Mengenang PIMNAS 25 Part 2 :)
PIMNAS merupakan Pekan
Ilmiah Mahasiswa Nasional yang merupakan puncak acara dari pelaksanaan Program
Kreativitas Mahasiswa (PKM). PKM tersebut dibagi menjadi PKM M, PKM P, PKM T,
PKM K, PKMKC dan PKM GT. Dan pada kesempatan itu, aku dan Jona diamanahi untuk
mengkoordinir peserta PKM KC dengan jumlah 16 tim, sehingga masing-masing
mendapatkan 8 tim untuk dikoordinir. Tugasku adalah men-jarkom segala info
mengenai PIMNAS dan mengondisikan peserta saat di tempat PIMNAS yaitu Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
Tanggal 6 Juli 2012,
merupakan tanggal keberangkatan kami. Pukul 16.00 WIB, panitia harus sudah
berada di BAAK untuk persiapan keberangkatan, sedangkan peserta diharuskan
datang pukul 19.00 WIB. Peserta yang belum datang setelah pukul 19.00 WIB,
panitia wajib menelponnya untuk menanyakan kabar dan menyuruhnya untuk segera
datang. Masih teringat kala itu, ketika menelpon salah satu peserta PIMNAS yang
belum datang, dengan nadaku yang sedikit ‘menggupuhi’, mereka menjawab dengan
sangat tergesa-gesa, ‘iya mbak, ini sudah naik becak bertiga menuju ke BAAK,
tunggu ya, ini bawa prototype juga jadi susah”. Betapa merasa bersalahnya aku
karena mendengar mereka menderita (hehe
sebenernya lucu juga sih ^^v). Persiapan
keberangkatan yang dilakukan diantaranya yaitu fiksasi poster PIMNAS, alat dan prototype dari tim yang membawanya dan
barang-barang yang akan dipamerkan saat GKM di UMY. Masih teringat sekali, aku
dan Jona mengurusi poster yang bingung harus ditata dan dibawa dengan bentuk
bagaimana agar poster itu tidak rusak. Di jadwal yang telah direncanakan,
keberangkatan dilakukan pukul 21.00 WIB, tetapi karena bis terlambat sehingga
kami baru berangkat pukul 00.00 WIB. Namun hal tersebut tidak mengurangi
semangat panitia dan peserta untuk berangkat ke Jogja. Saat itu, aku naik di
bis 5 bersama Mas Wegan. Saat di bis pekerjaan ku hanyalah membagi konsumsi,
setelah itu kembali beristirahat agar keesokan harinya dapat fit kembali. Saat
di bis, aku tidak bisa tidur, karena memang aku tidak bisa tidur kecuali dalam
keadaan benar-benar nyaman. Di perjalanan, panitia masih berkomunikasi via sms.
Masih ingat saat itu, Mbak Ani sangat perhatian dan menyuruhku untuk segera
beristirahat, padahal pada waktu itu aku belum akrab dengan Mbak Ani (hmm, so sweet J
).
Delapan jam perjalanan
Surabaya-Jogja, akhirnya pukul 08.00 WIB kami sampai di rumah makan (lupa namanya :p). Saat itu, panitia
sarapan bersama di satu meja. Kami mengobrol bagaimana pengalaman di bis tadi
malam, bus ku sepertinya adalah bus yang
paling tentram, karena tidak ada masalah, Alhamdulillah. Jona di bus nya harus
berdiri hingga beberapa saat karena kursinya sudah penuh sehingga harus
diungsikan ke bus lain. Di bus lain, ada juga penumpang gelap yang menyelundup
masuk bis (bukan peserta asli), tetapi hal tersebut sudah dikonfirmasi dan mereka
diperbolehkan ikut dalam rombongan. Selain itu, ada cerita lain yang membuat kami
tertawa terpingkal-pingkal saat sarapan, yaitu cerita tentang posisi tidur Mas
Bintang yang aneh, lucu dan mesra ketika bersama Adit. Untuk bagaimana
persisnya, mungkin biarlah menjadi rahasia umum bagi kami, yang apabila diingat
akan menjadi penghilang stress (haha
ngakak :D ). Setelah sarapan selesai, kami melanjutkan perjalanan menuju
penginapan. Sekitar pukul 11.00 WIB kami sampai di penginapan. Penginapan
tersebut lebih bisa disebut sebuah istana, karena bangunannya berdiri kokoh,
megah, berwarna putih, dengan gaya bangunan eropa. Hotel tersebut merupakan
hotel bintang 3 bernama Grand Palace Hotel. Ketika masuk ke dalamnya, terdapat
kursi-kursi yang besar, tinggi, mirip kursi istana, di dalamnya pun terdapat
kolam renang yang memiliki 2 ketinggian yang berbeda. Sungguh sangat banyak
dana yang dikeluarkan ITS untu kemenangan ITS di PIMNAS 25, semua ini demi
kenyamanan peserta. Penginapan ITS tidak digabung dengan universitas lain, karena
ITS secara independen menyewa hotel sendiri.
