Minggu, 30 November 2014

Yes, they are..


Taukah seberapa besar cintaku kepada orangtuaku? 
Aku sangat sangat mencintai mereka. Sangat.
Tapi cintaku ke mereka tidak ada apa-apanya dibanding cinta mereka kepadaku.
"Allah, saat ini keinginanku hanyalah ingin membuat mereka tersenyum dan bermanfaat bagi lingkungan sekitar, itu saja. Aku tak punya apa-apa untuk dipamerkan, aku juga tak punya kelebihan yang bisa dibanggakan. Tapi bantu aku menjaga mereka dengan keterbatasanku, membuat mereka bahagia dengan segala kelemahanku."


Maybe we will grow up, but our parents will grow old.
Birrul walidayn

Senin, 03 November 2014

Mas A

              Hidup ini sangatlah indah, semua berkat DIA Yang Maha Segalanya.

Bersyukur memiliki keluarga sederhana namun tak pernah merasa kekurangan. Begitu juga aku sangat bahagia memiliki saudara kandung yang begitu membanggakan, mas Azhar Aulia Saputra :’) Dari dulu, masku ini punya banyak cerita yang sering kali bila diingat selalu bisa membuat orang lain tertawa, selalu bisa membuat orang lain rindu, begitu juga denganku, yang kini ku rasakan, rindu.


Mas waktu kecil



            Mas dulu suka sekali makan es krim tiap sore sambil melihat sapi-sapi yang sedang lewat di depan rumah kontrakan terdahulu, atau jika tidak ada sapi, melihat “lori” (kereta tebu) sudah seperti kewajiban bersama bapakku.
            Mas dulu suka sekali menghilang, travelling mengikuti drumband hingga sampai ujung pasar yang jaraknya cukup jauh dari rumah bagi anak sekecil dia, dan akhirnya tak tau arah jalan pulang (eaa kayak butiran debu aja :p ). Anehnya masku ini bisa balik ke rumah dengan keadaan sehat wal’afiat. Tidak kaget kalau sekarang suka jalan-jalan dan mendaki gunung.
            Mas dulu waktu TK benar-benar polos, jujur sekali. Mas pernah bilang ke gurunya kalau gurunya itu jelek dan begitupun tulisannya. Tidak heran hingga saat ini, guru itu masih ingat dengan mas, begitu juga kata-katanya. Hahaha.
            Mas dulu juga ketika sekolah TK juga tidak pernah mau diantar oleh ibu ataupun bapakku, mas selalu berangkat pagi-pagi, tapi entah kenapa ibu sering mendapat laporan kalau mas sering terlambat masuk sekolah. Setelah ditelusuri ternyata mas ketika berangkat sekolah suka sekali mampir di kolam ikan di jalan menuju sekolahnya. Dengan posisi jongkok, mas sekedar melihat-lihat dan mengamati ikan. Entah apa yang ada dipikirannya. Ckckck
            Mas dulu waktu kecil suka sekali menyanyi lagu yang aku tidak tau judulnya, kurang lebih liriknya seperti ini “aduh buyung, mengapa lupa padaku, selama engkau dirantau, ku tunggu-tunggu dirimu……………..” (dengan nada yang sedikit fals kata ibu). Hahaha anak sekecil itu bisa menyanyi seperti itu.
            Mas dulu waktu kecil cepat sekali sok akrab dengan orang lain, terutama orang tua. Semua laki-laki yang terlihat tua dipanggil pakde. Teringat waktu mas ilang dan tak tau arah jalan pulang (lagi), mas meminta bantuan orang untuk mengantarkannya pulang padahal mas tidak kenal sama sekali dengan orang itu. Ndak ada takut-takutnya emang masku ini. Ckckck.
            Mas dulu pernah dibelikan sepeda roda tiga. Sepeda yang seharusnya digunakan untuk bersepeda malah digunakan tidak sebagaimana semestinya. Sepedanya diseret lalu dinaikkan ke tempat tinggi, lalu dilepaskan hingga sepeda meluncur ke tempat yang rendah (pahamlah ya maksudku, silahkan dibayangkan :D ). Tidak salah kalau sepedanya cepat sekali rusak.
            Mas dulu waktu kecil seringkali membuang-buang mainannya ke dalam sumur, sehingga masku sering kali ditemukan di pinggir sumur. Tukang bakso yang lewat di depan rumah sering memergoki mas “anguk-anguk” sumur, dan karena tukang baksonya baik, mas dipindahkan dari pinggir sumur agar tidak masuk ke sumur itu. Ya ya ya, mungkin di sumur itu suatu saat nanti akan ditemukan fosil mainan anak-anak. Hahaha
            Mas dulu waktu kecil, tali pusarnya lamaaaa banget lepasnya, satu bulan lebih baru lepas, itu pun karena tidak sengaja dipaksa lepas. Orang-orang dulu berkata, kalau tali pusar lama lepasnya, maka dia akan menjadi seseorang yang “awetan”. Dan, see??? Ternyata itu hanyalah sebuah mitos. Dari cerita-ceritaku sebelum ini pastilah paham kenapa aku sebut mitos. Hehehe
            Mas dulu waktu SD, percaya nggak kalau pindah sekolah cuma gara-gara pengen bareng sama aku? haha (pedenya :p ). Mas dulu sekolah SD di SDN Kalitengah III, namun karena aku sekolah di SDN Kalitengah II, mas ikut-ikutan sekolah disana. Entah kenapa. -_-


