungkinan persepsi seperti itu, karena mereka belum tahu kalau Udin menghilang. Lama kelamaan, akhirnya jati diriku terbongkar, eh bukan terbongkar deng, tapi dibongkar oleh mbak Amalia (Trainer Keilmiahan) yang mengetahui kalau akun KK yang menggunakan adalah Bella. Dan tentu gaya bicara, gaya postingan, gaya komen, yang sedikit alay dan sedikit melow bukan Udin banget (sedikit kok nggak banyak-banyak hehe, maklum, aku tetaplah perempuan :p)
Alhamdulillah…., akhirnya publikasi oprec pengurus dan member KK sudah terlaksana meskipun hanya arahan via postingan fb. Kalian memang keren adek-adekku anggota KK ITS J. Jika tidak ada inisiatif dari kalian, kerja sama tidak baik, tentu yang ada hanya saling lempar tugas karena memang tidak ada pembagian jobdesk. Alhamdulillah, sebanyak 100 orang mendaftar dan sekitar 30 orang memasuki kualifikasi sebagai pengurus. Selanjutnya ke tahap screening.
Alhamdulillah lagi, akhirnya Udin muncul juga, ternyata hapenya hilang (lagi). Entah sudah berapa kali Udin kehilangan hapenya. Setelah dia kembali, aku serahkan kembali tanggung jawabnya, kali ini aku kembali sebagai sekretaris seperti semula. Bekerja sama dengan Trainer Keilmiahan, akhirnya didapatkan pengurus baru Klub Keilmiahan ITS 2013/2014. Tambahan personil KK ITS ini adalah Samsul, Niki, Yoga, Irfan, Hoppy, Pipit, Pram, Fikri, Dwiki, Hesty, Albana, Vicky, Shita, dan Mbak Vidha. Dengan adanya Divisi PKM, maka kami menggandeng Laras sebagai Kepalanya. Sedangkan Kadiv P2K dan Humas yaitu Albana dan Faizal dari pengurus KK ITS sendiri, sehingga total pengurus KK ITS Periode 13/14 berjumlah 25 orang (banyak banget ya, padahal di RISTEK BEM sendiri ndak sebanyak ini –“). Namun, jumlah tersebut memang sudah menjadi hasil dari diskusi kami, karena memang berat dan banyaknya tugas KK ke depannya. Dan tentu juga, akan lebih susah juga mengoordinasikannya (Ini tantangan besar buatku).
Oprec pengurus Klub Keilmiahan ITS ini memang untuk yang pertama kalinya, dan kami perlu publikasi yang sangat gencar agar dapat menarik perhatian dari mahasiswa ITS, khususnya angkatan 2012 untuk bergabung bersama kami. Jujur, memulai memang sulit. Hanya 30 orang yang memenuhi kualifikasi sebagai pengurus Klub Keilmiahan. Dan 30 orang tersebut sudah memiliki amanah di organisasi lain juga (karena oprec Klub Keilmiahan ITS pada saat itu dilakukan setelah HMJ kepengurusan baru sudah terbentuk, begitu juga BEM ITS). Sehingga mungkin aku boleh mengambil kesimpulan bahwa
“Orang-orang yang mendaftar Klub Keilmiahan merupakan orang-orang yang benar-benar peduli terhadap keilmiahan ITS, karena orang yang tidak peduli mungkin akan berpikir ratusan kali untuk bergabung dengan organisasi yang baru saja dibentuk dan belum jelas bagaimana tugas dan arahannya.”
Banyak juga pendaftar yang salah paham dengan pembentukan Klub Keilmiahan ini karena kurangnya sosialisasi awal adanya KK ITS sebelum melakukan oprec, dan mungkin juga orang itu ada di antara orang-orang yang terpilih menjadi pengurus. Bagaimanapun kesalahpahaman itu, semoga tidak membuat kalian menyesal menjadi bagian dari KK ITS ya. Enggak kan ya? *jawab enggak ya* #AgakMaksaSih haha becanda kok :p.
Februari 2014. Membuka KK ITS generasi pertama. Welcome party. Yeaaay…foto “terbaik” dan nama kalian terpajang di layar proyektor beserta penempatan di divisi mana kalian berada. Maafkan aku kalau foto kalian aku ambil tanpa ijin ya. Ilmu kepoku berhasil kan membuat kalian surprise? Hehe, setidaknya melalui kepo itu lah cara awalku untuk mengenali kalian, memahami karakter kalian dan sedikit mengerti treatment apa yang bisa diterapkan ke kalian. Karena kalian akan menjadi bagian dari Klub Keilmiahan ITS, tandanya, kalian akan menjadi keluarga baruku di ITS ini. Kalau diinget-inget, bikin ngakak juga ya, foto yang aku ambil adalah foto kalian yang masih polos-polosnya, lucu-lucunya, alay-alay-nya #eh :p. Kalian memang lucu kok, perkenalan pertama, ada yang pakai pantun, ada yang sebut-sebut jodoh, dan ada yang masih malu-malu(in) #becandaa^^v. Dari situ aku tau, hari-hariku selanjutnya akan makin ceria, tidak akan sepi, karena aku memiliki keluarga baru di tempat perjuangan, memiliki adik-adik yang sangat aku inginkan sejak dulu dari ibuku, tapi apa daya takdir mengatakan aku adalah anak terakhir hehhe.
Dari awal diskusi konsep, aku dan Udin sama-sama menginginkan organisasi ini bukan sekedar organisasi yang menjalankan agenda kerja, melaksanakan perintah dari atasan dan menyelesaikan tugas. Organisasi bukan sekedar itu, organisasi adalah keluarga. Organisasi tanpa rasa kekeluargaan hanyalah omong kosong, hambar, dan kaku. Aku tidak yakin agenda kerja akan terlaksana dengan baik jika tanpa kepercayaan, kerjasama yang berasal dari kekeluargaan itu sendiri. Seseorang berkata bahwa, “Tolak ukur keberhasilan suatu organisasi yang paling utama adalah rasa kekeluargaan di dalamnya, selebihnya akan mengikuti.” Namun, kekeluargaan harus juga disertai dengan profesionalisme. Jika memang profesionalisme terkesan terlalu bertolak belakang dengan kekeluargaan, maka aku akan sebut sebagai kekeluargaan yang bertanggungjawab. Apa maksudnya? Jika tiap anggota keluarga dapat melaksanakan tanggungjawabnya dengan baik, tentu tujuan keluarga tersebut akan tercapai. Seorang anak tentu tidak akan mau mengecewakan orangtuanya, begitupun orangtua pasti akan memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya, begitu pula antar saudara harus saling mengasihi, saling membantu. Semuanya saling melengkapi begitulah filosofinya. Organisasi bukan tentang ini jobdeskku, dan itu jobdeskmu, setelah itu selesai semua urusan. Sama sekali bukan tentang itu. Jika temannya kesulitan, maka yang lain akan jadi yang terdepan untuk membantu, begitu juga bila ada yang kesulitan tentu tidak akan sungkan meminta bantuan, karena itulah guna sebuah keluarga. Di dalam keluarga, jangan lah ragu, jangan lah sungkan, jangan lah pelit untuk mengatakan, “ada yang bisa aku bantu?”, “minta tolong”, “maaf” dan “terimakasih”. Keluarga yang solid, tetapi solid bukan berarti semuanya harus satu, semuanya harus sama, semuanya harus ada. Tetapi solid adalah menjadikan kekurangan menjadi kelebihan, menjadikan yang negative menjadi positif, menjadikan perbedaan menjadi warna yang indah,.  Perdebatan bukan sesuatu yang dapat dihindarkan, kesalahpahaman juga bukan hal yang dapat ditampik, itu adalah hal yang wajar karena manusia hidup dalam persepsinya masing-masing dan tentu bisa diselesaikan. Keluarga yang solid adalah tentang penerimaan yang ikhlas dan komunikasi yang baik. *haha maaf, sepertinya terlalu menjalar kemana-mana ya*. Setidaknya begitulah konsep paling utama yang ingin kami bentuk, keluarga. Keluarga Klub Keilmiahan ITS.
Setelah kejadian terbongkarnya kedokku yang bersembunyi dibalik akun KK, aku mulai berani menampakkan diriku. Semakin sering muncul, semakin rame, semakin aneh, semakin alay pula #eh haha. Aku berusaha tidak bersikap menjadi atasan kepada bawahannya, ataupun petinggi kepada staffnya, begitu juga Udin. Aku hanya ingin menjadi mbak yang baik untuk kalian, itu saja sudah cukup, tapi ternyata tidak semudah itu. Berusaha mencontohkan yang baik-baik kepada kalian, karena keteladanan lebih baik dari seribu perintah. Dan yang aku sesali hinga sekarang adalah aku belum sanggup untuk itu, sorry L.
Ber-dua puluh lima, sungguh tidak mudah untuk mendapatkan waktu untuk rapat rutin KK ITS. Mengumpulkan jadwal kuliah ataupun kesibukan lain yang tidak dapat diganggu gugat, dan berusaha mengambil celah dari waktu mereka. Akhirnya, dengan berat hati, aku memilih hari Selasa ba’da maghrib. Sedih karena ada dua staff bentrok dengan jadwal ini. Waktu lain malah makin banyak yang bentrok (maklumlah ya, kecuali aku, orang-orang di KK ini adalah orang-orang penting, banyak kegiatan, dan banyak dibutuhkan orang). Berjalannya waktu, agenda kerja Klub Keilmiahan ITS juga berjalan. apalagi kalo bukan PKM yang paling HITS (bikin ga bisa tidur). PKM ini memang banyak sekali menyita waktu. Sosialisasi, Pembimbingan, MONEV, Dana Talangan, Mentor PKM, Dosen Penalaran, Logbook, Dosen Pendamping, PKM-P, PKM-T, PKM-M, PKM-KC, PKM-K, PKM-AI, PKM-GT, laporan kemajuan, laporan akhir, PIMNAS. Mungkin jika disuruh memberi keyword, kata-kata itulah yang sedikit bisa aku sebut yang menggambarkan proses PKM ini. Tetapi kepadatan inilah yang membuat kita akrab satu sama lain, dengan karyawan BAAK dan dosen-dosen penalaran yang keren abiis. Rapat dan hiruk pikuk koordinasi di ruangan dosen, luar atau di dalam BAAK, UPMB, Gedung Pascasarjana, atau ruangan ketua jurusan bisa jadi memori yang tidak bisa dilupakan. Canda tawa yang seakan tidak ada sekat, bully-membully tanpa bermaksud menyakiti hati, sungguh itu juga sering kali aku rindukan. Bahkan ketika kalian dengan sedikit agak manja, sering memintaku untuk menyuapi kalian seperti anak kecil, membagi satu makanan untuk berbanyak, layaknya ibu kepada anak-anaknya. Itu mengajarkanku bagaimana menjadi dewasa.