Setelah peserta menaruh
semua barang-barang ke dalam hotel, peserta kemudian dikumpulkan di dalam satu
ruangan, dimana akan ada sambutan dari Bapak Herman Sasongko selaku PR I untuk
mewakili Bapak Triyogi selaku Rektor karena berhalangan hadir. Bapak Herman
memberikan motivasi agar para peserta bersemangat sehingga dapat mengharumkan
nama ITS nantinya. Setelah itu, dilanjutkan dengan pengenalan yel-yel dari
saudara Iwan, sehingga suasana yang awalnya hening, menjadi riang penuh dengan
tawa, karena yel-yel yang dibuat Iwan, FTK-banget!.
Begitu berani dan heboh, disertai dengan goyangan nguleg mirip gaya Sule ketika berjoget (haha coba bayangkan :D). Meskipun banyak yang tidak hafal, sudah
terlihat kekompakan peserta dari kontingen ITS. Pada saat itu, kami optimis ITS
akan mendapatkan gelar juara umum.
Sekitar pukul 13.00 WIB,
panitia membagi kunci kamar sesuai tempat yang telah disediakan dan peserta
diperbolehkan untuk beristirahat. Kamar yang disediakan begitu besar, kasur
yang empuk, selimut yang tebal, AC, TV, kulkas yang berisi minuman, dan juga
kamar mandi dengan air panas. Para panitia perempuan, disediakan 2 kamar, aku
satu kamar dengan Jona, Mbak Amik dan Mbak Ani. Sedangkan panitia laki-laki
disediakan hanya satu kamar dengan jumlah laki-laki sebanyak 11 orang, padahal
kamar itu sepatutnya hanya diisi 4 orang, sungguh betapa menderitanya mereka.
Namun hal tersebut tidak mengurangi semangat mereka untuk menjadi panitia.
Dua jam waktu yang
disediakan untuk bersih diri dan istirahat, karena setelah itu mereka
mendapatkan makan siang dan dilanjutkan untuk kembali latihan presentasi
dihadapan dosen-dosen penalaran ITS. Selang 2 jam tersebut, panitia tidak
istirahat, melainkan mendatangi tiap kamar untuk mencatat siapa saja yang ada
di kamar tersebut. Hal itu kami lakukan untuk memastikan semua peserta
mendapatkan kamar dan tidak ada kesalahan di dalamnya. Ketika para peserta makan
siang, barulah kami (para panitia) bersih diri dan sejenak beristirahat.
Setelah bergantian mandi, para panitia langsung menuju ke ruang makan, betapa
kasihannya, ternyata makanan sudah habis. Mungkin para peserta begitu
kelaparan, hingga tidak menyisakan sedikit untuk kami makan. Karena kami adalah
anak kos, makan siang bukanlah hal yang wajib, sehingga kami masih kuat ketika
tidak makan siang saat itu (haha alesan
:p).
Pekerjaan selanjutnya
yaitu menyiapkan ruangan-ruangan untuk bimbingan presentasi dan “memenceti”
bell pintu kamar peserta untuk segera bimbingan presentasi ke dosen penalaran.
Perlu diketahui, di Jogja, ITS mengadakan semacam camp selama tiga hari sebelum pertarungan PIMNAS benar-benar
dimulai. Camp tersebut berisi
bimbingan presentasi secara stripping
hingga cara presentasi peserta PIMNAS dapat dikatakan WOW oleh para juri,
begitu juga dengan konten di slide PPTnya harus sempurna dihadapan juri nanti.