Mas yang sayang adiknya (bukan begitu mas? :p )




            Aku dan masku begitu dekat mungkin karena orangtuaku selalu berkata, “Kalian hanya dua bersaudara, harus bisa saling menjaga, kalau bapak ibu sudah tidak ada, yang kalian punya ya hanya satu sama lain.” (selalu bikin netes airmata kalo inget kata-kata ini, selalu berhasil meyakinkan betapa berharganya sebuah persaudaraan antara kakak dan adik). Aku dan mas dari dulu 1 TK, 1 SD, 1 SMP, 1 SMA dan bahkan 1 Institusi.
            Mas dulu sering sekali mengajakku hujan-hujan, cari ikan di got waktu banjir, main lumpur di deket sungai, main kelereng, main petak umpet di rumah kosong yang gedhe banget. Dan yang paling aku inget yaitu main petak umpet, karena waktu itu, aku baru saja dibelikan sepatu kaca yang mirip kayak sepatu kacanya Cinderella. Dan aku pakai bermain petak umpet. Ah sialnya, sepatu kacanya raib, salah satunya masuk ke dalam lubang calon lubang WC. Dan alhasil sepatunya tidak sepasang lagi. Benar-benar mirip cerita Cinderella, bedanya, ga mungkin ada Pangeran baik hati yang menemukan sepatuku. Hiks. -_-
            Mas dulu waktu SD, ketika berangkat ke sekolah selalu bersama-sama. Bapak sengaja membelikan sepeda yang bisa dibuat boncengan. Mas selalu membonceng aku. Ya ndak enaknya menjadi yang dibonceng adalah selalu menggantungkan kepada yang membonceng. Masku orangnya cuek dan seloooow banget. Jadinya kalo terlambat ya udah jadi hal yang biasa, aku menggupuhi pun sudah tidak mempan -_-
            Mas dulu waktu aku diopname senang sekali menjengukku, dan selalu saja tidak mau pulang. Dan baru pulang ketika semua orang yang menjenguk pulang dan jam jenguk telah usai. Dan ketika masku aku pulang selalu berkata kepadaku, “Dek, nanti uang yang dikasih orang-orang dibagi dua sama aku ya.” Cegek kan? Sama, aku juga -_-
            Di rumahku ada kolam ikan yang cukup dalam, aku sering bermain-main di dekat kolam itu bersama mas dan teman-teman masku. Ingat sekali waktu itu, ketika aku bermain boneka, dan bonekanya jatuh ke dalam kolam, aku meminta mas mengambilkan bonekaku, tangan masku yang waktu itu masih pendek, tidak bisa menggapai bonekaku itu, dan akhirnya mas terjebur ke dalam kolam yang dalam. Aku menangis dan panik waktu itu melihat masku tercebur. Alhamdulillah nya waktu itu ada teman masku yang bisa menolong masku. Begitulah salah satu pengorbanan masku waktu aku kecil. So sweet ya? :p
            Beranjak dewasa, sampailah di masa SMA. Mas yang lumayan terkenal di sekolah dengan gayanya yang aneh, sering dipanggil “wawong”. Aku yang waktu itu masih sisba (siswa baru) dan mas sudah kelas 3 SMA, jadi bulan-bulanan teman-temannya masku. Ketika aku lewat kelas masku selalu dipanggil-panggil “wawing” (-_-). Untungnya hal tersebut hanya berlangsung tidak sampai satu tahun. Hal tersebut berakhir dengan bersalaman (mirip minal aidzinan waktu Lebaran) karena tradisi SMA ku yang sebelum UNAS harus berkeliling ke kelas-kelas untuk mohon doa restu dan meminta maaf.