Agenda KK ITS begitu padat, hampir setiap minggu selalu ada agenda, belum lagi dengan agenda-agenda kerja di divisi yang lain (yaah..mungkin saat itulah aku merasa dibohongi oleh Udin :3, tapi ga nyesel kok Din, :p ).  Tapi Alhamdulillah-nya semuanya berjalan dengan lancar meskipun masih banyak kekurangan disana-sini. Di sisi lain, kami manusia biasa, yang butuh refreshing atau sekedar menghilangkan jenuh. Tak akan aku lupakan saat kita rujakan bareng, makan bareng, cerita ngalor-ngidul, foto dengan berbagai gaya. Dan mungkin yang paling diinget kalau ada yang lagi ulang tahun, kita nggak pernah merayakan tepat hari itu, mungkin bisa 2 minggu setelahnya, bahkan bisa satu bulan setelahnya (aneh kan kehidupan kita haha), tetapi tetap harus siap-siap mental kayaknya. Karena kata para staff, aku yang pendiem dan pemalu ini (siapa yang percaya?haha) bisa berubah jadi psikopat, tiba-tiba datang menabur tepung dan menceplok telur, membuat semuanya kotor. Karena sering kali para staff sungkan dan tidak berani untuk memulainya, walhasil akulah yang tega. Huhu..semoga kalian memaafkan aku atas kejahilanku ya. Aku cuma ingin memberikan hal yang tidak kalian lupakan atau bahkan membuat kalian menjadi pusat perhatian tanpa harus tepe-tepe di jalan. Niat nya baik kok (haha alesan deh bell :p ). Semoga di setiap bulir tepung dan bau menyengat telur, tersirat doa dan kasih sayangku ke kalian ya J.
Semakin kesini, makin jauh KK ITS melangkah, maka semakin banyak pula masalah yang didapat, dari masalah sepele sampai serius (atau sepele dan serius jadi tidak bisa dibedakan? Entahlah L ). Aku dan Udin semakin sering diskusi, semakin sering pula kita berbeda pendapat, semakin sering berdebat. Tapi begitulah kami, sering “berantem” tapi gak bisa musuhan. Paling besok Bella udah balik lagi kayak biasanya, kayak ga ada apa-apa, mungkin begitu pikirnya Udin, makanya dia nggak kapok berantem sama aku haha. Semarah-marahnya aku, pasti dah gak bisa marah lama, paling aku tinggal tidur terus besoknya malah aku yang merasa bersalah, apalagi lihat wajahnya Udin kalo melas gitu, ga tega bener dah wkwk. Mungkin aku di hadapan Udin adalah perempuan yang paling cerewet, perempuan yang paling sok ngatur, perempuan yang paling banyak maunya, perempuan yang paling jutek, perempuan yang ceplas ceplos, perempuan yang sok marah-marahin (tapi selalu gagal karena pembawaan wajah yang mellow gini, hiks). Tapi ketika di hadapan adik-adik, baik-nya Udin, dia tidak pernah memberitahukan kejelekanku, menutupi aibku, dan malah selalu memujiku dihadapan adik-adik (Ini mah biar aku nggak ngambek aja haha, tapi btw, thanks lho din :p). Padahal aku sering membicarakanmu di depan anak-anak, yang paling gokil adalah ketika kamu masuk ke sel*kan Din waktu SE di Palembang (hahhahaha ngakak asli ini kalo diinget :D, maafkaan yak, tapi beneran lucu yang ini :p). Memang sebelumnya, aku dan Udin sudah ada perjanjian, bahwa masalah internal PH tidak boleh diketahui oleh adik-adik, karena takutnya akan mempengaruhi kenyamanan dan pemikiran mereka. Jadi kalau ada apa-apa ya harus diselesaikan antar PH itu saja, para staff taunya kita selalu kompak, ga pernah berantem dan baik-baik saja hehe. Ga baik juga sih nanti, makin banyak yang tau, makin kesebar pula nanti, berdampak gak baik juga, gossip sana sini #ea korban gossip –“. Aku yakin, mereka pasti akan tau dan paham suatu saat nanti bahwa jalan tidak selalu mulus, pasti banyak kerikil-kerikil disana-sini.  
Jika dipikir-pikir, aku adalah sekretaris yang paling tidak jelas, ada tapi kerjaan nya bukan sebagai sekretaris, gimana enggak, proposal kegiatan nggak ada, dana juga nggak ada, laporan pertanggungjawaban juga cuma dua kali dalam satu kepengurusan. Fix, ternyata jobdeskku adalah jadi pembantu umum, kalau ada kerjaan, ya ayok dikerjain bareng, kalo adek-adek ada yang kenapa-kenapa ya ayok dicari tau, kalau ketua menghilang ya ayok dikerjain tugasnya. Hahaha. Kondisional lah pokoknya, apa aja bisa, apa aja ayok, bahkan salah satu tugasku yang nyeleneh adalah menghafal jadwal kuliah Udin –“. Makin abstrak aja ini tugasku ya hehe. Namun, karena itu juga, aku semakin dekat dengan adik-adik ini. Berasa adik sendiri. Teringat dengan masalah yang datang di akhir kepengurusan, masalah yang membuatku mutung, meminta Udin merelakan aku melepas jabatan ini, masalah yang membuat aku merasa bersalah karena masalah pribadiku membuat masalah satu kepengurusan. Masalah yang membuatku menangis di hadapan adik-adik tanpa bisa dibendung. Namun, masalah ini pula yang membuat aku tersadar, bahwa berhenti bukan lah jalan yang terbaik, lari dari masalah juga tidak menyelesaikan masalah, tersadar bahwa aku memiliki banyak orang yang menyayangiku dan masih membutuhkanku (ah masa Bell? Pede bener..nggak ada padahal hehe). Masih teringat kronologi masalah itu, aku dimarahi di depan umum karena masalah ini itu, alasannya kegiatannya gagal, dan aku kurang cekatan dalam melaksanakannya (di depan sok kuat, tapi di belakang nangis –‘). Adikku dengan polosnya menanyakanku apakah aku baik-baik saja di hadapan orang yang memarahiku. Dengan seketika, hal tersebut bisa menyelamatkanku dari kemarahan yang berkepanjangan. Di tempat yang berbeda, tanpa aku suruh, tanpa aku ketahui, adikku ini, menanyakan mengapa orang itu memarahiku, dan memintanya minta maaf kepadaku. Padahal, mungkin saja memang aku yang bersalah. Meskipun hanya diterima mentah-mentah oleh orang itu.
Setelah peristiwa itu, aku keluar ruangan tanpa bisa membendung airmataku. Dengan refleks aku men-jarkom adik-adikku untuk segera berkumpul di teater A. Segera dan tanpa alasan. Setelah mengirim sms itu, rasanya aku merasa bersalah, karena mengirim sms yang kurang sopan ke adik-adik, dan sedikit memaksa, padahal biasanya aku men-jarkom dengan penuh ke-alay-an kata adik-adik. Maafkan aku yaa, serius aku nyesel L.  Aku menyuruh adik-adik datang karena ketika dimarahi aku juga disebut tidak becus mengurus adik-adikku, tidak mampu memberi tugas kepada mereka, dan terlalu memanjakan mereka. Tidak terlalu lama, akhirnya adik-adikku datang meskipun tidak semuanya tapi cukup banyak. Dengan wajah yang penuh penasaran, mereka bertanya-tanya mengapa aku seperti ini. Tanpa penjelasan, aku memberi mereka tugas ini itu, begitu bossy L. Aku sama sekali tidak menyukainya kalau harus mengingat kejadian itu, aku terlihat begitu arogan dan kejam. Mereka bertanya, “kenapa sih mbak? Kenapa sih mbak?”, terus saja begitu. Akhirnya semua bekerja dengan apa yang aku suruh, hanya satu yang menolak dan berkata, “aku nggak mau ngerjain sebelum mbak ngasih tau kenapa!”. Saat itu pula tangisku tidak bisa terbendung lagi, nangis lagi, susah berhentinya, menjelaskan dengan sedikit sesenggukan. Aku tak tahu, apa yang aku ceritakan mungkin terlalu berlebihan dan mungkin bisa merusak nama baiknya, maafkan aku ya, aku ndak bermaksud seperti itu L. Tanpa perintah, dia memberitahu yang lain, seperti membuat lingkaran, sambil bisik-bisik, persis ketika tim sepakbola ketika sedang berdoa (aku masih ingat dengan jelas momen ini). Yah mau gimana lagi, yang lain juga ingin tau kenapa. Mereka aku suruh masuk ke dalam ruangan sebagai perwakilan dari KK ITS, karena pada waktu itu aku masih tidak kuat untuk masuk ke dalam lagi dan bertemu dengan orangnya. Sedangkan Udin, aku hanya bisa meneleponnya, menanyakan hal yang perlu dengan nada yang tidak biasanya. Udin paham, aku sedang kenapa-kenapa, tetapi aku tetap menyembunyikannya. Udin pada saat itu sedang SE di Palembang, sehingga tugasnya diserahkan ke aku.
Setelah beberapa waktu, aku melihat adik-adik begitu antusias mengerjakan tugas yang aku berikan (mungkin juga karena kasian denganku). Melihat mereka, aku terasa terobati, tangis itu hilang dan kembali tawa itu muncul. Aku memberanikan masuk ke dalam Teater A, mengerjakan tugasku, namun tak banyak bicara. Adik-adikku yang masih berdiskusi di luar, tiba-tiba masuk bebarengan dan memberikan senyum indah yang memaksakan banget haha. Aku sedikit nyengir, apa yang terjadi pada mereka sehingga mereka begitu. Akhirnya salah satu adik berkata dengan jelas dan lumayan keras sehingga orang-orang disana juga ikut mendengarkan… “1000 senyum untuk mbak Bella”. Hmm so sweet nyaa kalian. Kalau aku lagi sedih, pasti aku inget-inget hal ini, aku pasti bisa senyum lagi J. Dan ternyata dalang dibalik senyum memaksakan mereka adalah mbak Amalia yang tiba-tiba ikut masuk ke ruangan. Hmmm mbak Amalia ini ternyata diberitahu adek-adek ini kalau aku sedang menangis. Hmm malu juga kalau diinget-inget, aku cengeng ternyata -_-.