Mengajak peserta yang berjumlah kurang lebih 200 orang tersebut untuk segera
bimbingan itu ternyata tidaklah mudah, sehingga bimbingan kala itu baru dimulai
setelah makan malam, sekitar pukul 19.00WIB. Karena urutan bimbingan presentasi
sudah terjadwal, maka panitia pimnas harus menghubungi para peserta yang belum
datang jika waktunya mereka presentasi akan tiba. Ada kejadian lucu kala itu,
karena aku belum hafal semua para peserta, aku menelpon ketua tim yang tim nya
akan mendapatkan giliran maju untuk presentasi, mas-mas itu berkata, “iya mbak,
ini saya sudah duduk di belakang mbak sejak tadi”. (Oh no! sungguh sangat memalukan bagiku, haha -_-). Para peserta
ternyata memang sangat bersemangat kala itu, bimbingan selesai pukul 00.00 WIB,
dan peserta harus segera tidur karena keesokan harinya harus bimbingan lagi.
Namun memang dasarnya mahasiswa ITS yang suka begadang, para peserta tidak
kunjung tidur hingga pukul 02.00 WIB bahkan .
Keesokan harinya,
panitia pukul 04.30 WIB harus sudah bangun meskipun merasa kelelahan, karena
pukul 07.00 WIB harus sudah menbangunkan para peserta untuk sarapan. Hal
tersebut tidak berlaku bagi panitia laki-laki. Panitia laki-laki harus
bergantian tidur, karena memang tempatnya yang tidak muat sekaligus bergantian berjaga
layaknya hansip yang meronda saat malam hari. Sehingga bisa dibilang yang lebih
aktif saat pagi hari adalah panitia perempuan. Pada saat di hotel tersebut, aku
selalu bersama Jona untuk membangunkan peserta tiap pagi, memencet-mencet bell
pintu kamar dengan begitu jahilnya, karena kami memencet tidak sekali atau dua
kali, bahkan kami memencetnya sekali tiap detik agar mereka terbangun hingga
mereka membukakan pintu (haha, kangen
moment ini). Sering kali wajah kesal yang mereka tampakkan, namun kami
dengan polosnya ketawa-ketiwi tidak merasa bersalah dan menyuruh mereka untuk
segera sarapan dan bimbingan. Karena itulah, hingga saat ini kami sering
disebut panitia pemencet bell (ada ada
saja :D).
Setelah membangunkan
para peserta hingga semuanya bangun, kami kemudian menuju ke ruang makan.
Ternyata makanan yang tersisa tinggal sedikit. Untuk dimakan para panitia
perempuan saja sudah habis. Dan lagi-lagi, para panitia laki-laki khususnya
yang berjaga tadi malam dan bangunnya siang, mereka kembali tidak mendapatkan
jatah sarapan. Bagai habis jatuh tertimpa tangga pula, mereka harus membeli
sarapan di luar hotel. Saya akui perjuangan panitia laki-laki ini benar-benar
keren, mereka rela berkorban demi kemenangan ITS di PIMNAS. Sehingga kami (para
panitia) memutuskan untuk sarapan terlebih dahulu sebelum membangunkan peserta,
agar tidak terulang lagi kejadian yang sama.