            Semakin dewasa, aku sepertinya semakin dijaga oleh mas. Mas sering bilang, lebih tepatnya memarahi, “wis, ga usah dandan ayu-ayu, klambine ojok ketat-ketat, ojok mulih bengi-bengi” dan masih banyak lagi. Selain itu, mas sering sekali kepo hapeku, baca-baca rahasiaku, dan sering sekali memaksaku cerita tentang kehidupanku. Tapiiiii, giliran aku kepo masku, mas bilang, “arek sek cilik ga oleh kepo orang yang lebih tua.” Aku dengan spontan bertanya, “ lha mas kok boleh kepo?”. Mas menjawab, “kalo orang lebih tua kepo yang lebih muda gapapa.” Hmmm…..mas nakalaaaaan!!! :@
Mas juga memang lelaki sejati, kalau aku di Surabaya lagi sedih, mas selalu datang. Mas juga sering membelikan aku makan ketika aku malas keluar kos, selalu membelikan obat ketika aku sakit, selalu mau jemput ketika aku minta jemput. Teringat ketika naik gunung Kelud, ketika melewati terowongan, mas memilih di belakang sambil memegangiku, karena katanya “Aku iso ndelok opo sing onok ndek ngarepmu, tapi aku gak iso ndelok opo sing ndek mburimu, aku ndek mburi ae.” Hmmmmm J. Begitupun juga ketika naik gunung Bromo, aku dilewatkan jalan yang tidak biasanya, mbrasak-mbrasak dan juga tidak lewat tangga untuk mencapai puncak. (Bisa bayangin naik gunung bagi pemula sepertiku dengan kemiringan yang terjal, berpasir dan berbatu pula?). Aku yang jarang olahraga melakukan seperti itu tentu saja merasa kesulitan, kesulitan berjalan dan kesulitan bernapas tentunya. Aku sedikit-sedikit minta istirahat. Mas yang aku pegangi daritadi seraya menarikmu menuju atas seperti tidak merasakan kelelahan sama sekali. Melihat aku yang kesusahan bernapas, mas meminta barang-barangku untuk dibawanya, dan melepas jaket agar lebih leluasa bernapas. Tetapi tetap saja sulit. Aku tetap sering minta istirahat. Mas menyuruhku meminum teh yang aku bawa untuk menambah tenaga, masku juga terus memotivasi “ayo dek, kurang sedikit, itu lho puncak e, itu liaten ta anak kecil aja kuat, masa kamu ga kuat?” kata-kata itu seperti lecutan untuk segera memulai perjalanan. Dan akhirnyaaaaa…sampai di puncak, legaaa…hilang semua kelelahan. Begitupun ketika turun dari gunung, medannya juga terjal. Mas memintaku untuk terus memegangi kedua bahunya, dan mengikuti langkah gerak kakinya. Pasir-pasir yang jarang dilewati orang itu kini tersisa bekas jejak-jejak langkah kita. Dan sesampainya di tempat parkir Hartop, aku baru sadar, kerudung tebalku yang aku jadikan syal hilang, jatuh entah dimana. Padahal kerudung itu aku suka banget dan hadiah dari bapak :’(. Tidak hanya itu, pernah merasakan menaiki Hartop? Sensasinya seperti naik wahana bukan? Aku waktu itu duduk di depan bersama mas. Karena Hartopnya goyang-goyang dan nggak bisa selow, aku hampir saja “ketatap” sana sini. Oleh karena itu, masku dengan sigap memegangi tangan dan badanku. Terasa dilindungi (banget).