Hari berikutnya, rasa marah itu sudah hilang, tak ada dendam, kembali bekerja seperti biasa, karena mengurusi PKM seperti shooting sinetron stripping, bisa tiap hari dengan jam kerja yang tidak bisa ditentukan hehe. PKM sudah memasuki akhir perjalanannya, menuju MONEV DIKTI. Rapat koordinasi-pun mulai sering dilakukan untuk memikirkan strategi terbaik MONEV DIKTI nanti, terlebih pada waktu MONEV DIKTI aku tidak bisa membantu karena harus Kerja Praktek. Rapat itu awalnya berjalan dengan baik, namun berakhir dengan sesuatu yang tidak nyambung. Lagi-lagi aku bertanya pada diriku, sebenarnya aku ini salah apa kok sampai segininya??. Berujung debat tidak berkesimpulan dengan bertambahnya orang ketiga dan keempat. Melebar dengan permasalahan ini itu yang seharusnya adik-adiknya tidak perlu tau. Semakin runyam. Rapat itu terpaksa dihentikan. Waktu sudah malam pula. Adik-adik harus segera pulang. Namun, Udin yang pada hari itu baru saja pulang dari SE tidak paham awal mula perselisihan ini, meminta untuk menyelesaikan urusan ini dengan lebih private. Obrolan yang hanya berisi empat orang saja. Aku hanya diam, mereka berkata, tapi aku tidak diberi kesempatan untuk membela diri, bahkan untuk sekedar bicara saja tidak. Padahal waktu itu aku hanya ingin mengajak untuk memperbaiki ini semua demi kebaikan KK ITS ke depannya, tanpa menyalahkan mereka ataupun ingin memperbaiki imageku sendiri di depan mereka. Begitupun juga Udin tidak mampu berkata apa-apa lagi. Aku yang sedikit emosi pada waktu itu langsung meninggalkan tempat itu karena buat apa aku disitu?. Tangis itu pecah, sedikit lama aku menangis dipelukan mbak Amalia yang tiba-tiba datang menyusul kami. Ternyata adik-adik masih menunggu di luar gedung untuk mengajakku makan bersama. Aku yang waktu itu masih sesenggukan, hanya bisa menutupinya dengan helm yang aku pakai. Makan malam itu pun terasa aneh bagiku, kosong. Aku masih sedih memikirkan hal yang baru saja terjadi, tetapi adik-adik ini selalu saja ada tingkah aneh bin lucu yang membuatku bisa tersenyum. Maafkan aku ya kalo waktu itu jadi nggak asik dan nggak bisa cerita apa-apa. Kalian memang terbaik.
Aku sedikit kecewa pada waktu itu terhadap Udin, tapi aku tau Udin pun kecewa terhadapku karena aku tidak menceritakan hal ini. Maaf yo Din, aku nggak mau kamu kepikiran apalagi keadaanmu setelah kecelakaan itu pasti kamu masih kesakitan, aku nggak mau nambah beban itu. Tapi disini aku belajar satu hal, “Komunikasi itu sangat penting, baik kabar baik atau kabar buruk, semua harus disampaikan, harus terbuka agar tidak akan terjadi kesalahpahaman yang semakin menjadi dan ke-diam-an ku itu tidak akan menyelesaikan masalah.” Lagi-lagi keesokan harinya, aku menjadi merasa bersalah, dan aku memutuskan untuk menemui dua orang tersebut secara terpisah, meminta maaf atas segala yang aku perbuat, mencoba meluruskan kesalahpahaman ini, mencoba berdamai dengan keadaan, apalagi esok lusa aku akan berangkat KP. Siang menemui satu orang pertama, meminta maaf, apapun aku tak peduli atas persepsinya mengenai aku, yang jelas aku hanya ingin menitipkan adik-adikku untuk dibina dan meminta agar gap dan perselisihan itu tidak ada lagi. Aku berharap kekeluargaan ini semakin utuh, apalagi MONEV DIKTI semakin dekat, PIMNAS yang akan mengikuti dan kepengurusan KK ITS yang semakin menemui akhirnya. Sedikit lega karena orang tersebut mengiyakan permintaanku, tak berpikir lagi bagaimana eksekusinya nanti. Dan yang orang kedua, aku menemuinya, dia santai dan tampak tidak ada masalah di antara kami, tapi aku tidak. Mencoba to the point atas permintaan maafku kepadanya, tapi entahlah, sepertinya pembicaraan kita tanpa akhir yang jelas. Justru aku semakin menyadari bahwa aku memang punya andil atas masalah ini. Ya, masalah pribadiku dengannya. Mungkin lewat tulisan ini, kalian akan tau masalah sebenarnya yang terjadi di dalam kepengurusan itu, dan mungkin akulah penyebabnya. Aku minta maaf yang sebesar-besarnya karena masalah pribadi dicampur-adukkan dengan masalah organisasi. Semoga ini bisa menjadi pelajaran untuk kalian agar tidak terulang di tempat kalian mengabdi, di organisasi tempat kalian menjalankan amanah.
Pada saat itu, aku lagi-lagi baper dan meminta izin Udin untuk menanggalkan jabatan ini, tapi Udin tidak menanggapinya. Posisi yang menyulitkan bagiku. Aku bingung, apa yang harus aku perbuat, apa yang harus aku katakan agar semua ini bisa terselesaikan. Sepertinya apa yang aku lakukan selalu saja salah. Memberanikan diri untuk menemui adik-adik yang pada saat itu sedang mengkoreksi laporan kemajuan PKM di BAAK. Dengan wajah yang sedikit jutek, aku meminta izin untuk pulang terlebih dahulu karena harus kembali ke Sidoarjo untuk mempersiapkan KP. Ketika aku pulang, aku ditahan oleh mereka, adik-adik yang membuatku tidak pernah menyesal ada di posisi ini. Surprise!!! Donat berbagai macam rasa dengan harga yang tidak murah terpampang di depan wajahku, plus lilin-lilin yang membuatnya semakin terlihat bahwa ada yang ulang tahun. Tetapi, ulangtahunku masih jauh. Itu adalah pesta kepergianku untuk KP (haha sepertinya kalian seneng ya ga ada yang cerewet lagi). Tapi aku tau, niat kalian baik bangeeeet. Berasa aku mau perpisahan jauh sama kalian, sedih. Terimakasih banyak ya, aku sayang kalian J.
Kesibukan di tempat KP membuatku semakin tidak bisa membantu apa-apa. Selain jarak, waktu juga tidak memungkinkan. Di tempat KP, aku dan timku mendapat proyek penelitian yang harus selesai dalam waktu dua bulan, itu bukan waktu yang cukup untuk menyelesaikan satu penelitian yang dikatakan baik dan berhasil. Alhasil aku hanya bisa menanyakan kabar lewat sms dan telepon. Maaf ya. Dua agenda besar dari klub keilmiahn, MONEV DIKTI dan PIMNAS, aku tidak bisa berkontribusi di dalamnya. Meskipun ITS tidak dapat mempertahankan gelarnya, ITS mendapat juara II.  Aku tau kalian semua sudah berusaha keras untuk menjalankan tugas itu. Allah sudah memberikan yang terbaik untuk ITS. Yang terbaik tidak harus yang nomer satu kan?. Sedih memang awalnya, apalagi melihat Udin yang sudah diberitahu hasilnya sebelum hasil perolehan medali diumumkan, dia seperti hampa, kosong. Apalah aku yang cuma bisa melihat Udin membuka dan men-scroll situs online shop, sepatu wanita, pengen ketawa sih, tapi kayaknya itu bukan momen yang tepat untuk aku ketawa, karena aku tau, dia melakukan itu karena mengalihkan kesedihan dan pikirannya tidak untuk melihat sepatu itu (kalau diinget lucu juga Din, wkwk).
Kepengurusan semakin menemui ujungnya, LPJ kepengurusan KK pun dilakukan. Kami tau, kami sadar, kami mengakui bahwa masih banyak kekurangan dan masih banyak PR yang belum dikerjakan, khususnya aku. Aku belum sepenuhnya bisa merangkul kalian semua, anggota maupun PH Klub Keilmiahan pada saat itu, belum bisa membuat semua anggota KK ITS aktif di dalam kepengurusan, belum bisa memberikan pembagian jobdesk dengan adil, belum bisa mengontrol agenda kerja, kegiatan, maupun kalian satu per satu. Wajar, jika ada yang mengatakan bahwa aku gagal dalam menjalankan amanah ini. Tetapi maaf, aku tidak sependapat dengan orang-orang yang mengatakan bahwa Klub Keilmiahan ITS 13/14 gagal dalam melaksanakan tugasnya padahal tidak tau bagaimana kerja keras, tangis, lelah yang ada di dalamnya, tidak tau bagaimana pikiran dan tenaga yang tercurah di dalamnya. Justru aku ingin mengapresiasi semua pihak yang ada di dalam KK ITS 13/14, berterimakasih atas pengabdiannya di dunia keilmiahan. Karena disini, tidak ada balasan materi apalagi ketenaran, hanya keikhlasan untuk berjuang bersama meningkatkan atmosfer keilmiahan di ITS. Jika visi itu tercapai, seakan semua perjuangan itu telah terbayar.
Nyatanya, kalian sudah hidup di dalam diriku, punya tempat tersendiri, keluarga Klub Keilmiahan ITS. Pesanku, jangan pernah lupakan kekeluargaan yang pernah tercipta di dalam Klub Keilmiahan ITS. Dan terus hidupkan semangat kekeluargaan yang bertanggungjawab di setiap organisasi yang kalian naungi nantinya. Karena jika di dalam baik, maka keluaran dari organisasi tersebutpun akan baik, semua berawal dari dalam bukan? Hehe aku berbicara seperti ini bukan karena aku lebih baik dari kalian, hanya aku tau lebih awal, dan aku yakin sekarang kalian pasti memahaminya. Cintailah dunia keilmiahan, maka kamu akan bekerja di dalamnya dengan cinta, sebesar apapun masalah yang dihadapi, kamu akan mampu hadapi dan ikhlas menjalaninya.
Aku sangat bangga dengan kalian saat ini, karena tidak ada yang lebih menyenangkan dari seorang kakak, selain melihat adiknya lebih hebat dari dirinya. Maafkan aku dahulu belum bisa mencontohkan hal yang baik, tapi aku percaya kalian bisa melakukan yang lebih baik. Aku percayakan dunia keilmiahan ITS di tangan kalian. Nitip ya J. Aku hanya bisa berpesan seperti itu, karena aku tak tau bagaimana keadaan keilmiahan di kampus sekarang ini, kalian tentu lebih paham bagaimana melaksanakannya. Jika aku diam, bukan berarti aku sudah tidak lagi peduli, aku hanya mengamati dari jauh, percaya dengan kemampuan kalian masing-masing. Kalau perlu bantuan, aku selalu siap, insyaAllah J. Jangan lupa ya sama kuliahnya, karena bagaimana bisa kamu menjalankan amanah dari KM ITS, sedangkan amanah utama dari orangtuamu sendiri belum bisa kamu jalankan dengan baik?. Jangan kecewakan dua-duanya, orangtua dan KM ITS ya. Semangat kontribusi!
Jangan lupakan aku ya, aku tidak akan melupakan kalian. Ntar kalau aku nikah, kalian harus dateng lho ya! *emangkapanbell?* hahaha –“. Keep silaturrahim J. See you when I see you J.