Camp
hari kedua, pengkondisian peserta sudah lebih mudah, karena peserta sudah
mengetahui alur bimbingan. Disini kami sedikit bisa beristirahat. Ke-tidak
jelasan pun sering dilakukan panitia, antara lain memain-mainkan pager untuk saling membully antar
panitia meskipun dari jarak yang berjauhan. (Haha,
kami seperti anak kecil yang mendapatkan mainan baru). Tetapi alat tersebut
terbatas, sehingga yang menggunakannya hanyalah panitia laki-laki. Akhirnya
aku, Jona, Mbak Amik dan Mbak Ani bermaksud sengaja berkeliaran ke luar hotel
untuk mencari supermarket terdekat dengan berjalan kaki hanya untuk membeli es
krim ‘magnum’. Namun, belum sempat kami memakan es krim tersebut, sudah ada
panggilan kembali untuk bekerja. Sehingga es krim tersebut kami simpan di
kulkas kamar. Pada waktu itu, aku ditugaskan untuk menjaga ruangan bimbingan
PKM-K sekaligus memberikan penilaian presentasi para peserta. Namun, sungguh
betapa memalukannya, aku malah jadi bahan bully-an
peserta PIMNAS yang menunggu antrian maju presentasi. Tim itu bernama SIPL** (sensor :p). Karena tidak tahan, aku
sering kali keluar masuk ruangan seperti terlihat sibuk, padahal karena tidak
ingin menunjukkan tawaku dihadapan mereka (haha
gengsi :p). Hingga PIMNAS itu berakhir, aku masih malu ketika bertemu tim
tersebut, karena pasti di-bully lagi
(-_-)
Setelah pekerjaan
tersebut selesai, kami segera menuju kamar untuk menikmati es krim yang kami
beli. Dan ndelalaaaah, ternyata
kulkasnya tidak berfungsi dengan baik, es krim nya sudah meleleh, mau tidak mau
kami meminum bukan memakan es krim, karena bentuknya yang sudah berubah seperti
susu coklat. Ya, mungkin ini memberi kita cara baru memakan es krim (sigh -_-). Setelah menikmati air (es
yang mencair) krim magnum, kami kembali melakukan tugas kami, yaitu menunggui
peserta yang sedang presentasi. Tidak jarang kami menunggu di luar ruangan
untuk menikmati coffe break yang selalu disediakan di antara jam makan. Tidak
tanggung-tanggung, kami biasaya mengambil lebih dari satu kue melebihi jumlah
kue yang diambil para peserta (hehe,
balas dendam tidak dapat jatah sarapan :p).
Camp
kontingen
ITS ini ternyata tidak selamanya berjalan mulus. Camp hari ketiga, saat malam hari sedangkan registrasi peserta
dilakukan keesokan harinya. Kami mendapatkan infomasi bahwa persyaratan yang dikumpulkan saat registrasi yaitu softfile laporan akhir, slide PPT, poster harus dijadikan di
dalam satu CD tiap tim dan hardcopy
dari laporan akhir dan foto masing-masing peserta. Selain itu juga mengumpulkan
artikel dari PKMnya tersebut. Karena
kami mengetahuinya terlambat, maka seketika itu juga kami menginfokan secara
mendadak kepada peserta. Peserta begitu panik karena belum menyiapkan semuanya.
Masih teringat sekali, rapat termalam yang pernah saya lakukan dalam hidupku,
sekitar pukul 01.00 WIB, kami rapat secara mendadak membahas registrasi peserta
berikut penyelesaian masalah yang baru saja kami dapat. Dengan wajah yang
benar-benar sudah lusuh karena kelelahan, kelopak mata yang sudah bertumpuk
tiga, pikiran yang sudah melayang kemana-mana, aku pun mendengarkan arahan Mas
Iqbal selaku ketua panitia. Apa yang dikatakan Mas Iqbal rasanya masuk telinga
kanan dan keluar telinga kiri. Aku rasa yang lain juga begitu, karena pandangan
mata mereka sama-sama sudah tidak jelas arahnya. Lagi-lagi yang menjadi objek
penderita adalah panitia laki-laki, karena setelah rapat tersebut, para panitia
perempuan disuruh segera beristirahat. Sedangkan panitia laki-laki harus
menyiapkan printer dan laptop yang kapan saja bisa digunakan. Panitia laki-laki
sebagian harus begadang untuk berjaga-jaga barang kali ada peserta yang ingin
mencetak foto, mencetak laporan akhir, meng-burn data, menjilid laporan akhir
dan lain-lain.
To be continued :)
#Bagi ada yang tidak berkenan dengan adanya tulisan ini, saya minta maaf, karena saya tidak ada maksud apa-apa selain ingin berbagi cerita, bila ada yang salah, silahkan dikoreksi, insyaAllah saya perbaiki :)
*kritik dan saran akan sangat membantu saya :)*
#Bagi ada yang tidak berkenan dengan adanya tulisan ini, saya minta maaf, karena saya tidak ada maksud apa-apa selain ingin berbagi cerita, bila ada yang salah, silahkan dikoreksi, insyaAllah saya perbaiki :)
*kritik dan saran akan sangat membantu saya :)*