                Hmm apalagi ya? Mas juga laki-laki yang nggak pelit. Dari uang beasiswanya, aku pernah dibelikan jaket, jam tangan, softlens, dan sepatu. Teringat dulu waktu mas membelikan jam tangan, manis banget cara ngasihnya. Ketika aku bangun, tiba-tiba sudah ada jam tangan yang melingkar di tangan kiriku. Yaa…ternyata pelakunya adalah mas yang memasangkannya ketika aku tidur. Mas juga sering membelikanku kebab, es krim, coklat, pizza dan masih banyak lagi, meskipun itu adalah bentuk sogokan biar aku mau memijat masku. -_-


Bakat mas memang sudah terlihat sejak kecil.

            Mas sering sekali dibelikan mainan contohnya Tamiya, mas selalu membongkar pasang tamiyanya hingga bentuknya lain daripada yang lain, dan kecepatannya pun tidak kalah dengan yang lain. Dan alhasil, bisa jadi Tamiya yang seperti itu. Heran, anak SD sudah bisa modif -_-.
Selain itu juga, mas juga pernah dibelikan kapal-kapalan yang bisa berjalan di atas air menggunakan motor. Setelah beberapa lama, akhirnya kapal itu rusak. Mas membiarkan kapal itu berada di atas kolam ikan di rumah. Namun, setelah beberapa waktu kemudian, entah bagaimana kapal itu terlihat bisa berjalan lagi. Seiring dengan pertanyaan itu, ibu pun kebingungan mencari tutup toples yang hilang. Dan ternyata mas mengaku, tutup toplesnya sudah diiris-iris menggunakan pisau untuk dijadikan propeller. Ini masih SD padahal. Ckck
            Mas juga waktu SMA juga memodif motornya menjadi makin aneh, entah ini baik atau buruk. Hal inilah yang menjadikan mas terlihat sangat korak. Teman-teman SMA nya pernah underestimate ke mas, orang seperti ini bisa masuk kelas unggulan. Tetapi ke-underestimate-an itu semuanya hilang ketika mas mengerjakan soal fisika yang semua teman-temannya tidak bisa. Hmm keren kan? :p. Memang sejak dulu mas sudah cerdas sih. Waktu SD pernah masuk 15 besar olimpiade matematika nasional. SMP pun masuk 15 besar Olimpiade Fisika Tingkat Jawa-Bali. Selain itu, mas ketika SMA mendapatkan juara 1 Olimpiade Fisika Tingkat Kabupaten Sidoarjo. Hmmm ya itulah sebabnya mas masuk di PENS dengan jalur prestasi. Namun, sebelum nya pun mas juga masuk di ITT Bandung dengan beasiswa + laptop gratis. Hingga akhirnya memilih di PENS karena orangtua berat melepas mas jauh. Begitu juga denganku. Hiks.
            Bukan hanya itu, mas juga bisa membuat miniature rumah-rumahan bertingkat dari kayu, yang benar-benar mirip aslinya. Selain itu juga pernah membuat stadion yang benar-benar mirip aslinya bersama detail-detail rumputnya. Oleh karena itu, mas dahulu sempat bingung karena ingin masuk ke jurusan Teknik Sipil atau Arsitektur atau Teknik Elektro. Dan akhirnya mas sudah di Jepang.


Snapshot bersama mas


Ketawa lepas melihat hp hampir jatuh gara-gara buat foto :D



Foto lebaraaaaaan :D



Wisuda mas, jadi Pewee :p



best family :*




Padang savana, Bromo :)



Bromoo :D


menunggu turunnya kabut, Bromo :D




Pasir berbisik, Bromo


Puncak Bromo ;)


Mengantar mas berangkat ;(



foto-foto sebelum mas berangkat ;'(



            Aku sering bertanya, kenapa mas bisa seperti itu, mas menjawab, 
“Cari passionmu apa, Tekuni!”. 
Yaaa…semoga aku bisa paling nggak hampir sama kayak mas. meskipun aku tau itu akan sulit. Tidak ada salahnya kan untuk bermimpi? :) 
“Menjadi adikmu adalah beban moral bagiku, tetapi menjadi sepertimu adalah semangat terbesarku”
Doa, peluk, cium jauh dari aku, bapak dan ibu untuk mas yang jauh disana. Disni semuanya kangen, pean juga kan? Tetaplah jadi mas yang selalu aku banggakan. We love you :*