Minggu, 08 Mei 2016

Tanyakan lagi pada dirimu, apa benar itu cinta?

Asing...

Bahkan aku tidak mengenalmu dipertemuan pertama, kedua, maupun ketiga.
Satu kelompok memorizing di kelas kursus,  dan baru mengenalmu dipertemuan keeempat, aku kagum. Kagum karena kamu mampu menghafal 44 vocab berserta sinonim dan terjemahnya dalam satu malam sedangkan masih ada tugas yang lainnya. Bahkan aku hanya mampu menghafal setengahnya saja. Benar-benar sangar. 
Hari berikutnya, di kelas yang sama, kamu dan teman-temanmu berbincang begitu akrab dengan teman satu kamarku. Aku hanya ikut mendengarkan saja, mendengarkan ceritamu dari teman-temanmu. Ternyata kamu memiliki suatu  cerita yang berbeda, memiliki  masa lalu atau lebih tepatnya masa kecil yang tidak menyenangkan sehingga kamu mengalami krisis pertemanan.

Mendengar cerita seperti itu, aku dan teman-temanku justru ingin makin berteman dengan kamu dan ingin menunjukkan bahwa masih ada pertemanan yang tulus, tanpa menginginkan apa-apa, tanpa ada kepentingan apapun seperti yang kamu katakan. Aku dan teman-temanku mencoba lebih perhatian kepadamu untuk menghilangkan persepsi itu. Tak ada sama sekali niat buruk, apalagi membina pertemanan yang palsu. terlintas saja sama sekali tidak pernah. Kami ingin benar-benar berteman denganmu, dan alhamdulillah kamu mau menjadi lebih sedikit terbuka. Kita sudah bisa tertawa bersama, becanda, membully dan sebagainya. 

Satu bulan berlalu, aku tidak menyangka kamu menceritakan banyak hal di perpisahan kelas waktu itu, menceritakan hal yang begitu pribadi. Entah kenapa kamu bisa mempercayaiku. Aku hanya bisa menanggapi ceritamu dengan mengembalikan semuanya pada Allah, dan terus mengatakan "sabar ya", selebihnya aku mencoba menjadi pendengar yang baik. Aku tak pernah memiliki teman dengan permasalahan seperti ini sebelumnya, sehingga aku tidak tau harus berbuat apa. Menyemangati menjadi lebih lagi setelahnya, agar kamu bisa bertahan di kondisi seperti itu dan tentu bisa lepas dari permasalahanmu. 

Semua sudah kembali ke daerahnya masing-masing setelah kursus itu selesai, begitu juga dengan aku, kamu dan teman-teman lain. Namun aku merasa kita semua sudah seperti keluarga, sudah seperti berteman lama. Dan silaturrahmi ini hanya bisa disambung menggunakan media sosial karena memang jarak yang jauh.

Namun, sesuatu yang mengagetkan terjadi. Kamu sudah menganggap berlebihan sikapku. Mungkin memang aku yang salah, tapi kenapa teman-teman lain yang justru lebih perhatian tak kau anggap sama denganku?? Kamu bilang perhatianku padamu berbeda dengan yang lain. Ya berbeda, karena kamu perlu di treatment sedemikian rupa, anggapku dan teman-teman lain. Kamu mengatakan bahwa aku menyukaimu. Aku anggap kamu hanya menjadikan pembenaran atas semua yang terjadi tanpa mengerti aku sebenarnya bagaimana.

Benar, aku harus tegas. Aku harus mengatakan yang sebenarnya kalau aku tidak punya perasaan apa-apa ke kamu sebelum semuanya terlambat dan semakin menjadi. Perasaan itu hanya sebatas rasa peduli antar teman dan karena aku memang suka berteman dengan siapa saja, siapapun itu. 

Kamu malah marah padaku karena anggapanmu salah. Kamu memintaku agar tidak komunikasi lagi denganmu. Oke, aku turuti. Tapi kamu kembali, memintaku memberi kesempatan. Kesempatan apa?
Aku tak bisa memberi harapan apapun tentang perasaan yang bahkan aku tidak merasakan apa-apa. Apalagi aku tergolong orang yang  sulit untuk mencintai seseorang. Kamu kembali marah, memintaku tidak menghubungimu lagi. Aku turuti, toh selalu kamu yang mengawali percakapan setelahnya. 

Entah apa yang kamu lakukan setelahnya, mencari tau tentangku yang memang tidak sempurna ini kepada teman-temanku. Temanku bercerita bahwa aku dulu pernah jatuh cinta dengan seorang laki-laki tapi harus diredam karena ada suatu hal. Kamu kembali lagi dengan mengatakan aku munafik dan kata-kata yang menyakitkan lainnya. Padahal itu adalah rasa yang dulu, rasa yang sudah aku kembalikan kepada Sang Pemilik Hati. Dan yang aku masih heran, sebenarnya apa yang ada dipikiranmu sedangkan kamu mengetahuinya hanya permukaannya saja tetapi sudah bisa menjudge ini dan itu???

Kamu tau kata-katamu sangat menyakitkan?? semoga kata-kata itu tidak lagi kamu katakan untuk orang lain. Tapi ya sudahlah, tak ada gunanya aku membela diri, sepertinya apa yang aku katakan selalu saja salah. Bahkan saat itu, lama membalas chatmu saja kamu sudah menanyakan berkali-kali. Kita hanya teman, tidak lebih. Apa teman juga segitunya harus selalu membalas chatmu dan salah ketika memilih menunda membalasnya dan hanya read saja?? teman tidak segitunya juga. Pahamlah aku juga mempunyai kesibukan dan lelah ketika harus memikirkan balasan dgn kata yang baik ketika kamu judge ini dan itu. Aku merasa dikejar-kejar renternir yang menagih hutang, padahal aku tidak punya hutang apa-apa. Sama sekali tidak nyaman bukan? Kamu kembali marah, menyuruhku menghapusmu dari daftar temanku. Bagiku aku hapus atau tidak itu tidak akan ada efeknya buat kamu, justru jika kamu melakukannya untuk dirimu sendiri itu mungkin lebih berguna.

Kamu kembali lagi, merasa menyesal melakukan semua itu, dan mengatakan itu hanya trik saja. Buat apa??? semua tidak sebecanda itu. Aku sudah memaafkan kamu, tanpa kamu minta maaf, tapi aku sudah tidak bisa seperti semula lagi seperti yang kamu inginkan. Lalu kamu kembali mengungkit-ungkit masalah aku belum move on. Hey, kamu tau apa tentang perasaanku? apa yang aku rasakan tidak sama dengan apa yang kamu pikirkan. Kamu kembali memintaku memberi kesempatan, dan kamu berkata akan serius dan sudah mengenalkan aku pada orangtuamu. Buat apa? aku tidak memintanya bukan? Aku sudah merasa tidak nyaman. Kamu kekeh dengan pendirianmu bahwa cinta bisa ditumbuhkan asal ada kemauan dan kesempatan. Aku harus menjelaskan bagaimana lagi? Benar-benar sudah tertutup hati ini dengan semua sikapmu yang kemarin. Aku tak menanggapimu lagi, aku rasa memang itu yang terbaik. Tapi kamu kembali muncul, kembali menanyakan kesempatan itu, sama sekali Allah belum menitipkan rasa apapun untukmu di hati ini, apa harus dipaksa? Aku kembali mempertegas, tak ada jawaban lagi darimu, setauku kamu sudah meremove pertemanan kita di facebook. Tak masalah bagiku, mungkin ini yang terbaik. Tapi kamu muncul lagi dengan menuduhku sudah menerima lamaran orang lain, kamu semakin menuduh ketika gosip tidak bertanggungjawab di grup itu semakin menyeruak. Kamu bilang tidak usah berbelaskasih denganmu, kamu bilang kamu mempermudah apa mauku, kamu bilang kamu mengijinkanku dengan yang lain. Aku sama sekali tak paham,mempermudah apa yang kamu maksud, apakah aku juga perlu ijinmu ketika akan menikah dengan orang lain? Kita hanya teman, tak lebih dari itu. 

Kamu selalu mengatakan suka, cinta dan lain-lain. Tapi aku rasa itu bukan cinta. Itu hanya terobsesi belaka. Setauku cinta yang tulus akan membiarkan orang yang dicintainya bahagia meskipun bukan dengan dirinya. Cinta itu bukan tentang memiliki, tetapi tentang membahagiakan. Coba sekarang kita sama-sama flashback ke belakang, adakah kamu membuatku bahagia? justru kamu membuatku tertekan. Saat ini kamu yang hanya teman dan tidak lebih saja bisa begitu protektif dan cemburu, apalagi nanti jika memang aku menjadi istrimu???  Coba pikir lagi, coba renungkan kembali. 

Maaf, aku lebih baik menolak dan tegas sekarang, setidaknya kamu menderita di awal dan tidak berlarut-larut, tetapi bahagia di akhirnya nanti, daripada aku memberimu harapan dan kesempatan yang justru akan menjadi bom waktu yang akan membuatmu lebih kecewa daripada ini, lebih lama lagi menderita karena ini?? Kembalikan semuanya pada Allah, perbaiki dirimu karena Allah, bukan karena manusia, karena akan banyak kecewanya.

Maafkan aku yang sudah membuatmu kecewa, maaf atas semua tingkah lakuku. Semoga kamu bisa bertemu dengan perempuan yang menerima kamu apa adanya, yang bisa membuatmu lebih baik lagi dan lebih bahagia tentunya, aamiin... :) Tenang saja, aku tidak pernah membencimu, aku tetap menganggapmu sebagai temanku. Jangan khawatir, jodoh tidak akan tertukar :)

Sabtu, 09 April 2016


"Labbaika Allahumma labbaika, labbaika laa syarikalaka labbaika, innal hamda wan nikmata laka wal mulka laa syarika laka."

Ingin sekali menyerukan kalimat itu dengan menginjakkan kaki di tanah suci Mekkah bersama orang-orang yang dicinta. Semoga diberi rezeki, kesehatan dan kesempatan untuk kesana. Panggil kami ya Allah...aamiin :)

money or happy oriented?


"Ketika orang-orang bekerja karena 'money-oriented', maka bekerjalah karena 'happy-oriented'. Itulah orang yang bekerja dari hati, menggunakan passion, menghasilkan kebahagiaan tersendiri, tanpa melupakan manfaat untuk orang lain. Jangan takut menjadi berbeda."

Jumat, 25 Maret 2016

Lalu aku bisa apa?

Aku tak punya kelebihan yang bisa dibanggakan,
Dan lagi punya kekurangan yang masih sangat banyak
Aku pun juga masih jauh dari kata shalilhah
Mewujudkannya butuh usaha keras dan jatuh bangun
Godaan masih sering menghantui

Lalu aku bisa apa?
Selain meminta-Mu untuk meneguhkan hati ini pada jalan-Mu dan
Istiqomah atas perjuangan dan perubahan ini

Selasa, 08 Maret 2016

Dari Kashva untuk Astu

"...mencintai itu, kadang mengumpulkan segala tabiat menyebalkan dari seseorang yang engkau cintai, memakinya, marasa tak sanggup lagi menjadi yang terbaik dirinya, dan berpikir tak ada lagi jalan kembali, tapi tetap saja engkau tak sanggup benar-benar meninggalkannya."

-cinta Kashva untuk Astu-

Kutipan novel biografi "Muhammad Lelaki Penggenggam Hujan"
by: Tasaro GK 

Kamis, 03 Maret 2016

Ketika Orang Otak Kanan Memasak

Hari ini aku memasak lagi.
Jangan tanya masak apa, yang penting enak! (haha enak kataku se, lha aku yang masak :p)
Kenapa ga boleh tanya? karena aku nggak tau aku masak apa sebenarnya.
Bagiku memasak adalah memanfaatkan bahan yang ada.
Melihat kulkas, melihat dapur, melihat ada bahan apa saja.
Bagiku bahan yang terpenting adalah garam, gula, bawang merah, bawang putih. Cukup. yang lain bisa mengikuti nanti.
Eksperimen dimulai.
Tanpa resep.
Tapi aku memang suka melihat tutorial memasak di medsos, tanpa mencatat resep ataupun takarannya, hanya melihat cara melakukannya saja, itu menarik (alias bikin laper :p)
Mengupas bawang, dan bahan lain, mencucinya.
Lalu...
Sreng sreng sreng...jadilaaah...makanan ala bella yang ala kadarnya.
Selamat menikmati! Coba dulu, jangan lihat penampakannya. (Hahha pasti bilang ga enak ya --")
Harus mencoba, keburu habis, dan belum tentu aku bisa memasak masakan yang serupa.

"Memasak menggunakan feeling,.."

Jumat, 26 Februari 2016

Skripsiku dan segala cerita yang menyertainya

*bagi yang lagi sibuk, mending jangan baca deh, ini ceritanya udah kayak sinetron stripping* :p

Desember 2014, kebingungan melanda ketika banyak teman-teman seangkatan ku sudah menyelesaikan skripsinya, sedangkan aku masih belum (sama sekali) mendapatkan dosen pembimbing skripsi. Banyak yang bilang aku tidak khawatir dengan adanya hal ini, tapi jauh di dalam hati aku menyimpan ketakutan yang sangat besar. Hanya saja tertutupi dengan sikapku yang sering kali tertawa, terlihat santai dan tenang. Ya, itulah aku, terlihat cuek dan sering kali tertawa karena hal sepele, membohongi hati yang selalu terngiang bayangan kuliah molor, lebih dari empat tahun.
Akhir tahun yang memilukan, aku juga belum menemukan dosen pembimbing yang sekiranya tepat, bahkan bidang yang aku inginkan juga masih simpang siur. Teman-teman menyarankan ini dan itu, dengan alasan yang cukup beragam. Suatu saat aku meminta saran dari seseorang, dan dia berkata sesuatu yang sangat mengena,
“Pilihlah bidang yang kamu sukai, lalu baru pilihlah dosen mana yang sekiranya dapat membantumu berkembang di bidang yang kamu sukai, memilih karena dirimu sendiri, bukan karena bidang ini lebih mudah atau sebaliknya, dosen ini enak atau tidak. Pilih karena patokannya adalah dirimu, bukan yang lain. Hal yang kamu sukai akan membuatmu bekerja dengan senang hati tanpa paksaan dan hal yang kamu sukai akan membuatmu bertujuan lebih luas, bukan sekedar mendapat nilai skripsi yang bagus atau formalitas agar bisa lulus sarjana.”
Mungkin seseorang itu adalah perantara Allah atas petunjuk yang aku minta. Ya, akhirnya aku memilih bidang Kimia Organik, bidang kimia yang banyak orang bilang sulit, susah selesainya, banyak modalnya. Aku tak peduli apa kata orang, karena aku suka bidang itu, dan hanya itu alasanku. Dosen yang berada di bidang kimia organik adalah Prof. Taslim, Prof. Mardi, Dr. Sri Fatmawati, dan Dr. Fahimah. Tetapi dosen yang saya inginkan adalah Prof. Taslim dan Prof. Mardi. Kembali saya meminta saran kepada teman-teman dan senior, dosen manakah yang sekiranya bisa menerima saya. Dan seorang teman (lupa mananya) mengatakan bahwa Prof. Mardi hanya memiliki tiga anak bimbing di semester berikutnya (setiap dosen bisa membimbing empat mahasiswa dengan tahun masuk yang sama). Hal tersebut sungguh seperti angin segar buatku. Dari awal saya memang sangat mengagumi beliau karena ketaatan agamanya, ketelatenan dalam mengajar, kepedulian terhadap mahasiswa bimbingnya dan pekerjaan yang dilakukan selalu diusahakan agar sempurna.
                Aku memberanikan diri untuk menghadap beliau, dengan sangat hati-hati aku meminta beliau menjadi dosen pembimbing skripsi. Pertama beliau menanyakan tentang kolokiumku dan mengapa tidak memilih dosen pembimbing kolokium sebagai pembimbing skripsi. Kolokiumku tentang kimia katalis dengan dosen pembimbing yaitu Prof. Irmina. Prof. Irmina pada waktu itu mengajukan syarat bahwa ketika skripsi, aku tidak boleh menjadi anak bimbingnya, dan aku menyanggupinya. Setelah aku menjawab demikian, Prof. Mardi mengatakan bahwa dua mahasiswa bimbingnya (Tami dan Devi) belum tentu lulus semester ini (mahasiswa yang skripsi pada semester 7) dan bahwa tahun depan (2015) beliau belum tentu mendapat dana penelitian dari DIKTI, sehingga aku harus menggunakan uang pribadi untuk membiayai skripsiku yang tidak murah ini. Oleh karena itu, Prof. Mardi memintaku untuk memikirkan kembali resikonya. Aku semakin bingung, kalau tentang uang insyaAllah bisa dicari, tetapi tentang kelulusan Tami dan Devi aku hanya bisa berdoa.
                Januari 2015, deadline pengumpulan naskah skripsi untuk ujian kelayakan. Hampir setiap hari aku menanyakan Tami atau Devi mengenai skripsinya, nampaknya mereka belum juga mengumpulkan naskah skripsi karena terus direvisi oleh Prof. Mardi, di samping itu waktu terus berjalan, yudisium sudah di depan mata. Bersyukurnya aku, di Kimia ITS tidak ada jadwal kapan harus uji kelayakan maupun sidang akhir. Hal tersebut bisa dilakukan kapanpun. Sampai pada akhirnya, awal Februari mereka dinyatakan lulus sidang akhir, dan aku sangat lega. Secepat mungkin aku merencanakan untuk menemui Prof. Mardi untuk meminta kembali menjadi dosen pembimbing. Di saat aku menemui beliau, aku meyakinkan bahwa saya siap dengan biaya skripsi berapapun. Alhamdulillah, tanpa beliau mengatakan bersedia menjadi dosen pembimbing saya, beliau langsung mengambil setumpukan kertas-kertas dan sebuah buku yang berisi topik skripsi yang akan saya ambil, beliau menjelaskan dan menyuruhku membaca jurnal-jurnal tersebut. Dan tentu berakhir dengan tugas membuat Rancangan Tugas Akhir (RTA). Aku keluar dari ruangan beliau yang terasa dingin pada saat itu dengan hati yang sangat lega.
                Kurang dari dua minggu, akhirnya aku bisa menyelesaikan RTA tersebut meskipun dalam keadaan masih acak-acakan. Aku menemui Prof. Mardi kembali dengan maksud agar beliau bisa mengoreksi RTA ku. Namun, pikiranku untuk segera bereksperimen di laboratorium melayang karena beliau mengatakan sampai sekarang bahan yang aku gunakan untuk skripsi masih belum datang karena harus inden. Toko yang menjual bahan tersebut menjanjikan akhir tahun lalu telah datang, namun karena suatu hal, kedatangan bahan tersebut mundur dan tidak dapat diprediksi. Karena hal tersebut, Prof. Mardi menawarkan pilihan untuk mengganti topik skripsinya dengan bahan yang sudah ada. Karena aku tidak mau jadi korban PHP inden bahan kimia, jadi aku memilih mengganti topik skripsi yang awalnya tentang antituberculosis menjadi antikanker. Yang pasti, aku harus membuat RTA yang baru lagi.
                Di tengah pembuatan RTA yang baru ini, aku kembali diuji. Aku harus dilarikan ke UGD karena cidera tangan, dan harus rawat jalan kurang lebih selama dua bulan. Tentu cidera tangan membatasi gerak tanganku. Aku dilarang menyetir motor lebih dari lima menit, hal ini tentu menghalangi langkahku yang sering kesana kemari. Aku juga dilarang melakukan aktivitas gerak tangan yang berat dan monoton dalam waktu yang lama. Hal tersebut tentu membuatku bekerja lebih lambat. Setelah dua bulan tersebut, akhirnya aku sembuh dari cidera syaraf itu, dan semua berjalan dengan normal kembali, Alhamdulillah.
                Di samping kesibukan persiapan untuk penelitian itu, aku mungkin menjalani semua ini lebih lambat jika tidak ada orang-orang yang membantu dan tlaten mengajariku. Mereka adalah Ajeng, Mufli dan Gusty. Mereka juga anak bimbing Prof. Mardi. Ya, kami satu tim di semester ini. Dan tentu teman-teman lain, mas dan mbak di Laboratorium NPCS (Natural Products Chemical Synthesis) atau yang biasa disebut dengan Kimia Bahan Alam dan Sintesis. Mereka mengajariku menggunakan alat ini, alat itu, cara mereaksikan bahan, menggunakan KLT,  dan masih banyak lagi (Terimakasih buanyaaak yaaa J)
                Aku baru memulai penelitian ini awal Maret 2015, memulainya dengan sedikit canggung, tetapi lama-kelamaan justru makin betah. Hampir setiap hari aku bermain-main dengan bahan kimia, pelarut organik, labu bulat, magnetic stirrer, timbangan, kertas saring, dan yang paling lucu adalah bermain dengan noda-noda di KLT. Bagi orang kimia organik, noda tunggal adalah hal yang membahagiakan. Mereaksikan bahan, menunggu-nungu tanpa tau kapan reaksi akan selesai, dengan setia mengecek setiap saat menggunakan KLT dan lampu UV. Tidak menyerah setiap noda yang muncul justru berjumlah dua, tiga, empat, bahkan mengekor. Terus berjuang hingga noda tunggal dan bersih. Di kimia organik, noda aja diperjuangin sampai tunggal, apalagi kamu, pasti akan diperjuangkan untuk menjadi satu-satunya (lhoalah, ini kenapa jadi baper haha *abaikan kalimat terakhir*). 
                Waktu semakin berlalu, dan tentu semakin cepat. Aku harus mendapatkan minimal dua hasil sintesis baru dan satu hasil sintesis pengulangan dengan penambahan analisis. Aku pikir ini akan mudah, ini akan cepat selesai. Aku melihat referensi sebelumnya, bahan tersebut telah habis beraksi paling lama 48 jam. Sehingga aku membuat jadwal penelitian dengan asumsi penelitian akan selesai selama 4 bulan, 1,5 bulan untuk sintesis, 1,5 bulan untuk analisis hasil sintesis dan 1 bulan untuk penulisan naskah beserta revisinya. Hmm…tapi ternyata di luar dugaan. Ternyata ada sintesis yang nodanya tidak juga tunggal dalam waktu seminggu bahkan dua minggu. Aku juga tidak mengantisipasi jika noda yang muncul lebih dari satu, malah ada yang empat noda dan mengekor. Adanya masalah tersebut, hanya ada dua solusinya, yaitu pemisahan dan pemurnian hasil sintesis yang tentu butuh kesabaran dan rumit, atau membuat sintesis baru dengan bahan yang berbeda dan tentu hasil akhir sintesisnya pun tidak bisa dipastikan akan tunggal (kalau ini mah mengandalkan rejeki dan amal ibadah hehe). Hasil sintesis yang memiliki noda lebih satu dikesampingkan dulu dan tentu harus disimpan dengan baik. Di samping itu, aku mencoba mensintesis lagi dengan bahan yang berbeda, dan masih belum beruntung, hasilnya memiliki lebih dari satu noda, itu artinya hasil sintesis belum murni. Sehingga dengan saran dosen pembimbing yang begitu sabar dan peduli, aku mencoba pemisahan dan pemurnian hasil sintesis, antara lain menggunakan KCV (Kromatografi Cair Vakum), rekristalisasi, dan KLTP (Kromatografi Lapis Tipis Preparatif). Dan penggunaan alat-alat tersebut didahului dengan persiapan yang sangat banyak, setelah selesaipun juga disertai langkah penyelesaian yang beragam. Dan semua hasil sintesisku ternyata nodanya tidak tunggal, sehingga perlu dilakukan pemisahan dan pemurnian (haha *ketawa miris*). Tentu bisa dibayangkan berapa banyak waktu yang dibutuhkan untuk hal itu. Dan setelah selesai itu semua, jangan dikira aku sudah bisa lega. Aku harus memikirkan analisis hasil penelitian. Analisis itu menggunakan GC-MS, LC-MS, H-NMR dan C-NMR. Aku tidak bisa mengantisipasi waktu selesainya karena analisisnya dilakukan di tempat yang berbeda, yaitu Perusahaan rokok di Tandes, Polinema, LIPI Serpong, ITB dan UNAIR. Tentu pada saat itu, waktu sangatlah berharga untuk menyelesaikan itu semua. Selain tempatnya yang cukup beragam dan jauh, pada saat itu merupakan waktu banyaknya orang yang juga menganalisis sesuatu, sehingga mau tidak mau, aku harus antri dan bersabar. Untung saja aku ditemani dengan orang-orang aneh super lucu di Lab NPCS (Anggota Lab NPCS ga boleh GR ya :p).
                Aku mengesampingkan dahulu cerita ketegangan penelitian skripsiku. Aku akan menceritakan sisi lain dari perjuangan skripsiku ini. Perjuangan yang menyenangkan. Dahulu aku pikir aku akan merasa kesepian karena sudah tidak lagi sibuk berorganisasi, tidak lagi bertemu dengan orang banyak, merasa tidak lagi bermanfaat bagi orang lain, tidak lagi senang sedih bersama teman-teman dan adik-adik di organisasi. Tetapi di Lab NPCS, aku merasa mendapat kenyamanan disini. Di Lab NPCS aku bertemu orang yang beragam, dari Sabang sampai Merauke ada disini. Mengenal orang-orang dengan bahasa, adat dan budaya yang berbeda, ternyata punya keseruan tersendiri. Indonesia memang kaya!. Mendengarkan gaya bicara dan bahasa mereka seperti mendapat hiburan alami, tanpa dibuat-buat, membuat orang yang mendengar ingin menirukannya, dan malah bikin rindu kalau diingat-ingat. Disini aku sering mendapat oleh-oleh dan jajanan dari asal mereka masing-masing, mencicipi tanpa harus mendatangi (intinya sih kenyang tanpa harus keluar uang hehe^^v *maunya gratisan aja bel bel* --‘). Nikmat yang luar biasa bukan?. Bukan hanya sekedar itu, di Lab seperti keluarga sendiri, ada bapaknya, ada ibunya, ada mbaknya, ada masnya, ada adiknya. Lengkaplah sudah :D  Meskipun sering ada kerikil kecil, tapi justru jadi bumbu, yang kadang malah kita tertawakan bersama, menjadikannya bukti bahwa rasa kekeluargaan kita jauh lebih besar dari itu semua (aih sok puitis bel –“). Lab itu sudah seperti rumah kedua buatku, dan mungkin juga untuk teman-teman lain yang sedang menyelesaikan skripsinya. Sintesis yang tak mengenal waktu mengharuskan kita untuk sering-sering bermalam di Lab. Tentu saja aku tidak pernah sendiri, aku sering ditemani oleh Ajeng, Mufli dan Gusty yang merupakan satu dosen pembimbing. Lab yang dahulu dikenal dengan suasana mistis, bersama mereka, yang ada hanyalah tawa kelucuan, atau mungkin hanya debat-debat (sok) serius yang kadang tidak tahu akhirnya seperti apa. Aku, ajeng, dan mufli selalu saya bersekutu untuk mendebat (menawur tepatnya) Gusty dan juga sedikit memberi nasehat tentang “kehidupan”nya (artikan sendiri hehe). Gusty yang sering jahil mematikan lampu ruang diskusi sudah bukan barang yang menakutkan lagi, kami sudah hafal dengan tingkahnya. Dan yang paling jahilnya lagi, dia sering kentut sembarangan ckckck parah!. Kalau bersama ajeng dan mufli, entah kenapa mereka saling bully membully, padahal mereka saling peduli dalam kenyataannya. Ya bully an itu memang hanya guyonan belaka, karena bullyan sebenarnya adalah ungkapan rasa sayang dengan cara yang berbeda *tsaah :p.

*masih kuat nglanjutin bacanya? –istirahat dulu aja gih-- *
…………………………………………………………………………………………………………………………..
*haha sebenernya sih alasan, soalnya yang ngetik udah mulai baper…eh laper…*
lanjut~~
                Kimia adalah tempat orang-orang yang benar-benar passion di dalamnya. Bagaimana tidak, penelitian (khususnya bidang kimia) memerlukan kesabaran untuk mendapatkan hasil yang benar-benar akurat. Atau bahkan tidak mendapatkan hasil sama sekali bagi yang tidak sabaran. Keuletan, kebersihan, ketelitian, ketepatan benar-benar diuji dalam penelitian. Oiya, satu lagi, restu Allah juga berlaku disini. Kadang para peneliti ini bingung, dengan resep yang sama, cara sama tapi orang yang berbeda, hasilnya pun berbeda. Bahkan kelebihan bahan 0,001 mg pun bisa berpengaruh. Sering kali teori berkata seperti ini, tetapi nyatanya prakteknya tidak seperti itu. Sebagai orang sains, tentu, semua harus ada penjelasannya, harus dicari alternatifnya. Mencari jawaban kesana kemari agar solusinya bisa terpecahkan. Beruntungnya kami memiliki dosen pembimbing yang super keren dan senior lab yang super kece. Hampir setiap saat, topic bahasan kita (satu tim anak bimbing Bapak Mardi baik S1 dan S2) adalah dosen pembimbing kita sendiri. Bukan untuk menjelekkan, tetapi sebaliknya. Kami sangat kagum dengan sosok beliau. Beliau sama sekali tidak pernah memandang kami para perempuan secara langsung. Setiap adzan berkumandang, beliau akan buru-buru untuk shalat berjamaah di masjid. Setiap bimbingan, di ruangan beliau selalu terdengar suara radio dengan channel Suara Muslim Surabaya. Beliau tidak pernah membiarkan kami mengeluarkan uang sepeserpun untuk penelitian. Beliau juga selalu punya solusi untuk setiap masalah yang kami hadapi dan selalu sabar menghadapi kami yang selalu saja apa-apa tanya (maafkan kami ya Pak). Terkadang beliau mencoba untuk melucu, meskipun tidak lucu, justru itu yang membuat kami tertawa. Bahkan kami juga hafal plat nomer mobil beliau dan letak mobil beliau pun kami tau (segininya ya kita haha). Kami, anak bimbing beliau, selalu saja sungkan dan malu ketika akan menghadap beliau karena selalu diisi keluh kesah kami, atau jika tidak, kami menghadap beliau untuk meminta bahan ini itu, alat ini itu (hehe kami tidak tau malu ya :D). Beliau juga sungguh baik karena sering pulang maghrib untuk melayani kami bimbingan (karena kesibukan beliau dan banyaknya mahasiswa yang antri untuk bimbingan dengan beliau). Juga kecerdasan beliau, sungguh sering kali membuat kami terlihat sangat bodoh (Hehe kayaknya emang gitu deh :D). Dan masih banyak lagi hal yang membuat kami kagum, kalau harus aku ceritakan disini, tentu kata-kata itu tidak akan sanggup mewakilinya (hehe sebenernya sih, bisa keriting ini tangan saking banyaknya cerita :D).
                13 Juli 2015. Tiba-tiba pesan masuk ke whatsapp grup kami “Optimis 112!”. Ternyata mufli mengirim gambar screenshoot hapenya, yaitu alarm bahwa hari ini “Kudu Udah Kelayakan”. Sedih, nyatanya kita semua masih belum ada yang kelayakan, sedangkan lebaran sudah di depan mata, begitupun jadwal yudisium yang semakin dekat. Tapi, apalah arti sedih pada waktu itu, akan buang-buang waktu jika kita terus meratapinya. Tidak ada kata lain selain, SEMANGAT! MASIH ADA WAKTU!. Itu yang selalu kami teriakkan melalui gerak cepat langkah usaha kami. Ya, bersama mereka (ajeng, mufli, gusty), kami tidak dikenalkan rasa sedih, hanya kata keluh yang kami ubah menjadi tawa yang sering tidak jelas haha. Meskipun ketika pulang ke rumah maupun kos masing-masing, mungkin airmata yang akan lebih sering menetes, panjatan doa yang lebih sering terucap, kata keluhan yang semakin dibungkam. Apalagi aku yang memang setiap hari pulang-pergi ITS-Tanggulangin semenjak bulan puasa (kontrakan sudah expired), rasa lelah sepertinya telah dibalut oleh keinginan yang sangat besar untuk segera menyelesaikan penelitian ini, segera lulus. 112!. Lelah itu pun telah terobati dengan melihat wajah kedua orangtua yang selalu perhatian dan menyuguhkan senyum yang memberiku energy penuh untuk terus berjuang, meskipun tak dapat dibohongi terlihat sekali rasa kekhawatiran itu, terlebih aku yang sering pulang malam dan jarang makan, terlihat agak kurus (hahaha, pasti banyak yang menyangkal ini :p). 
                Tentu, selalu ada hikmah dibalik ini semua. 17 Juli 2015 Hari Raya Idul Fitri. 15 Juli 2015 pk. 15.00 WIB kampus sudah harus dikosongkan. 14 Juli 2015 kami masih disibukkan di dalam mensintesis. Kami memiliki permasalahan sendiri-sendiri. Ajeng terdapat salah satu senyawanya yang masih belum juga murni, begitu juga senyawa mufli yang sedang akan dianalisis NMR, sedangkan aku malah mengulang satu sintesis dari awal lagi, dan gusty bahkan ganti topik penelitian (padahal Gusty adalah anak bimbing Pak Mardi yang paling pertama memulai penelitian, kini justru total mengganti topic peneilitian, dari awal semuanya). Di saat itulah aku diberi petunjuk untuk selalu bersyukur bagaimanapun keadaanku. Kami tak menyerah, bahkan kata itu tidak ada di kamus kami saat itu. Kami memutuskan untuk berjuang hingga titik penghabisan. Oke, kami menginap di Lab malam itu, karena hanya tinggal malam itu sebelum libur lebaran. Dan kami juga ditemani oleh Mbak Rizka yang juga anak bimbing Bapak Mardi. Sepuluh hari terakhir ramadhan..suasana yang begitu menenangkan, terlebih sudah banyak yang pulang kampung. Kami berbuka bersama, tidak lagi pergi ke bundaran ITS untuk membeli jajanan untuk berbuka karena nampaknya bundaran ITS yang biasanya diisi oleh para penjual menu berbuka puasa, sudah ditinggal untuk mempersiapkan lebaran. Untung saja manarul masih menyediakan buka gratis, kami memanfaatkan makanan gratis disana, ditambah membawa bekal air minum yang ada di laboratorium, dan tentu menjadi sempurna karena berbuka bersama-sama dengan mereka, orang yang sama-sama berjuang, karena rasanya berbuka terasa lebih nikmat, syukur lebih mudah terucap di saat seperti ini. Makanan pembuka ini sudah lebih dari cukup untuk melepas lapar dan dahaga kami seharian berpuasa sambil berjuang. Kami istirahat sejenak sambil menunggu shalat tarawih. Tetapi sayangnya, kami memilih untuk berjamaah sendiri dengan teman-teman satu lab karena shalat tarawih di Manarul Ilmi biasanya baru selesai pukul Sembilan. Semoga hal ini tidak mengurangi keberkahan dari shalat tarawih dan tidak mengurangi pahala di bulan ramadhan pada saat itu. Setelah shalat tarawih, kami melanjutkan penelitian kami masing-masing, tentu tidak lepas dengan canda tawa agar perjalanan perjuangan ini tidak terasa berat, justru akan dirindukan. Jam telah menunjukkan pukul 02.00 WIB, energy sudah berada di titik akhir, sepertinya memang harus istirahat, tetapi istirahat tidak selalu harus tidur kan?. Kami memutuskan untuk I’tikaf dan shalat tahajjud di Manarul, meskipun tempatnya tidak memungkinkan seseorang dapat berkonsentrasi penuh, tempatnya ramai dan sangat terang. Sangat berbeda jika dibandingkan I’tikaf di masjid dekat rumah, yang hanya diisi segelintir orang, tempatnya sunyi dan gelap. Tapi tak apa, semoga Allah tetap mencatat niat kami yang selalu disertai doa tak berbatas. Dan tidak lama setelah itu, makanan sahur gratis sudah mulai diedarkan, karena jumlah orang yang lebih banyak dibanding makanan yang disediakan, jadi kami harus berbagi satu sama lain. Empat kotak nasi dimakan lima orang, masyaAllah, rasanya sungguh nikmat makan bersama-sama, di alas yang sama, dan memang letak barokahnya ada disini. Mungkin tak membuat kita sekeyang ketika sahur berada di rumah, tapi ini sudah sangat cukup untuk bekal puasa seharian. Kami menunggu shalat shubuh sekalian, dan setelah shalat shubuh usai, kami kembali ke lab untuk mengecek hasil sintesis. Kami yang perempuan (Aku, Ajeng, Mufli, Mbak Rizka) menuruni tangga dan melihat Gusty seperti sedang menunggu kami untuk kembali bersama-sama ke Lab, dan sesampainya di posisi Gusty, kami melihat dia telah beranjak duluan ke Lab. Kondisi pagi itu yang sangat segar membuat kami bercakap-cakap sepanjang perjalanan ke Lab. Namun, ketika tiba di depan Bank Mandiri, tiba-tiba ada yang muncul dengan nada mengagetkan “Lha!!!”, bayangkan saja, kondisi yang masih gelap itu membuat kami sangat terkejut dan berteriak. Sedangkan tersangkanya, siapa lagi kalau bukan Gusty, tertawa senang karena telah mengerjai kami, seperti anak kecil yang menemukan mainan baru…ckckkc. Gusty berjalan cepat meninggalkan kami ke Lab, dan kami tertinggal di belakangnya. Sesampai di Lab, lab sangat sepi, dan tiba-tiba lampu pintu keluar lab sudah mati, kami dengan santai memasuki lab, dan lagi, anak kecil sebut saja Gusty, kembali mengagetkan kami dengan keluar dari persembunyiannya di bawah kolong meja. (kok bisa segitunya sampe sembunyi di meja,ckckck gusty…gusty….kalo diinget-inget bikin ngakak bareng ajeng, mufli dan mbak rizka hahaha).

*istirahat lagi ya..biar matanya ndak sakit*
…………………………………………………………………………………………………………………………
*lanjuut~~
                Libur lebaran memang benar-benar merefresh pikiran dan memulihkan tenaga. Tepat seminggu kami terpaksa libur bermain-main dengan senyawa kimia. Dengan sedikit paksaan pula kami meminta Bapak Kajur untuk memperbolehkan kami membuka lab empat hari lebih cepat dari jadwal seharusnya. Memasuki kampus, sungguh terlihat sangat berdebu, bahkan di lantai 2, debunya makin tebal. Nampaknya, gunung raung yang saat itu meletus menghempaskan abu yang mampir di kampusku tercinta. Agar suasana nyaman, lab harus dibersihkan terlebih dahulu. Saat bekerja dengan bahan kimia memang harus benar-benar bersih dan steril agar bahan kimia tidak terkontaminasi yang menyebabkan sintesis gagal. Setelah bersih-bersih, nampaknya mood untuk bersentuhan dengan bahan-bahan kimia itu masih belum kembali sempurna. Harus dilawan, mood nggak mood harus mulai.
                Kerja sersan, serius tapi santai, karena kimia bukan ilmu yang bisa diburu-buru. Satu per satu diselesaikan, akhirnya, sintesis selesai. Analisis dimulai, welcome malang. PP Sidoarjo-Malang juga sudah biasa bagiku. Analisis di Polinema selesai, lanjut analisis ke UNAIR dan ITB. Entah kenapa, rasanya semua dipermudah, dipercepat tidak seperti sebelumnya. Allah memang tidak pernah tidur J. Hal itu menjadi penyemangat buat kami untuk menyelesaikan penelitian ini. Dengan motto “the power of kepepet”, kami menyelesaikan naskah hanya dalam hitungan beberapa hari saja. Selesai bukan berarti berakhir, selamat datang untuk REVISI. Kami warga Negara Indonesia asli, nampaknya tidak membuat kita jago dalam menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Masih banyak kalimat yang mbulet bahkan ambigu. Tak apa, namanya juga belajar (alesan wkwk :p).
                7 Agustus 2015, deadline pengumpulan naskah skripsi untuk kelayakan periode 2. Mau tidak mau, harus terkumpul. Begadang sudah menjadi kebiasaan sehari-hari. Tidur 2-3 jam dalam sehari juga sudah biasa. Aku yang pada waktu sudah tidak lagi kos, dengan berat hati harus merepotkan Ajeng dan Mufli untuk menampungku di kos atau di rumahnya agar bisa nyaman beristirahat dan bersih-bersih diri. Tak ada waktu untuk kembali ke rumah, saat itu 2-3 jam sangat berarti untukku. Semakin lama, mereka anggota Lab NPCS semakin tau bagaimana sifat asliku. Siapa bilang Bella pendiem? (emang pendiem kok, bisa disawat sandal ini bagi yang nggak terima :p). Maafkan aku yang seringkali “mbecandain” kalian ya, terimakasih sudah ketawa di setiap guyonanku yang garing plus ga jelas, tapi jangan diinget-inget ya, nanti kalian kangen aku. (wkwkwk cek pedenyaaa bell –“). Hmm mungkin ini adalah imbas aku memakai sabun yang sama dengan Ajeng, atau odol yang sama dengan Mufli, jadinya aku terkontaminasi (hanya anak bimbing Pak Mardi yang paham akan guyonan ini hahaha). Kami semakin dekat, tau kebiasaan masing-masing, juga kejelekan masing-masing. Saling bantu membantu, tak akan kami biarkan salah satu dari kami yang tertinggal. Pokoknya harus bareng-bareng 112.
7 Agustus 2015, sore hari, dengan naskah seadanya, kami berempat diwajibkan oleh dosen pembimbing kami untuk mengumpulkannya jika ingin 112. Alhamdulillaaah, akhirnya terkumpul (sedikit lega, benar, hanya sedikit). Sabtu-Minggu esoknya, kami harus lembur revisi bersama beliau, dari pagi hingga petang. Beliau satu per satu membaca kata tiap kata yang ada di naskah kami, tidak dibiarkan ada kesalahan. Sungguh, hal tersebut membuat kami semakin kagum dengan beliau. Dua hari berlalu, hari Senin telah datang, pagi yang cerah, nampaknya kami belum mengistirahatkan mata kami, tetapi tetap harus kembali diprint sebanyak tiga kali untuk diserahkan kepada penguji kelayakan untuk mengganti naskah sebelumnya, karena hari Rabu merupakan jadwalku ujian kelayakan. Tetapi ternyata, mencari dua dosen penguji (Bu Yulfi dan Pak Fredy) tidak semudah itu, akhirnya hari Selasa barulah naskah itu sampai kepada penguji. 12 Agustus 2015, pukul 12.00WIB, ujian kelayakanku sudah selesai, aku baru bisa menemui beliau setelah istirahat siang. Jam 1 siang, aku sudah tidak sabar melihat hasilnya, aku buru-buru menemui beliau, dan Alhamdulillah, hanya sedikit revisinya, namun cukup membuatku untuk mencetak ulang naskahku.
Hari Jum’at, 14 Agustus 2015 aku mengumpulkan naskah skripsi yang benar-benar fix ke TU Kimia. Aku mendapat jadwal Sidang Akhir pada hari Jum’at, 21 Agustus 2016, dan kebetulan juga pada hari itu merupakan hari terakhir yudisium jurusan periode 2. Dalam hati berdoa semoga bisa dikejar. Aku juga sudah pasrah, dan berusaha tak membiarkan orang tua untuk berharap anaknya bisa lulus tepat 4 tahun, tetapi bukan berarti menyerah, setidaknya orangtuaku bisa mempersiapkan diri atas semua resikonya nanti.
Jum’at, 21 Agustus 2015. Pukul 06.00WIB aku sudah bersiap untuk berangkat ke kampus dari rumah. Pukul 07.15WIB aku sampai di jurusan kimia. Untuk menenangkan hati, aku langsung menuju MusKim (Mushola Kimia). Disana aku bertemu dengan seniorku, mahasiswa S2, mbak itu bertanya, “Maba ya dek?”. Kaget. Dalam hati bertanya, apa wajahku semuda itu ya sampai dikira maba?. Hahaha, angan itu pergi sejak aku melihat baju (dresscode sidang)ku berwarna putih hitam berkerudung putih, sama dengan dresscode kebanggaan maba. Selain itu mengingat hari itu para maba juga sedang ada kegiatan dengan menggunakan dresscode kebanggaannya. Sempurna sudah, alasan yang sangat kuat jika mbak itu menganggap aku maba hehe. Dengan polos aku menjawab, “bukan mbak, ini saya mau sidang akhir mbak.”. Mbak itu bertanya lagi, “kok baru sidang?”. Pertanyaan yang cukup jleb bagiku, dengan ketawa miris aku berkata, “iya mbak, ini baru selesai skripsinya.” Aku yang buru-buru pamitan pergi, dijawab mbak itu dengan doa kelancaran sidang. Aamiin. Bergegas aku menuju ruang diskusi laboratorium untuk membaca, mengulang, berbicara sendiri untuk latihan presentasi. Rasanya tidak ada kata siap untuk sidang hari itu, masih banyak pertanyaan yang belum bisa aku jawab. Mencari jawaban membuatku semakin gugup. Lebih baik berhenti saja, sekarang waktunya menguatkan doa, dan memasrahkan segalanya pada Allah.
Pukul 08.30WIB aku memasuki ruang sidang untuk mempersiapkan segala hal di dalam ruangan. Pagi yang sejuk itu terasa panas, keringat dingin sepertinya sedang ingin menemaniku. Degup jantung terasa begitu dekat dengan telinga, keras, begitu cepat. Napas panjang juga tidak mau kalah memainkan peran, berusaha menghilangkan gugup yang semakin menjadi. Senyum yang terus tersungging sepertinya untuk menghibur diri sendiri, berusaha mengatakan bahwa semua akan baik-baik saja. Mulut terus komat-kamit, berusaha meminta Allah untuk melancarkan segalanya. Beruntung ada teman-teman yang menenangkanku. Pukul 09.00WIB aku memasuki ruangan sidang. Aku diuji oleh 3 Professor, dan 2 Doktor, yaitu Prof. Mardi (selaku dosen pembimbing), Prof. Taslim (ketua penguji, sekaligus dosen penguji perwakilan dari lab NPCS, dan kebetulan beliau juga sebagai kepala Lab NPCS), Prof. Irmina (dosen penguji perwakilan dari Lab KME sekaligus dosen waliku), Dr.rer.nat Fredy (dosen penguji perwakilan dari Lab ISA) dan Dr. Eko Santoso (dosen penguji yang juga dari Lab KME).
Sidang dibuka oleh Prof. Taslim. Aku memulainya dengan gugup, tetapi lama kelamaan aku mulai rileks saat presentasi. Kemudian kembali gugup ketika ditanyai oleh penguji. Dan sepertinya aku juga sedikit dikerjai di dalam sidang tersebut, dengan ditanyai sesuatu hal yang aku bingung harus bagaimana, lucu sih, tapi gak bisa ketawa. Beliau menanyakan “kamu pakai kamera apa itu fotonya?”, “Itu pake diedit-edit ya, kayak anak jaman sekarang kan begitu”. Dan aku tetap kekeh menjawab bahwa itu tidak diedit, dan berakhir dengan pernyataan yang mengambang. Aku jadi drop karena bagian itu, merasa gagal menjawab pertanyaan, berefek ke pertanyaan selanjutnya, dan semakin bingung karena pertanyaannya diputar-putar. Atau aku yang sudah tidak konsen sehingga tidak bisa menjawab dengan baik, entahlah –“. Tidak terasa, 1,5 jam sudah aku di dalam ruangan itu, berperang dengan otak untuk mengeluarkan ilmu yang telah dipelajari. Akhirnyaaa…keluar sudah, hanya beberapa menit aku di luar, aku kembali disuruh masuk ke dalam. Disana aku disuruh memilih antara dosen pembimbing, kalab, atau dosen wali untuk memilih menentukan nasibku, lulus atau tidak. Karena yang mengerti kapasitasku adalah dosen pembimbing, maka aku memilih beliau. Penutupan sidang itu berakhir dengan hasil mengambang, aku lulus atau tidak?? Aku harus menemui dosen pembimbingku setelah ini.
Setelah semua dosen penguji pergi meninggalkan ruangan, tiba-tiba aku dikejutkan oleh sahabat-sahabatku yang masuk ke dalam ruangan. Antara lega setelah sidang, takut dengan hasilnya, dan terharu karena ternyata banyak yang peduli kepadaku, aku hanya bisa menangis, entah kenapa. Ketika teman-teman bertanya, aku hanya bisa menjawabnya dengan tangisan diselingi tawa yang ga jelas (maafkan aku yg agak gak jelas suka banget ketawa –“). Aku bersyukur kepada Allah dan mungkin ada kata yang melebihi kata “terimakasih”, aku ingin mengatakan itu kepada mereka semua karena sudah mendukungku sejauh ini, sedalam ini, terimakasih banyaaaaaaak, aku sayang kalian semua :*. Tim Pak Mardi (Ajeng, Gusty, Mufli), Anggota Lab NPCS (khususnya Mbak Rizka, Mbak Lian dan Faisol). Sahabatku Dipta dan Mery yang masih nyempetin dateng, padahal udah lulus dan udah sibuk sendiri-sendiri, rela buatin selempangan, topi dan kue juga, terimakasih sayang-sayangku :*. Hmmm dan keluargaku Klub Keilmiahan ITS plus Mbak Amal yang udah mengintai seminggu terakhir dengan alasan Cuma pengen tau kapan sidangku, sedangkan aku merahasiakannya, makasi yaaa….makasi balon-balon lucu, bunga, dan perhatian kalian ke aku. Terimakasih ya Allah telah mengirimkan malaikat-malaikat tak bersayap seperti mereka. Kalian terbaik lah pokoknya, aku kehabisan kata menggambarkan kalian yang begitu baik ke aku :’).
Setelah shalat Jum’at, aku bermaksud menemui beliau, tetapi aku urungkan karena beliau harus bersiap-siap untuk menguji Gusty, teman satu timku juga. Setelah itu, aku menemui beliau, dan beliau mengatakan bahwa aku masih belum maksimal (aku rasa juga begitu Pak :’( ). Aku yang merasa suaraku sudah sangat keras di ruangan tadi, sepertinya terbantah oleh kata-kata beliau yang mengatakan bahwa suaraku sangat pelan dan bergetar, terlihat sekali gugupnya (kata Ajeng memang suaraku pelan dan sedikit bergetar biasanya). Tapi entahlah, aku lebih menunggu perkataan beliau mengenai hasil sidangku, lulus atau tidak, beliau hanya mengatakan bahwa aku harus segera mengurus naskah-naskahku. Teman-teman dan mbak-mbak bilang itu tandanya sudah lulus, tidak mungkin tidak lulus tapi sudah disuruh ngurus naskah dan menjilidnya. Aku sedikit lega karena kertas untuk publikasi naskah juga sudah ditandatangani. Alhamdulillah, meskipun dapat nilai AB, tetapi legaaa,…akhirnyaaaaaa :’). Malam itu juga kami (tim Pak Mardi) menginap lagi di Lab untuk mengurus naskah. Ajeng yang sudah mendahului sidang akhirnya dengan hasil memuaskan, telah menyelesaikan semua persyaratan yudisium. Ajeng dipastikan wisuda 112. Sedangkan aku dan Gusty mengurus penjilidan naskah, berharap hari Senin masih ada waktu untuk melengkapi persyaratan yudisium Institut, dan Mufly bersiap-siap untuk sidang pada hari Selasa minggu depan.
Hari Senin, Alhamdulillah lagi, ternyata masih boleh mengumpulkan persyaratan yudisium. Sedangkan Gusty masih terganjal TOEFL. Begitu Mufly yang dipilih oleh Allah untuk terus berjuang. Sedih, dahulu kami bersama-sama bahu menbahu agar kami semua lulus 112. Namun takdir berkata lain, Gusty dan Mufly menyusul wisuda 113 karena kurang sedikit saja. Aku dan Ajeng memutuskan untuk tidak membahas apapun yang berurusan dengan wisuda dihadapan mereka karena ingin menjaga hati mereka. Tak ingin mereka sedih dan kecewa. Begitu juga ketika wisuda, kami tak bisa menikmatinya, malah ingin menangis karena mengingat Mufly dan Gusty. Apalagi aku dan Ajeng sama-sama melankolis, cepat sekali kalau dipancing sisi sendunya. Tapi aku sadar, semua pasti ada hikmahnya, aku percaya Mufly dan Gusty adalah orang-orang yang kuat yang dipilih Allah untuk melewati ini semua. Semangaaaaaat Mufly dan Gusty, apapun, siapapun, gimanapun, tidak akan ada yang merusak persepsiku tentang kalian, kalian kereeeeeen!!!. Kalian pasti bisaaaa!!.
13 September 2015, dengan persiapan yang sangat mepet, kebaya wisuda aja baru H-1 wisuda, make up dan jilbab biasa-biasa aja, akhirnyaa..alhamdulillah aku wisuda. Meskipun dengan perasaan hati yang seperti lagunya Padi, "bahagiaku tak sempurna bila itu tanpamu" (ea). Sedih wisuda tanpa Mufly dan Gusty. Hymne ITS dulu yang biasa-biasa ketika dinyanyikan, pada saat itu menjadi sebuah lagu pelepasan, lagu motivasi, juga lagu pengingat akan amanah, beban dan tanggungjawab yang akan dipikul ketika menyandang gelar sarjana. Lirik yang paling mengena..
"Jadi pejuang yang tak kan kenal letih..membangun negeri....."
Aku menyadari kelulusan ini bukan dari kerja kerasku saja, banyak tangan-tangan lain yang membantu, orangtua, keluarga, sahabat-sahabat, mbak-mbak dan adik-adikku, dan tentu pertolongan Allah yang luarbiasa. Alhamdulillahirabbilalamiin… J

"Jangan ragu akan mukjizat-Nya, selalu ada keajaiban-keajaiban bagi orang yang mau berusaha dan terus berdo'a, percaya!"

Ini foto-foto kenangan perjuangan itu.. :)
Check this out :)

Ini Anggota Lab NPCS periode saat itu..meskipun belum lengkap :(